Kampus Merdeka Membawa Manfaat Tinggi

Chi1.png

Pada musim Summer 1969 saya, Haryono Suyono, mendapat kesempatan mengikuti Kuliah Summer pada Universitas Chicago di Amerika. Kalau berhasil saya akan mendapat beasiswa untuk Program MA bidang Kependudukan. Oleh karena itu selama kuliah saya kerja sangat keras tidak pernah beristirahat dan selalu berada di ruang kuliah atau di Perpustakaan.

Alhamdulillah, kuliah selama Summer berhasil dengan baik sehingga berlanjut untuk program MA bidang Kependudukan dan Aplikasi Komputer pada Universitas Chicago yang sangat terkenal. Baru satu minggu kuliah, beserta beberapa mahasiswa dari Jepang dan Korea dipanggil Penasehat Akademis ke kantornya. Satu demi satu kami diminta membaca buku dan Guru Besar kami memegang stopwatch selama kami membaca. Kemudian beliau menanyakan sampai halaman berapa dan mencatatnya. Sesudah itu beliau meminta kami menceritakan kembali apa yang dibaca.

Chi2.png

Kepada saya dan dua orang mahasiswa asal Korea di perintahkan mulai besuk paginya untuk mengikuti “kuliah” di Kantor Advertising Agency yang besar selama satu semester untuk belajar membaca dan memahami apa yang dibaca dengan baik. Menurut beliau kecepatan membaca saya selama satu jam hanya 10 halaman. Saya diberi target selama satu Semester kecepatan membaca saya harus naik menjadi 100 halaman. Mulai paginya satu kali satu minggu kami “kuliah merdeka” di luar kampus di bimbing oleh salah satu staf senior penelitian dan pengembangan Perusahaan Iklan yang sangat besar itu untuk membaca hasil penelitian mereka yang sangat bagus tentang sasaran iklan dan persepsi mereka terhadap rancangan iklan yang dikembangkan oleh perusahaannya. Kami mulai mengenal “kampus Merdeka” dan “Merdeka Kuliah”, yaitu belajar di luar kampus tetapi targetnya sama beratnya, seperti yang digagas oleh Mendikbud Nadiem Makarim.

Di Kampus Merdeka itu kami belajar membaca cepat tentang metodologi penelitian, design penelitian, processing hasil penelitian sampai kesimpulan hasil penelitian termasuk bagaimana menggunakan kesimpulan itu guna memperbaiki rancangan iklan yang akan disajikan kepada pemesan iklan yang disiapkan Perusahaan besar tersebut. Suatu pengalaman yang sangat berharga sebagai hasil nyata “Kuliah Merdeka” dengan hasil ganda, karena “Dosen” dari Perusahaan memberikan pelajaran bagaimana membaca cepat sehingga pada akhir masa kuliah kecepatan saya membaca sudah mencapai 100 halaman dalam satu jam sekaligus memahami design berbagai studi pemasaran di dunia nyata.

Setelah pulang ke tanah air, setiap kali ikut Rapat dan dibagi bahan rapat, dengan kecepatan membaca yang tinggi itu sering dicurigai bahwa saya mendapat bahan Rapat terlebih dahulu karena bigitu dibuka, langsung di letakkan dan saya selalu siap memberi komenrar karena sudah terbaca tuntas dan siap memberikan pendapat.

Chi3.png

Melihat pengalaman itu, tatkala Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim dalam beberapa kesempatan melontarkan gagasan dan instruksi seakan melawan arus, yaitu adanya Kampus Merdeka yang disertai Kuliah Merdeka, saya teringat masa muda. Terakhir, dalam pertemuan dengan para Rektor dan Pimpinan Perguruan Tinggi dari seluruh Indonesia bersama Menteri Desa PDTT, Drs. Abdul Halim Iskandar MPd, beliau melontarkan gagasan agar mahasiswa secara suka rela mengikuti kuliah merdeka bersama masyarakat di desa antara satu sampai tiga semester.

Bersamaan dengan itu beliau menggagas perlunya empat hal yang harus dikuasai oleh anak didik guna menghasilkan SDM Unggul. Pertama kemampuan bahasa Inggris, kedua penguasaan data coding, lalu statistik dan keempat adalah psikologi. Menurut beliau keempat empatnya adalah standar Internasional, ditambah lagi soal nasionalisme yang tidak sempit. Menarik, semoga kita ada umur panjang, menyaksikan pelajar pelajar Indonesia empat sampai lima tahun ke depan, pelajar Indonesia hebat bahasa Inggrisnya, pandai melakukan coding, juara statistik, memahami psikologi dan punya semangat nasionaliame terbuka. Kempat hal itu perlu mendapatkan perhatian yang tinggi agar setiap lulusan dapat berpikir secara rasional dan mengikuti perkembangan jaman dengan acuan yang mutakhir.  

“Kebijakan Kampus Merdeka ini telah memiliki lima payung hukum, sehingga kampus bisa menerapkan kebijakan tersebut," ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof. Dr. Ir. Nizam, Senin (10/2), seperti dilansir Antara. Lima Permendikbud tersebut yakni Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Perubahan Perguruan Tinggi Negeri menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum dan Permendikbud Nomor 5 tahun 2020 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi.

Lalu, Permendikbud Nomor 6 tahun 2020 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri, dan Permendikbud Nomor 7 tentang Pendirian, Perubahan , Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri dan Pendirian, Perubahan dan Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta.

Prof. Nizam menambahkan kebijakan Kampus Merdeka itu tidak bersifat paksaan pada kampus. Hal itu dikarenakan karakteristik kampus di Tanah Air berbeda-beda. "Kami juga akan menyiapkan rambu-rambu petunjuk teknis pelaksanaan kebijakan Kampus Merdeka, untuk kemudian setiap kampus dapat mempelajarinya dan menyesuaikannya dengan kondisi kampus masing-masing," terang dia.

IMG_4005.JPG

Secara bertahap digambarkan bahwa Kampus Merdeka menurut gagasan Mendikbud adalah pertama Kemudahan Ijin Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta mebuka Prodi baru, yaitu memiliki Akreditasi A atau B dan memiliki kerja sama dengan Organisasi atau Lembaga top Dunia. Kedua, program Akreditasi akan diperbaharui secara otomatis bagi perguruan tinggi yang berminat. Ketiga, akan mempermudah perubahan dari BLU menjadi Badan Hukum bagi Perguruan Tinggi Negeri. Dan keempat, mengganti sistem kredit semester, mahasiswa wajib mengambil 5 semester. Sisa dua semester atau setara 40 sks untuk kerja lapangan, serta satu semester untuk mengambil dari prodi lainnya. Suatu revolusi yang akan memberi bekal kepada setiap mahasiswa memperkaya dirinya dengan pengetahuan lapangan atau dari prodi lainnya. Nizam menyebutkan kata kunci dalam pelaksanaan Kampus Merdeka tersebut adalah inovasi dan kreativitas. Selain itu juga diperlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak mulai dari civitas akademika, kementerian lain hingga dunia industry.

Chi4.png
Haryono SuyonoComment