Kalau Dua Menko Saling Bertemu
Hari Selasa sore kemarin, mendadak Hp Pak Haryooo Suyono yang sedang di charge berdering. Haryono Suyono yang sedang asyik memainkan komputer menulis pokok-pokok pikiran untuk disumbangkan kepada Menko PMK yang sedang ditunggu konfirmasinya terkejut dan meliriknya. Setelah dilihat dari mana asal dering Hp tersebut, maka ternyata justru dering itu dari Menko PMK, Prof. Dr. Muhadjir Effendy MAp yang rupanya menelepon sendiri tanpa melalui ajudan atau sekretaris beliau. Langsung, dering Hp yang jarang di jawab tersebut, diangkat dan benar rupanya diujung sana ternyata suara Pak Menko PMK menjawab dengan salam “Assalamu’alaikum” yang lembut dan sudah di kenal. Singkat kata beliau mengundang untuk datang ke Kantor Menko PMK sekarang juga karena hari Rabu akan ke luar kota mendampingi Bapak Presiden dan hari-hari lain akan sibuk sehingga menurut beliau kita berdua bisa berjumpa sekarang juga.
Buru-buru naskah yang akan disampaikan kepada beliau, hampir selesai, langsung dari komputer akan dicetak. Rupanya karena buru-buru, printer yang biasa menjawab langsung dengan hasil cetakan, mogok, tidak mau menjawab, mungkin karena naskah belum di edit, atau buru-buru, siapa tahu ada salah ketik, segera ditinggal “mengecek apakah masih ada sopir”. Tuhan Maha Besar, sopir belum pulang, sehingga dengan kecepatan tinggi segera memakai celana dan baju langsung meluncur ke Kantor Menko PMK. Perjalanan dari rumah di Perdatam ke Merdeka Barat, Kantor Menko PMK, yang biasa macet, berjalan lancar sehingga dalam waktu singkat sampai di Kantor Menko PMK dengan aman. Kantor ini pada tahun 1998 adalah Kantor Menko Kesra dan Taskin Prof. Dr. Haryono Suyono untuk dua periode, masa Presiden HM Soeharto dan masa Presiden BJ Habibie, dua duanya sudah almarhum.
Dulu Kantor ini sangat sederhana dengan perlengkapan meja kursi yang relatif kumuh sehingga karena Menko Kesra merangkap Kepala BKKBN yang waktu itu memiliki anggaran yang cukup longgar dan rekan-rekan yang baik hati, maka dengan bantuan BKKBN dan rekan-rekannya Kantor Menko Kesra dan Taskin disulap menjadi Kantor Menko yang cukup bagus. Pada masa itu kursi, meja dan perlengkapan ruang rapatnya juga “terpaksa dipinjam” dari Kantor BKKBN atau “disumbang” oleh sahabat yang baik hati karena terasa tidak pantas sebagai perlengkapan Kantor seorang Menteri Koordinator karena sangat jauh lebih sederhana dibanding Kantor Menteri yang dikoordinasikan. Pada masa Pak Agung Laksono menjabat Menko, dibangun Gedung baru bertingkat yang relatif mewah dengan perlengkapan yang memberi kebanggaan penghuninya.
Setelah sampai di Kantor Menko, langsung disambut Sesmenko yang baik hati sebelum Menko PMK di beri tahu bahwa rekannya Menko Kesra seumur hidup sudah datang. Kenapa Menko Kesra seumur hidup, karena pada saat berusia 60 tahun, Pemda DKI mengeluarkan “Kartu Penduduk seumur hidup” dan diperintahkan agar kartu penduduk pak Haryono segera dibuat di Kelurahan lengkap dengan jabatannya, “Menko Kesra/Taskin” ditanda tangani “Lurah” dan berlaku seumur hidup. Kartu itu masih disimpan dengan baik sebagai kenang-kenangan indah yang memberi semangat untuk tetap mengabdi kepada Negara dan utamanya masyarakat luas.
Tidak berapa lama Menko PMK Prof. Dr. Muhadjir Effendy MAp muncul, kelihatan agak capai tetapi dengan akrab langsung menyambut tamunya dengan salam dan saling berpelukan. Kita berdua sangat akrab karena selama beliau menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah di Malang, sering kali dikunjungi dalam kedudukan sebagai Ketua Yayasan Damandiri yang bekerja sama melakukan kegiatan KKN mahasiswa ke desa untuk pemberdayaan masyarakat sebagai bagian pengabdian Perguruan Tinggi pada masyarakat desa sejak Bapak Prof. Dr. Abdul Malik Fadjar menjabat Rektor di Perguruan Tinggi itu, yang juga mantan Menteri P dan K.
