Ketemu Ilmuwan Thailand di Iran, Cucu KH Ahmad Dahlan
Catatan: Aam Bastaman
Saat ketemu untuk pertama kalinya di Mashhad Iran tahun 2017 lalu, ia memperkenalkan dirinya Winai, ”Winai Dahlan from Thailand”. Saya sudah diberitahu sebelumnya oleh kolega dari Malaysia, Pak Winai pendiri Halal Center di Universitas Chulalongkorn Thailand bakal datang. Hanya saja meskipun sering mendengar namanya saya baru ketemu waktu di Mashhad itu.
Berapa hari di Mashhad karena sama-sama menghadiri dan menjadi presenter di konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Mashad University of Medical Sciences. Di sela-sela makan malam, atau saat istirahat pak Winai, demikian saya memanggilnya (yang lain menyebut Dr. Winai). Ia banyak bercerita mengenai asal usul keluarganya. Ayah Winai Dahlan, Erfan Dahlan adalah anak ke 4 dari KH Ahmad Dahlan, pendiri organisasi Muhammadiyah dari pernikahanya dengan Siti Walidah pendiri organisasi perempuan berkemajuan Aisyiyah di Indonesia. Nama kecil Erfan adalah Djumhan.
Oleh ayahnya KH Ahmad Dahlan, beserta beberapa pemuda Indonesia saat itu ia dikirim ke Lahore, India, untuk belajar agama. Tepatnya menimba ilmu di sekolah milik Ahmadiyah (Ahmadiyya Anjuman Ishaati Islam Lahore) bernama Ishaat Islam College. ia menyelesaikan (lulus) studinya di sana. Erfan murid yang cerdas, menguasai sembilan bahasa, yakni bahasa Jawa, Indonesia (tentu saja), Urdu, Pustun, Inggris, Belanda, Arab, Thailand, dan Jepang. Oleh karena itu tidak heran Erfan mudah bergaul dan memiliki banyak teman dari berbagi etnis.
Erfan “tersangkut” di Thailand, karena ketika hendak pulang dari belajar agama di Lahore India, situasi di Indonesia tidak memungkinkannya untuk pulang. Akhirnya Erfan memilih tinggal di Thailand. Erfan ketemu jodohnya, di Thailand seorang perempuan keturunan Indonesia, yang lahir di Thailand, namanya Zahrah. Dari pasangan itu, Winai Dahlan pun kemudian lahir di Bangkok.
Setiap pagi pukul 03.00 ayahnya itu selalu bangun untuk mendirikan shalat tahajud dan dilanjutkan dengan membaca al-Qur’an hingga subuh datang. Usai shalat, ayahnya pergi keluar rumah untuk bekerja dan berdakwah. Itu pula yang kemudian dilakukan oleh Winai setiap hari sampai sekarang. setiap hari ia bangun pagi, pukul 04.00 sudah berangkat ke kantor, dan pulang ke rumah di atas pukul 19,00.
Ia bilang sering datang ke Yogyakarta, walaupun tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik, ia sering bersilaturahmi dengan keluarga ayahnya di Indonesia. Berbeda kewarganegaraan tidak menjadi penghalang, ia adalah warga Negara Thailand. Karena faktor keturunan juga Winai aktif berdakwah Islam melalui Halal Center di Universitasnya, yang merupakan salah satu pusat halal tebesar di Asia Tenggara, di tengah-tengah masyarakat yang 90% pnduduknya menganut agama Budha. Winai mendapatkan pelajaran agama Islam dari keluarganya dan komunitas Muslim di Bangkok.
Dr. Winai menempuh Pendidikan tinggi di Chulalongkorn University, di Food and Nutrition, Faculty of Allied Health Science. Sebagai tambahan info, Chulalongkorn University ini termasuk universitas terbaik di Thailand, dan masuk jajaran 200 besar Universitas terbaik dunia. Kemudian Pak Winai melanjutkan program doktoralnya di jurusan Medical Biology, Universite Libre de Bruxelles, Belgia. Setelah lulus, ia mengabdikan diri sebagai dosen dan ilmuwan di universitas Chulalongkorn hingga saat ini.
Di kampus inilah kemudian ia mendirikan Halal Science Laboratory di Faculty of Allied Health Science. Laboratorium ini banyak dijadikan rujukan oleh oleh banyak perguruan tinggi dan pemerintahan Muslim, bukan hanya di Asia Tenggara, namun juga masyarakat Muslim di luar ASEAN, sehingga berkembang menjadi Halal Science Training Center for ASEAN sejak tahun 1998. Untungnya, Pemerintah Thailand juga memberikan bantuan besar kepada lembaga tersebut, baik berupa pendanaan, fasilitas serta akses.
Disamping sebagai dosen dan peneliti di Universitas Chulalongkorn, kemudian menjabat sebagai ketua Riset Sains Lipid dan Lemak dan juga ketua Pascasarjana Internasional pada studi Pangan dan Nutrisi, Faculty of Allied Health Sciences, Chulalongkorn University.
Lembaga yang kemudian bernama The Halal Science Center ini antara lain mengembangkan metode-metode deteksi, termasuk melalui DNA, FID (Flame Ionization Detection) technique, dan sebagainya, untuk membantu pihak otoritas yang ingin memastikan apakah produk ini Halal atau tidak, disamping itu dapat menelusuri proses produksi suatu produk, mulai dari bahan baku hingga produk jadi. Sehingga dapat mengembangkan sistem informasi yang memastikan dan menjamin kehalalan suatu produk kepada konsumen. Melalui Halal Center ini ia berdakwah dan mengembangkan Islam di negerinya, Thailand.
Selamat berkarya pak Winai, salam persaudaraan sesama bangsa satu kawasan MEA.
(Aam Bastaman, 3 Januari, 2020).
(Tambahan informasi: Suara Muhammadiyah, 2019).
Photo: Istimewa