Cita-Cita Nasional pada Tahun 2045

Oleh: Aam Bastaman

Indonesia memiliki harapan besar untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Seperti yang tertuang dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Kementerian PPN Bappenas, dan sering dipromosikan Kepala Negara mulai dari masa pemerintahannya di tahap pertama, untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. Tahun 2045, yang memiliki ujung angka 45, seolah mengingatkan kita pada proklamasi Indonesia pada tahun 1945 dan tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Cita-cita Indonesia pada tahun 2045 sebagai negara yang berdaulat, maju, adil dan makmur, antara lain dicirikan Indonesia menjadi negara maju dengan ekonomi berkelanjutan. Artinya Indonesia telah keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap), serta memiliki tenaga kerja yang berkualitas. Produk domestik bruto (PDB) mencapai Rp. 7 Trilliun Dollar Amerika Serikat (merupakan peringkat keempat di dunia), sehingga perekonomian Indonesia masuk 5 besar ekonomi dunia dengan perdapatan perkapita diharapkan 27 ribu Dollar Amerika per tahun.

Meskipun banyak organisasi dan lembaga Konsultan tingkat dunia memberikan proyeksi yang sangat positif dan optimis mengenai peluang Indonesia menjadi negara dengan ekonomi keempat atau kelima di dunia pada tahun 2045, cita-cita tersebut tentu juga memiliki banyak tantangan, terutama ditengah-tengah situasi global yang dibayang-bayangi krisis ekonomi, serta dinamika geopolitik di berbagai belahan di dunia yang mengkhawatirkan, ditambah maraknya penyebaran virus Corona, yang dimulai di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.

Persyaratan negara maju antara lain dicirikan dari kepemilikan infrastruktur yang lengkap dan memadai untuk mendukung mobilitas warga, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik, baik dari segi pendidikan, kesehatan maupun jaminan sosial, selanjutnya organissi pemerintahan yang tertib serta memiliki tata kelola yang baik, sehingga profesional dan praktek korupsi sangat minim, selanjutnya pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk memacu inovasi yaang berkelanjutan. Dua hal pertama sangat disadari oleh Presiden Joko Widodo dan menjadi motivasinya untuk berfokus pada hal itu. Sehngga fase pertama pemerintahannya fokus pada infrastuktur dan fase kedua fokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM). Presiden Jokowi dalam suatu kesempatan mengatakan bahwa infrastruktur dan SDM yang berkualitas merupakan dua tahapan awal bagi sebuah negara untuk menjadi negara maju. Dua tahap itu yang kini sedang diupayakan oleh pemerintahannya, yang bisa jadi hasilnya, terutama pengembangan SDM baru dirasakan secara jangka panjang.

Kondisi terkini ketenagakerjaan di Indonesia menunjukkan terdapat 7.05 juta pengangguran, padahal setiap tahun terjadi pertumbuhaan angkatan kerja baru sebanyak 2-2.5 juta orang. Di lain pihak dari pekerja Indonesia sebanyak 129.36 juta orang, sebanyak 40.51% masih berpendidikan Sekolah Dasar (BPS, Feb. 2019), dan hanya 10% yang lulusan perguruan tinggi. Hal ini menjadikan tenaga kerja kita kurang kompetitif. Disamping, itu 70.48 juta orang merupakan pekerja di sektor informal.

Sumber daya manusia Indonesia selain mendapat tantangan dari kuantitas (masih rendahnya SDM berpendidikan tinggi), juga terdapat masalah kualitas pada dunia Pendidikan, baik Pendidikan Dasar, Menengah maupun Pendidikan Tinggi, termasuk kualitas kelembagaan pendidikan. Rendahnya kualitas Pendidikan antara lain dikeluhkan oleh kalangan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) mengenai kurangnya kompetensi yang mereka perlukan pada lulusan Pendidikan kita, baik Pendidikan Menengah, maupun Pendidikan Tinggi.

Oleh karena itu fase kedua pemerintahan Jokowi sebagai tahun pengembangan SDM secara perencanaan sudah tepat, karena SDM merupakan tantangan utama dalam pengembangan negara menjadi negara maju. Masalah SDM ini tidak lepas dari upaya perbaikan kelembagaan Pendidikan kita, termasuk Pendidikan Tinggi. Tentu saja tantangan ini menjadi PR kita semua. Tidak cukup saling menyalahkan, tapi perlu upaya bahu membahu dalam sutu iklim sinergitas, demi Indonesia Emas 2045.

Aam Bastaman. Penulis kolom

Aam Bastaman1.png
Aam BastamanComment