Gerakan Cinta Lingkungan mengubah Sampah jadi Berkah
Pada hari Sabtu yang penuh barokah mingg lalu, Mantan Menko Kesra dan Taskin, Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT, Prof. Dr. Haryono Suyono di Gedung Pertemuan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, sempat mengantarkan suatu kelompok Gerakan Cinta Lingkungan, Gerakan Penggunaan Kompor Rakyat, Tim Ampera, yang dipimpin oleh Adi Wibowo dari Gadjah Mada dan terdiri atas tokoh-tokoh yang sangat aktif Albertus Sunarso, Suseno dan Bambang Prayogo. Lima orang ini, seakan seperti Pendowo Limo dalam pewayangan Jawa, sepakat sejak beberapa waktu lalu dengan Adi Wibowo bahwa penemuan serta upaya awal pemanfaatan sampah yang disulap menjadi briket sebagai bahan bakar terbarukani perlu disiarkan secara luas dan dimanfaatkan oleh rakyat banyak sebagai alternatif tenaga untuk keperluan hidup sehari-hari. Keyakinan ini oleh Prof. Dr. Haryono Suyono dalam kesempatan Peringatan Hari Natal bersama PWRI sempat menyampaikan kepada Menteri ESDM, Bapak Arifin Tasrif tentang Kompor Rakyat dengan bahan bakar olahan sampah. Ternyata dalam lingkungan Kementerian ESDM terdapat usaha mengembangkan tenaga terbarukan seperti ini yang cukup intens dan siap menerima masukan dari masyarakat luas.
Adi Wibowo yang mendapat kesempatan dari Pimpinan Universitas Gajah Mada menggunakan Gedung Pertemuan yang megah di Kampus itu segera didorong mengundang aktivis kemasyarakatan, umumnya dari Posdaya, dari berbagai Kabupaten dan Desa guna berkumpul dan mendengarkan penemuan dan rekayasa pengolahan sampah menjadi briket untuk digunakan sebagai bahan bakar Kompor bagi keluarga yang dinamakan Kompor Rakyat.
Dengan kecepatan yang tinggi, Adi Wibowo yang dimasa menjabat dalam LPPM Universitas Gajah Mada ikut bergerak mengembangkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pengembangan Gerakan Masyarakat Mandiri melalui pembentukan Posdaya merasa “terdorong mengundang” jaringan Posdaya dari berbagai gaerah untuk hadir dan berkumpul bersama di Yogyakarta. Dalam Era 4.0 dewasa ini, undangan dilakukan melalui sistem komunikasi modern dalam jalur WA, Face Book dan lainnya, serta jaringan Posdaya dari desa dan binaan berbagai Perguruan Tinggi. Pada hari Sabtu itu hadir wakil-wakil dari Kalimantan Utara, Cirebon, Bekasi, Jakarta, Semarang, Pacitan, Madiun, peserta yang bervariasi, ada Ibu Yuli dari Bekasi yang membawa rombongan besar, Ibu Sabariah dari Bogor, bu Prastiti dari Semarang, Ibu Ardhining Westri Hindarti dari Madiun, Ibu Nancy Norma Wijaya dari Cirebon, Dr Heppi Iromo kaltara, tiga rombongan dari Kecamatan Tulakan, Ngadirojo dan Punung, Pacitan, Bapak Tanggono yang Kepala Desa dan Bapak Slamet dari Posdaya yang sangat terkenal dengan Wisata Pantainya, ada Pak Kyai dari Jombang, Wakil-wakil dari Cilacap, ada Dosen, Guru Besar, aktivis yang Sarjana S1 dan S2, dan ada juga pengusaha restoran, Ibu Mardiana, dari Yogyakarta dan aktivis Posdaya dari Klaten dan sekitarnya.
Dengan semangat tinggi karena datang dengan motivasi mandiri yang sangat pro rakyat, para peserta mendengarkan uraian dari Pak Adi dan tokoh-tokoh yang sangat memahami upaya mengubah sampah menjadi bahan bakar pelet atau bahan bakar pengganti gas, minyak atau tenaga listrik itu sebagai bahan bakar untuk kompor masak di dapur atau di kemudian hari, bahan bakar untuk industri desa sebagai bahan bakar terbarukan yang murah dan tersedia di semua desa di Indonesia. Penjelasan itu disertai dengan contoh Kompor Rakyat yang sederhana dan murah serta alat untuk pembuatan briket yang bisa dioperasikan di desa atau bahkan bisa dibuat di masing-masing daerah dengan rekayasa sederhana yang anak-anak SMK daerah bisa membantu membuatnya.
Setelah Prof. Dr. Haryono Suyono dipersilahkan menyalakan Kompor Rakyat dengan setetes arang briket yang ditetesi sepiritus dan disentuh dengan api pada Kompor Rakyat, maka dengan mengantar nasehat singkat bahwa manfaat tenaga terbarukan dari sampah itu akan sangat menguntungkan, lebih-lebih ada berita bahwa subsidi gas akan dihapuskan. Namun diingatkan agar waspada karena “usaha ini” jangan dianggap segera populer. Biarpun memiliki manfaat tinggi dan murah, harus bersaing dengan produsen dan pedagang besar yang memiliki jaringan luas dan menguntungkan. Para penggiat pro rakyat diyakinkan agar tabah dan tidak putus asa karena pasti ada pemimpin pro rakyat yang akan menganjurkan penggunaan kompor rakyat yang sederhana, ramah lingkungan dan bahan bakar terbarukan dari sampah tersebut.
Dengan dinyalakannya Kompor Rakyat tersebut, Adi Wibowo dan para aktivis langsung memberikan gambaran lengkap tentang manfaat dan cara penggunaan sampah yang diolah menjadi bahan bakar terbarukan sekaligus upaya melindungi rakyat dari polusi sampah yang bisa mengganggu lingkungan. Semoga mendapa perhatian dan segera menyebar di kalangan yang luas serta memberi keuntungan hidup yang makin mandiri. Amin.