Menata Ulang Kebudayaan, menuju Kesejahteraan

mus1.jpg

Hari ini Universitas Gajah Mada di Yogyakarta bersama Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) di Jakarta mengadakan kerja sama Webinar dengan tema yang menarik “Manata Ulang Kebudayaan, menuju Kesejahteraan”. Webinar yang sangat tepat tema itu dibuka dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang diikuti oleh semua tamu yang masuk dalam Jaringan Webinar yang sangat populer tersebut. Selanjutnya Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama), Prof. Dr. Rudy Harjanto, MSn langsung mengucapkan Pidato Pembukaan singkat diakhiri dengan ucapan peresmian Webinar dengan mantab.

mus2.jpg

Webinar menarik yang dipandu oleh Dr. Septiana Dewiputri Maharani ini menampilkan dua pembicara utama yaitu Prof. Dr. Haryono Suyono, MA Guru Besar Ilmu Kominikasi dan Perubahan Sosial dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama) di Jakarta dan Prof. Dr. Lasio, MA, Guru Besar Fakultas Ilmu Filsafat dari Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. Webinar yang bersifat terbuka tersebut diikuti oleh mahasiswa dari kedua Perguruan Tinggi yang ternama tersebut serta para simpatisan, termasuk para lansia anggota PWRI, yang secara khusus diundang oleh Ketua Umum PWRI melalui berbagai sistem yang dikoordinasikan oleh Dr. Mulyono Dani Prawiro yang selalu rajin mengirim undangan untuk berbagai kegiatan Webinar sebagai penambah pengetahuan dan pembekalan bagi generasi lansia guna membina anak dan cucu di sekitar tempat tinggalnya sebagai amal ibadah tiada henti.

mus3.jpg

Setelah pembukaan digelar oleh Rektor Prof. Dr. Rudi Haryanto, Moderator yang tangkas Dr. Septina Dewiputri Maharani mempersilahkan Prof. Dr. Haryono Suyono memberikan paparannya secara langsung. Melalui pengalaman yang panjang sebagai Deputy kemudian Kepala BKKBN dan Menko Kesra Taskin, Prof. Haryono mengurai proses pengembangan budaya baru dengan norma baru yang menjadi topik hari ini, tidak secara teoritis, tetapi langsung memberikan uraian dan langkah-langkah praktis secara populer, yang mudah di mengerti oleh banyak mahasiswa dan khalayak ramai yang menjadi tamu Webinar yang sangat populer tersebut. Pendekatan tersebut ternyata cocok terbukti setelah tiba waktunya tanya jawab muncul banyak pertanyaan menarik yang relevan dengan suasana dewasa ini.

mus5.jpg

Secara ringkas dan sederhana digambarkan bahwa budaya baru itu memiliki norma yang bisa diringkas secara sederhana sebagai kehidupan keluarga kecil dengan suami istri yang bekerja, ehat jasmani dan rohani, memiliki tingkat pendidikan tinggi, memiliki jumlah anak sedikit, suami istri bekerja, hidup dalam suasana tidak terlalu nyaman karena dunianya tidak ramah seperti jaman dulu, ada banyak godaan, gangguan pencopet, penyakit, virus berbahaya, terdapat kesenjangan, serba tidak pasti serta suasana dunia dengan teknologi maju yang sangat tinggi sehingga dituntut dinamika yang berjalan sangat cepat.

Setelah enam bulan ini pemerintah memberikan gambaran awareness, atau kesadaran adanya bahaya Virus Corona, Haryono menganggap tiba waktunya untuk mulai memperkenalkan budaya baru dengan norma barunya. Karena itu dipujinya prakarsa dua Perguruan Tinggi yang hari ini mengawali perkenalan budaya baru, menuju kesejahteraan, yang menjanjikan. Proses ini akan dan harus berjalan cepat biarpun berada suasana yang penuh godaan dan hambatan, karena kita berada dalam era industri 4.0, atau bahkan menjelang era industri 5.0 yang menuntut tindakan dengan menggunakan sistem IT yang sangat modern dan super cepat.

mus4.jpg

Dalam strategi memperkenalkan budaya baru dan mengantar beberapa komponennya yang baru dianjurkan agar mereka yang mengikuti protokol kesehatan, biarpun belum sempurna diberikan pujian dan diangkat ke permukaan agar segera menjadi teladan dan ditiru. Kesalahan kecil jangan di besar-besarkan tetapi adopsi awal harus dijadikan teladan dan secara bertahap dimasukkan dalam penerima awal yang berjasa dan diharapkan bertambah sempurna karena pengalaman pribadi yang membuatnya berubah makin benar dan lestari. Pujian pada penerima awal itu harus makin melembaga karena diikuti oleh penerima lain yang memiliki “lembaga” seperti desa, kecamatan, sekolah dan lainnya sehingga penerima bukan lagi perorangan tetapi lembaga dengan disiplin dan aturan kelembagaan yang menjamin kelestarian penerimaan budaya dengan segala atribut norma yang juga baru dan lestari.

mus6.jpg

Presentasi yang disajikan secara sederhana itu di bumbui dengan contoh-contoh nyata pengalaman berharga memperkenalkan KB yang lebih abstrak di masa lalu, ditambah lebih banyak lagi contoh dalam kesempatan tanya jawab yang sangat marak karena banyaknya komentar dari para peserta Webinar yang sukses. Secara kebetulan paparan itu  disusul dengan paparan Prof. Dr. Lasio, MA, yang mengurai filsafat budaya baru yang diperkenalkan dewasa ini.

Diuraikannya bahwa manusia memiliki tujuan, cita-cita dan aktivitas, mencipta, meneliti, merefleksi, mempercayai dan meyakini. Dalam konteks itu beliau memberi gambaran bahwa proses perubahan meliputi tahap awal, sebagai pengenalan inovasi baru dan memperkenalan kepada publik, tahap pengintegrasian yang meliputi upaya integrasi atau kalau perlu penggantian yang lama dengan yang baru dan akhirnya tahap terminal atau penerimaan budaya baru yang lebih lestari karena masyarakat merasa tenang, nyaman dan bisa menikmati budaya baru yang diterimanya dalam proses adopsi tersebut.

mus1.jpg

Uraian filsafat Prof. Dr. Lasio tersebut sangat terasa saling melengkapi langkah-langkah sederhana yang disajikan Prof. Dr. Haryono sehingga dua pembicara seakan sudah janji saling melengkapi dan acara dilanjutkan dengan tanya jawab yang sangat menarik sampai acara di tutup dengan foto bersama para peserta yang terasa semua merasa puas ikut berfoto melalui sistem daring. Selamat untuk para penyelenggara yang telah bekerja keras memulai perkenalan budaya baru dengan norma baru yang bakal menjadi budaya yang melembaga di tanah air tercinta, suatu kolaborasi antar perguruan tinggi yang mendidik rakyat untuk berpikir maju dan optimis akan masa depan yang lebih sejahtera.







Haryono SuyonoComment