Mengentas Kemiskinan dengan Memberi Kerja dari rumah ke Rumah
Dalam suasana Pandemi Corona dewasa ini petunjuk yang berlaku adalah segala sesuatu di kerjakan dari rumah, tinggal di rumah., sekolah dari rumah dan bekerja dari atau di rumah. Petunjuk tersebut untuk satu dua hari menarik, tetapi kalau dikerjakan selama berbulan-bulan seperti dewasa ini sungguh tidak nyaman. Seorang sosok penyandang cacat yang semula bertempat tinggal dan melakukan kerja di Malang, Ibu Yuli Ismiyati, binaan Prof. Dr. Haryono Suyono sejak lama dari Malang, merasa iba kepada teman-temannya di Jakarta dan pindah ke Jakarta. Di Jakarta mendapat dukungan dari Pimpinan Pondok Pesantren Attaqwa di Bekasi, diberi tempat tinggal untuk keluarganya dan dipersilahkan bekerja dengan fasilitasi yang baik sekali.
Karena pekerjaannya di Malang menjahit, maka di Jakarta Ibu Yuli juga berusaha untuk melakukan pekerjaan yang sama. Kemudian karena mesin jahit otomatis yang diambil dengan bantuan kredit dari BPD Jatim di Malang di serahkan untuk dijalankan oleh teman-temannya di Malang, di Jakarta di lakukan lagi model dengan meminjam kredit dari Bank yang sama. Karena hubungan yang dekat di Malang maka di Jakarta Ibu Yuli juga mendapat kemudahan dengan mengambil kredit dengan agunan yang sama, yaitu dari pinjaman deposito yang tidak dicairkan.
Di samping itu Ibu Yuli dan kawan-kawannya dengan rajin menghubungi berbagai instansi untuk mendapatkan hibah atau bantuan sosial bagi penyandang cacat atau keluarga miskin disertai pemenuhan persyaratan yang diwajibkan sebagai sasaran pemberdayaan. Dengan kerajinan dan kejujuran memenuhi berbagai syarat itu, setelah berbulan-bulan berusaha dan mendapatkan bantuan satu atau dua mesin jahit, segera dibuktikan dengan kerja keras menghasilkan hasil yang diharapkan. Setelah beberapa bulan maka dewasa ini telah dimiliki tidak kurang dari 75 mesin jahit otomatis pembelian dengan sistem kredit, bantuan dan hibah dari beberapa bank dan lembaga yang memberikan kepercayaan karena hasil kerja yang nyata dan tepat waktu.
Dengan pesanan pekerjaan yang melimpah, maka dengan sendirinya kapasitas rombongan yang diberikan fasilitasnya di lingkungan Pondok Pesantren A’Taqwa menjadi semakin terasa sempit. Ibu Yuli, atas saran teman-teman yang bekerja padanya, diberi saran bahwa ada beberapa keluarga memiliki mesin jahit milik pribadi dan kebanyakan jarang di pergunakan. Sementara, di samping Pondok Pesantren yang besar seperti A;Taqwa, ada juga Pondok-pondok kecil yang menampung ibu-ibu yang datang untuk berkumpul atau bersama-sama belajar agama. Mereka dapat pula di ajak bersama-sama untuk bekerja dengan lebih dulu diberi pelatihan memakai mesin jahit atau melakukan penyempurnaan penyelesaian akhir dari Masker atau bahan jahitan yang di kerjakan bersama di tempat Ibu Yuli dan rombongannya bekerja dengan pesanan yang makin melimpah karena kualitas yang terjaga.
Timbul gagasan baru, yang memiliki mesin jahit diminta agar meminjamkan pada kelompok Pengajian, sementara anggota yang dipinjami mesin jahit, diajari mengerjakan pekerjaan yang dipercayakan kepada Ibu Yuli. Secara rajin, ibu Yuli dan manajemen yang membantunya setiap pagi sore datang mengantar bahan baku, melakukan cek dan recek, serta sore harinya mengambil hasil produk yang selesai dengan sempurna dan membayar hasil yang selesai setelah dilakukan kontrol kualitas secara cermat. Program nyata yang intinya keliling desa “mengantar kerja” dan “mengantar upah kerja harian” kepada penduduk yang tinggal di rumah yang tadinya “menganggur” berkat kerja sama “gotong royong pemilik mesin jahit” dan ibu-ibu yang mestinya menganggur, dalam suasana Covid-19 menjadi “pekerja aktif” dengan “pendapatan nyata” karena “berproduksi dengan kualitas baik”. Suatu upaya pengentasan kemiskinan dengan tidak banyak pidato dan teori tetapi karya nyata yang disertai dengan kasih sayang dan pelajaran praktis dengan upah yang dibayar setiap hari guna menghindari pinjam uang karena menunggu upah yang bakal datang, suatu pelajaran tidak boleh pinjam uang karena setiap hari harus kerja keras dan langsung menerima upah.