Memproduksi Garam sebagai Industri Rakyat

seno.png

Dimasa lalu, Kepala Pengembangan SDM Kementerian (BPSDM), Kelautan dan Perikanan, Bapak Dr. Suseno,  pernah melakukan sosialisasi kepada  masyarakat luas untuk mampu memproduksi garam rakyat dengan kualitas tinggi oleh masyarakat luas. Gagasan yang dikembangkan adalah dengan mengambil air laut di taruh dalam suatu kotak seluas antara satu setengah kali tiga meter dan dipanaskan dengan sinar matahari sehingga airnya kering dan secara sederhana jadilah garam rakyat yang layak untuk di jadikan bumbu masak atau untuk keperluan lainnya. Usaha itu pernah meraih Penghargaan Satya Lencana Pembangunan pada tahun 2015. Salah satu penggiatnya adalah Bapak Drajat dari BPPP Tegal.

g3.jpg

Hari ini  pada waktu kami berkunjung ke Pesantren Attaqwa di Bagelen, Bekasi, secara kebetulan di tempat kediaman Ibu Saptoadi Yuli Isminarti, Tim dari Yayasan Anugerah Prof. Dr. Haryono Suyono bersama mas Drs. Fajar Wiryono dan mas Drs Rudi Lubis bertemu dengan Pimpinan Pondok Pesantren dari Jombang, Bapak Kyai Faishal Ishaq yang secara kebetulan berkunjung pada Ibu Yuli untuk memperkenalkan proses pembuatan kompor dengan bahan bakar olahan ranting-ranting kecil yang dibuat menjadi pelet sebagai bahan bakar yang sangat efektif dan memberikan panas yang tinggi tanpa menimbulkan asap yang berlebihan, bahkan sama sekali tidak menimbulkan asap sekali pelet tersebut sudah menyala. Setelah pelet habis tidak ada sisanya kecuali abu yang barangkali bisa menjadi bahan untuk gosok mencuci piring atau lainnya.

Bahan bakar yang berasal dari kayu-kayu kecil kering diolah menjadi semacam bubuk untuk kemudian di cetak menjadi “wood pellet” sebesar pil vitamin, menurut pengalaman Kyai Faishal harga pabrik bisa sekitar Rp. 1300,- setiap kg, dan kalau dipasarkan bisa Rp. 2000,- per kg.  yang kemudian bisa menjadi bahan bakar yang memberikan nyala dan panas cukup tinggi untuk dapat dipergunakan mengisi “kompor sederhana” sebagai alat masak berbagai keperluan.

Salah satu penggunaan dari alat masak tersebut adalah untuk “memasak garam kasar” atau “garam krasak” diubah menjadi “garam halus” atau “garam pabrik” yang lebih halus dan memiliki harga tinggi. Garam krasak di Jatim harga setiap kg sekitar Rp. 1.000,- dan di Jakarta sekitar Rp 2.000,- setiap kg. Harga jual garam industri yang lebih halus skala besar sekitar Rp. 5.000,- untuk setiap kg, sedangkan harga eceran bisa mencapai Rp. 10.000,- atau lebih setiap kgnya. Setiap 100 kg garam grasak bisa menjadi 90 sampai 95 kg garam industri denagan biaya proses sekitar Rp. 500,- sampai Rp. 1.000,- setiap kgnya tegantung biaya tenaga kerja dan bahan bakar serta sesuai wilayah produsennya.

g5.jpg

Cara yang kedua adalah dengan “merebus air laut”. Kalau yang diperkenalkan oleh Dirjen Kelautan di masa lalu air laut itu dipanaskan melalui sinar matahari, maka pemanasan model pak Kyai Faishal Ishaq dari Jombang ini adalah menggunakan panas kompor dengan bahan bahan pellet tersebut. Ada cerita menarik dari pak Kyai yang saya diberi ijin mengutipnya di bawah ini.

