Lele Mutiara Varietas Unggul Desa Tulaan

lele.jpg

Menurut laporan Gedhe Nusantara minggu lalu yang sampai pada Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Prof. Dr. Haryono Suyono, para pemuda Desa Tulaan berhasil mengembangkan benih lele varietas unggul dengan laju pertumbuhan yang cepat, Lele Mutiara, demikian sebutan bagi varietas ini. Jenis ini merupakan jenis ikan budidaya hasil persilangan dari empat strain, yaitu lele Mesir, lele Phyton, lele Sangkuriang, dan lele Dumbo. Usia panen relatif singkat antara 60 hari hingga 75 hari.

Desa Tulaan terletak di Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh. Para pemulia Lele Mutiara tergabung dalam Kelompok Satu Kata. Mutiara merupakan akronim dari Mutu Tinggi Hasil Tiada Tara. Kelompok Satu Kata berhasil membuktikan keunggulan varietas jenis ini dengan sukses memanen 500 Kg ikan lele dari 5.000 ekor benih.

Pengembangan lele di Desa Tulaan banyak memanfaatkan kolam Bioflok. Sistem bioflok adalah sistem budidaya dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk mengolah limbah budidaya itu sendiri. Dengan menumbuhkan mikroorganisme, limbah budidaya ikan lele akan menjadi gumpalan-gumpalan kecil (flok). Gumpalan-gumpalan yang terdiri dari berbagai mikroorganisme air seperti bakteri, algae, fungi, protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha, dan organisme lain yang tersuspensi dengan detritus, lalu menjadi makanan alami ikan.

Selain memanfaatkan kolam bioflok, Kelompok Satu Kata menciptakan terobosan dan inovasi untuk penghematan pakan budidaya lele. Mereka berinisiatif untuk mengembangkan tanaman ganggang jenis azola. Ganggang ini berfungsi sebagai makanan tambahan untuk mengurangi biaya pakan sehingga meningkatkan margin keuntungan.

Sebelum membentuk kelompok, para pemuda di Desa Tulaan itu membuat kolam rumahan dengan plastik terpal dan bambu seadanya. Pembentukan kelompok merupakan gagasan bersama untuk mengembangkan keterampilan bersama sekaligus mengajak pemuda agar tidak terjerumus narkoba. Lalu, perusahaan Perkebunan PT Socfindo Kebun Lae Butar, Aceh Singkil mendukung kelompok ini dengan bantuan paket kolam bioflog, 5.000 benih, pakan, serta obat-obatan.

Awalnya, hasil kolam langsung dipasarkan secara lokal. Lalu, pemasaran berkembang menjangkau permintaan pasar di Kecamatan Gunung Meriah dan Singkil. Harga eceran antara Rp 25 ribu hingga Rp 28 ribu perkilogram. Untuk grosir, harga lele sekitar Rp 18 ribu perkilogram.

Inovasi para pemuda yang tergabung dalam Kelompok Satu Kata mendapat apresiasi dari banyak pihak. Usaha Kelompok Satu Kata akan menjadi pilot percontohan bagi desa-desa lain di Kecamatan Gunung Meriah. Kelompok ini diharapkan menjadi motor penggerak dan berbagi ilmu untuk pembinaan ekonomi desa di Aceh Singkil.

Haryono SuyonoComment