Antara Jakarta Bekasi sebagai Perjalanan yang makin nyaman
Dalam rangka membangun kebersamaan antara upaya mengembangkan “Kebun Bergizi” untuk memperkuat daya tahan keluarga Indonesia, suatu Tim Yayasan Anugerah terdiri dari Prof. Dr. Haryono Suyono selaku pembina, Drs. Fajar Wiryono selaku Ketua dan Drs Rudi Lubis selaku Sekretaris, dan staf lainnya, setelah minggu yang lalu mengadakan seri pertemuan dengan para Dirjen dari berbagai Kementerian di Jakarta, hari ini mengadakan kunjungan pada berbagai Pesantren di Bekasi dan keluarga sasaran. Kisah ini bukan hasil kunjungan, yang dilaporkan pada bagian lain, tetapi pengamatan sambil jalan dibandingkan perjalanan yang sama sekitar satu bulan lalu.
Kepadatan lalu lintas hari ini, Sabtu tanggal 3 Oktober tidak banyak beda dengan satu bulan sebelumnya, sudah dan tetap padat biarpun hari ini adalah hari Sabtu yang tentu kebanyakan Kantor tidak buka atau buka setengah hari. Mungkin ada beda sedikit dengan hari-hari biasa karena pagi hari tadi, dalam perjalanan dari Jakarta terdapat iring-iringan anak-anak muda bersepeda melenggang santai, hanya yang sungguh menggembirakan adalah anak-anak muda yang mengendarai sepeda semuanya menggunakan Masker dengan tertib. Kita amati satu demi satu tidak ada satu pun anak muda yang mengayuh sepeda tanpa menggunakan Masker. Apakah mereka takut pada Polisi dan Satpol PP yang ada di pinggir jalan atau karena kesadaran yang meningkat, perlu di selidiki dengan cermat. Harapannya adalah bahwa ini semua adalah karena kesadaran yang makin tinggi sehingga keamanan anak-anak muda yang bersepeda makin terlindungi dari bahaya Covid-19 yang mungkin saja dapat menular di jalan.
Pemandangan lain yang menarik adalah bahwa sekitar satu bulan lalu dalam perjalanan Jakarta Bekasi dan sebaliknya, banyak pedagang pinggir jalan, pedagang buah, tukang parkir atau bahkan pedagang yang menunggu toko, tidak mengenakan Masker pelindung mulut dan hidung. Hari ini pedagang pinggir jalan, tukang parkir motor atau penjual di toko, hampir seluruhnya memakai Masker. Suatu kemajuan disiplin aturan kesehatan yang pasti menjauhkan para pedagang dan pekerja tersebut makin sadar melindungi dirinya.
Para polisi dan Satpol PP yang bertugas menjadi pengawas, tidak perlu lagi berlaku kasar dengan, seperti sering terlihat di Media sosial, menempeleng atau menghukum pelanggar. Pendekatan perlu di ubah “tidak lagi menakut-nakuti rakyat”, tetapi justru “memberi mereka penghargaan karena disiplin tinggi”. Penghargaan itu bisa berupa hadiah Masker disertai permintaan agar kepada setiap orang yang ditemui diucapkan “terima kasih sudah memakai Masker”. Pedagang dan rakyat kecil yang diberi hadiah “tambahan Msker” agar dalam menjaga dagangannya bisa berganti Masker sementara miliknya dicuci dengan air panas dan sabun agar tetap aman dipakai kembali. Pendekatan simpatik menjadikan mereka contoh dan “petugas sukarela penganjur” pemakai Masker. Penjaga dagangan, tukang parkir di pinggir jalan yang panas sekaligus memelihara dan menjadi penganjur penggunaan Masker. Gerakan disiplin nasional tidak dilakukan karena takut pada Polisi atau Satpol PP atau karena “terpaksa”, tetapi didorong kesadaran dan partisipasi masyarakat secara ikhlas dan luas. Semoga percontohan mereka menggunakan pelindung Masker adalah bukti melembaganya “norma baru” dalam “budaya baru” yang tumbuh di tanah air tercinta.