Firman Allah SWT. “kalau engkau bersyukur niscaya Aku tambahkan nikmatKu...dst”, setelah aku syukuri datangnya tamu dokter wanita dari Banyuwangi, semalam datang empat (4) orang tamu dari kumpulan ARJO ( Arab Jogja), tiba-tiba mereka cerita kalau mereka mau menggelar mulsa dipinggir laut selatan dengan tujuan memproduksi garam, karena sekarang harga garam lagi sangat mahal, garam produksi lokal yang biasanya seharga Rp 1,000,- sd Rp 2000,- per KG sekarang harganya sampai Rp 4,000 di tempat produksi garam. Wah ini saat yang tepat untuk mulai bangkit meramaikan dan mengerahkan masyarakat untuk ramai-ramai memproduksi garam. Kenapa negara kita yang mempunyai pulau terbanyak di dunia mempunyai pantai terpanjang di dunia kok malah impor garam.

g1.jpg

 Suatu malam saya nonton TVRI yang lagi mambahas tentang program pemerintah yang gagal dalam mengerahkan masyarakat untuk memproduksi garam. Pada acara tersebut ada banyak utusan, utusan dari DPR, utusan dari beberapa ahli dari Perguruan Tinggi / Akademi, utusan dari Dinas Perindustrian, utusan dan utusan lain lagi yang pokoknya sangat ramai sekali dan sangat seru perdebatannya. Hemmm... terus terang malam itu saya sangat mblenek dan jengkel melihat perdebatan yang dilakukan oleh banyak pihak yang seharusnya bisa menghasilkan suatu yang positif, tapi hasilnya nihil walaupun disitu dibahas ternyata pemerintah sudah mengucurkan dana yang sangat besar untuk program itu, lagi-lagi hasilnya Nol besar tanda banyak pejabat yang tidak takut dosa, makanya tidak ada keberkahan.

Hari berikutnya tidak banyak bicara, karyawan dibengkel saya kerahkan untuk membuat alat sederhana, saya arahkan untuk merancang ketel sederhana, ketel kecil, yang bisa dipakai untuk masak air, yang bisa dipakai untuk mengentalkan cairan. Dilain pihak saya punya teman dari Paciran Lamongan Jatim yang punya Rumah Makan dipinggir laut, saya minta tolong agar bisa ngirimin saya air laut beberapa jerigen dan akhirnya saya dikirimi 5 jerigen air laut yang totalnya sekitar 150 liter.

Kembali saya tegaskan niat berbuat baik karena Allah, apalagi niat berbuat sesuatu untuk maslahat orang banyak itu sangat mulia, dan jangan lupa untuk selalu menyerahkan urusan kita pada Allah, kenapa ? Karena sehebat apapun manusia dia sangat lemah dihadapan Allah dan selemah apapun hamba Allah yang menyerahkan urusannya padaNya maka Allah yang akan Menguatkannya, Allah yang akan Mengangkat derajatnya dan Allah Yang akan Menyempurnakan segala kekurangannya. Maka siapa yang bisa mengalahkan orang yang lemah tapi dibantu oleh Allah? Pasti tidak ada yang bisa mengalahkannya. Maka tidak salah firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 159 dikatakan

فاذا عزمت فتوكل علي الله

"kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah” . Maka jangan pernah ragu untuk melanjutkan suatu rencana yang didasari niat karena Allah, karena Allah akan selalu membantu dan menyempurnakan segala kekurangan yang ada.

at3.jpg

Sekedar untuk menyebutkan nikmat dari Allah, begitu saya melangkah untuk mencoba merebus air laut untuk membuat garam, saat itu saya hanya memahami bahwa air laut kalau diuapkan maka lama kelamaan akan menjadi garam, lalu saya cari informasi di google saya dapati informasi bahwa air laut umumnya mengandung sekitar 3 sd 4 % nya adalah garam, maka saya semangat, bahwa 100 liter air laut kalau dimasak akan menghasilkan 30 sd 4 KG garam. Buat saya info itu cukup sebagai bekal untuk melangkah membuat industri garam di tepi laut.

Kalau gagasan ini bisa diwujudkan, maka para nelayan di Bekasi, melalui pemberdayaan masyarakat akan mewujudkan impian mengembangkan “pabrik garam rakyat’ yang menopang industri ikan asin sekaligus  produksi garam rakyat yang menarik, Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkah dan rahmadnya. Aaminn YRA.

 

Haryono SuyonoComment