Pembicaraan pertama adalah nostalgia yang menarik tentang pengalaman masa lalu sewaktu beliau sebagai Rektor dan kegiatan KKN, pengabdian masyarakat untuk pembangunan sumber daya manusia melalui pemberdayaan keluarga di sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah di Malang yang menjadi kawasan akrab mahasiswa serta memenuhi kebutuhan mereka dan sekaligus kebutuhan lain yang meringankan tugas dan kesibukan Kampus dengan ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia. Suatu Kampus yang masyarakatnya menjadi bagian yang memperkuat kemandirian kampus dan warganya.
Rencana kami semula akan datang dengan Dr. Moch Sudarmadi, mantan Sesmenko Kesra/Taskin dengan pokok-pokok pikiran berdasarkan pengalaman sebagai Menko untuk dua orang Presiden, sekaligus sebagai satu-satunya Menko Kesra yang berhasil “memaksa” dua Presiden terhormat, Pak Harto dan Pak Habibie, setiap bulan menggelar”Sidang Kabinet Terbatas Bidang Kesra” yang dihadiri semua Menteri guna membahas penyelesaian masalah dan pembangunan bidang Kesra yang dapat dikerjakan bersama secara terpadu melalui kegiatan Kementerian yang tidak saja masuk dalam Koordinasi Menko Kesra atau sekarang Menko PMK tetapi juga Menteri dalam Bidang Ekonomi dan Politik serta Keamanan. Tetapi karena bahan tertulis belum sempat tercetak dan Dr. Moch Sudarmadi belum bisa datang bersama, pokok-pokok pikiran itu belum disampaikan secara tertulis dan disepakati pertemuan lain akan diatur untuk membahas pokok-pokok pengalaman yang kiranya dapat dipergunakan untuk bahan kajian Menko PMK dalam koordinasi pembangunan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengentasan kemiskinan dan mengantar setiap keluarga menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera yang akan dibahas dalam kesempatan pertemuan berikutnya.
Pengalaman tersebut sangat penting karena selama masa jabatan di masa lalu, kebersamaan dari Menteri-menteri di bidang Kesra dan Menteri lainnya, berhasil mengatasi berbagai masalah Kesra dengan cepat dan tuntas. Menteri-menteri bidang Kesra dan lainnya berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dari sekitar 70 persen di tahun 1970, atau sekitar 30 persen di awal-awal tahun 1990-an menjadi sekitar 11 persen di tahun 1997 sehingga Presiden HM Soeharto atas nama Pemerintah dan rakyat Indonesia mendapat Penghargaan PBB yang disampaikan langsung oleh Dirjen UNDP yang datang ke Jakarta. Kebersamaan itu berhasil menyelenggarakan kegiatan gerakan Gizi terpadu di seluruh Indonesia yang “memaksa” banttuan UNICEF sehingga pada masa itu keadaan gizi buruk dapat terkontrol dan tidak ada stunting yang merebak seperti sekarang. Kegiatan imunisasi untuk seluruh anak balita bisa diselenggarakan sehingga tingkat kesakitan dan kematian anak sangat menurun. Maslah bendungan jebol, masyarakat yang menderita karena kota yang banjir karena itu dapat diatasi kurang dari satu minggu. Program KB bisa dipercepat selama sepuluh tahun dan Indonesia mendapat penghargaan dunia serta menjadi acuan dunia yang membesarkan hati.
Pengalaman-pengalaman itu sangat berguna untuk dipelajari agar pembangunan sumber daya manusia, penurunan tingkat kemiskinan, penanganan gizi buruk dan stunting dapat dipadukan dan membawa hasil positif untuk masyarakat luas. Pak Menko PMK Prof. Dr. Muhajir Effendy MAp sangat responsip dan untuk itu, menurut beliau, siap mengagendakan pertemuan dalam kesempatan lain. Bahkan beliau bercerita sudah mengagendakan pertemuan silaturahmi dengan Menko Kesra senior lainnya. Terima kasih pak Menko PMK yang baik hati, semoga selalu sukses mengantar pembangunan sumber daya manusia dan mengkoordinasikan pembangunan Bidang Kesra guna mengangkat martabat, nilai HDI yang jauh dari memuaskan, seluruh anak bangsa.