KURIKULUM PAGI, Cara cerdik melestarikan lingkungan - [Pengalaman Bapak Hadi Wasito]

hadi1.jpg

Kelestarian lingkungan adalah tumpuan kelestarian hidup manusia, oleh karenanya menjaga lingkungan tetap lestari merupakan tanggungjawab bersama.

hadi2.jpg

Manakala pandemi menerpa kehidupan masyarakat dunia seperti sekarang ini, adalah waktunya untuk instropeksi diri, menengok kelakuan hidup, menilai mana yang baik dan mana yg buruk, memilih yang benar diantara yang salah.  Kita evaluasi kehidupan kita selama ini, adakah kita telah menelantarkan lingkungan?, adakah kita telah menyimpang dari tatanan alam? Bila benar penyebab penyebaran virus covid 19 adalah bermula dari hewan liar kelelawar yang dikomersilkan sebagai hewan konsumsi, mengapa itu mesti terjadi?

hadi3.jpg

Melesatrikan lingkungan adalah upaya memanfaatkan lingkungan hidup dengan bijaksana, mengambil seperlunya, dan menjaga seperti sediakala. Hidup kita tergantung dari keberadaan dan kelestarian alam semesta. Keseimbangan hubungan saling ketergantungan antara manusia, binatang , tumbuhan , dan alam lingkungan harus tetap terjaga. Kita harus selalu sadar bahwa kita membutuhkan air yg disimpan tanah, kita memerlukan makanan yang dihasilkan tanaman, kita bernafas dengan oksigin yang dihembuskan tumbuhan.

Gagasan” kurikulum pagi” memanfaafkan waktu luang diantara “kerja dari rumah” dan “sekolah dari rumah” dimasa pandemi  dengan berolahraga pagi mencangkul tanah, menanam sayur dan buah,  serta mengolah sampah adalah gagasan cerdas menuju masyarakat mandiri.  Kegiatan menanam sayur dan buah, menyiangi dan memupuk , memanen dan mengunsumsi  merupakan serangkaian siklus kegiatan menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan tumbuhan.  Menjalankan kurikulum pagi merupakan kegiatan melatih diri untuk mencintai tumbuhan, dan mempersiapkan diri untuk aksi yang luas dengan menjaga keseimbangan alam.

hadi4.jpg

Melaksanakan kurikulum pagi tidak harus memiliki kebun yang luas, tidak harus memiliki sawah, tetapi cukuplah beraksi dihalaman rumah sendiri.  Melatih diri menanam sendiri janganlah mengkalkulasi nilai yang bisa kita konsumsi. Segenggam cabe dan seikat sayur mungkin tidak akan berarti untuk menunjang kebutuhan ekonomi. Susah payah praktik bertani dihalaman sendiri mungkin tidak berimbang dengan nilai yang dikonsumsi.  Tetapi manfaat dari melaksanakan kurikulum pagi adalah melatih diri, melatih tekad, melatih ketekunan, melatih kecermatan, dan melatih kesabaran menunggu harapan.

Balasan yang kita peroleh dari tekad untuk menanam, ketekunan untuk mengolah tanah, kecermatan untuk merawat dan memupuk, serta kesabaran dalam menanti adalah kepuasan dalam memandang hijaunya tanaman, kepuasan dalam memetik buahnya. Sekali lagi dalam praktik kurikulum pagi jangan sekali melihat nilai ekonomi, tapi tengoklah nilai manfaatnya.

hadi5.jpg

Tulisan ini bukan hanya sebuah cerita, tetapi adalah sebuah ekspresi pengalaman. Mungkin buah pepaya , pisang, tomat, dan jeruk tidak seberapa nilainya. Mungkin juga seikat sayur tidak ada harganya. Tetapi manakala kita memetiknya sendiri, dari tanaman sendiri, akan terasakan kepuasannya. Praktik menanam sendiri , mencintai tumbuhan, dan berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan telah menjadi konsep mengabdi. 

Sejak belajar dari program KKN tematik posdaya gagasan Prof. Haryono Suyono, Ph.D , dan praktik kegiatan penghijauan di banyak desa, rumahku menjadi rimbun dengan tanaman buah mangga, buah kepel, buah jambu, dan buah delima. Disela-sela pepohonan buah yang tinggi tertanam pohon pepaya, dan beberapa tanaman rambat berupa mentimun dan manisah, serta buah anggur. Untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan kecil dibelakang rumah  aneka tanaman dalam pot-pot kecil berupa  sayur kobis dan tomat. Tidak ketinggalan untuk menyegarkan udara dilingkungan rumah kutanam bunga sedap malam dan arum dalu, dua jenis bunga yg berbeda, tetapi sama-sama menyebarkan bau wangi diwaktu malam. Untuk melindungi rumah dari debu dan angin tak perlu berpagar tembok, tetapi cukuplah dengan tanaman perdu yang rapat padat.

hadi6.jpg

Dibawah pepohonan yang masih terasa ada ruang untuk berternak kalkun dan ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga, berupa telur dan dagingnya. Kita ikuti sunatullah mengonsumsi protein hewani dengan cara yang benar, bukan mengunsumsi hewan liar yang dapat menimbulkan penyakit. Sebagai pelengkap kolam kecil untuk memelihara ikan mas dan koi, sebagai hiasan yg siap juga untuk dikonsumsi.

Alhamdulillah dari belajar dari posdaya dan kurikulum pagi, rumah terlihat asri, hidup semakin berarti. Terima kasih Prof atas gagasannya!!

[ “Gemari.id” dengan ucapan teriama kasih menerima sumbangan pengalaman dengan disertai foto-foto untuk di ”share” pada khalayak di seluruh dunia dan mohon maaf tidak disediakan honor karenna seluruhnya disumbangkan secara cuma-cuma. Sumbangan artikel mohon dikirim kepada email : hynsyn65@yahoo.co.id]

Haryono SuyonoComment