Plengkung Gading TVRI Yogyakarta Peringati Perjuangan Bangsa

IMG_5202.JPG

Acara Plengkung Gading melalui TVRI Yogyakarta kemarin malam, yang dibawakan oleh Presenter Unggul, Prof. Dr. Haryono Suyono, mBak Siwi dan Mas Dibyo, menghasilkan respons masyarakat yang mengirim WA, Twitter dan SMS selama satu jam sekitar 1751 respons,. Acara Plengkung Gading itu selama satu jam siaran non stop menyajikan dialog dengan Bupati Kulon Progo, H. Soetejo,  Rektor Universitas Mercu Buana di Yogyakarta, Dr. Alimatus Sahra, Ketua KMA PBS, Suaid Bidu, Ketua Yayasan Dharmais, indra kartasasmita,  dan Sekretaris Yayasan DAmandiri, Firdaus, dua-duanya dari Jakarta, Ketua LPPM Mercu Buana, Awan Santoso, Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ali Agus, Ibu Bidan Purnawati serta puluhan mahasiswa Mercu Buana. Dialog yang padat itu diikuti juga oleh para aktifis Bumdes dari Kabupaten Kulon Progo, para penyandang katarak yang hadir dengan wajah ceria karena bisa melihat kembali, berkat dukungan operasi yang digelar dengan bantuan Yayasan Dharmais yang dipimpin oleh Indra Kartasasmita yang malam itu menyempatkan hadir. Banyak juga aktifis lain, termasuk pak Adi yang akhir-akhir in9i menyajikan Kompor Rakyat sebagai pengganti Kompor Gas yang menjadi mahal karena supply gasnya meningkat tajam, sementara Kompor Rakyat bisa menggunakan bahan bakar yang diolah dari sampah yang tersedia melimpah di desa.

IMG_5183.JPG

Acara Dialog malam itu sengaja di adakan sebagai upaya guna memperingati Ulang Tahun Kemerdeksan RI yang ke tujuh puluh lima (75 Tahun Indonesia Merdeka) yang tepatnya tanggal 17 Agustus 2020 mendatang. Padalah 71 tahun yang lalu, Ibu Kota RI di Yogyakarta sedang di duduki kembali oleh Belanda sejak akhir tahun 1948. Pada saat-saat seperti malam itu, Sri Sultan Hamengku Buono ke IX, Pak Dirman dan Pak Harto sedang mempersiapkan rakyat di sekitar Yogyakarta dengan pelatihan gerilya dan mempersiapkan logistik di desa guna merebut kembali Ibu Kota RI Yogyakarta tersebut. Dewasa ini, suasana 71 tahun lalu sudah berubah, Karena menurut Bupati Kulon Progo, dewasa ini Pemerintah sedang gencar membangun desa dengan dana desa secara besar-besaran, sehingga banyak mahasiswa yang ikut mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke desa mendampingi masyarakat desa membangun desanya.

Menurut Rektor Universitas Mercu Buana, para mahasiswa itu seperti di katakan Mendikbud, bebas Kuliah Merdeka di desa karena masyarakat desa tidak seperti 71 tahun lalu curiga terhadap siapa saja yang masuk desa karena waktu itu bisa disebut sebagai mata-mata Belanda yang ingin menangkap siapa saja yang ingin yang berusaha merebut kembali Kota Yogyakarta yang diduduki oleh Belanda. Pak Indra Kartasasmita yang mengantar tiga orang yang baru saja bisa melihat kembali karena Pak Harto yang dulu ikut berjuang bersama rakyat di desa sangat berterima kasih kepada rakyat desa sehingga melalui Yayasan Dharmais, kalau ada kelompok masyarakat yang menderita katarak bisa mengirim surat atas nama kelompok penderita itu kepada Yayasan Dharmais di Jakarta sehingga secara bergilir akan dibantu dengan para dokter untuk operasi di desa atau di rumah sakit di Kota dan Kecamtan dengan biaya yang di sediakan oleh Pak Harto melalui Yayasan Dharmais yang didirikannya.

Pak Firdaus yang mewakili Yayasan Damandiri yang pada takhir tahun 2000 didirikan oleh Pak Harto, Pak Haryono Suyono, Om Liem dan Pak Sudwikatmono dan dewasa ini dipimpin pak Subiakto juga menyediakan jasa dan dukungan untuk masyarakat di sekitar Yogyakarta sebagai rasa terima kasih pak Harto yang dibantu rakyat berjuang merebut kembali Kota Yogyakarta yang menjadi simbul dari Ibu Kota RI yang diduduki oleh Belanda sejak akhir tahun 1948.

IMG_5248.JPG

Bahkan dalam acara Plengkung Gading malam itu, dihadirkan mahasiswa yang diwakili oleh para penerima beasiswa Super Semar yang gara-gara kita bisa merdeka kembali, Pak Harto mendirikan Yayasan Supersemar membantu anak-anak keluarga kurang mampu untuk belajar di Perguruan Tinggi menjadi sarjana dan dewasa ini berjuang mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang gegap gempita. Dihadirkan pula para pelaksana Bumdes, suatu gerakan pembangunan di desa yang terinspirasi pembangunan IDT dan IPM sebelum tahun 2000 yang diusahakan guna mempercepat upaya pengentasan kemiskinan. Suatu program yang di masa lalu berlaku untuk 60.000 desa dewasa ini sudah membengkak menjadi pembangunan yang meliputi hampir 75.000 desa di seluruh Indonesia, suatu kemajuan berjenjang yang secara konsisten dilakukan dari satu Presiden di lanjutkan oleh anak dan cucunya, Presiden berikutnya, dengan tekad yang sama guna mengentaskan kemiskinan dan mengantar keluarga Indonesia menjadi keluarga yang mandiri, bahagia dan sejahtera serta memiliki dinamika tinggi untuk mengantar tanah air dan bangsanya makin mandiri dan menjadi negara yang maju sehingga masyarakatnya bahagia dan sejahtera.

IMG_5219.JPG

Acara Plengkung Gading mengingat sejarah perjuangan para Sesepuh Bangsa seperti Sri Sultan Hamengku Buono IX, Jendral Sudirman di dukung penuh oleh prajurit TNI Letkol Soeharto dengan kerja sama gotong royong bersama masyarakat Yogyakarta dan dukungan moril seluruh anak bangsa di seluruh Indonesia sehingga akhirnya, mulai dari Serangan Enam Jam di Yogyakarta, Ibu Kota RI itu kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi pada tanggal 29 juni 1949. Tanggal 29 Juni itu sebagai hari kembalinya keluarga pengungsi pada keluarga masing-masing diperingati sebagai Hari Keluarga Nasional sampai sekarang. Acara Plengkung Gading mengingatkan kita akan hari bersejarah tersebut.

Haryono SuyonoComment