Manajemen: "Remote Work"

Aam Bastaman.png

Berapa jam anda menghabiskan waktu ke kantor dan kembali ke rumah setelah bekerja? Apakah total 3 jam per hari? Atau 4 jam? Bahkan 5 jam? Ternyata tidak sedikit warga megapolitan Jabodetabek yang menghabiskan waktu rata-rata 4 jam per hari, atau 20 jam per minggu, atau kurang lebih 80 - 100 jam per bulan. Dalam setahun bisa anda hidung sendiri, bisa mencapai 960 - 1.200 jam per tahun! Waktu anda habis di jalan. Tidak heran banyak teman di daerah bilang orang-orang Jabodetabek itu hidupnya tua di jalan….

Bukan kabar baik. Terlalu banyak mudaratnya – menghabiskan energi kita sendiri (lemas, lesu, lelah), sehingga bisa mengurangi produktifitas kerja, akibat energi habis terserap perjalanan di jalan raya. Belum lagi biaya transportasi, ataupun biaya bensin dan perawatan kendaraan bagi yang membawa kendaraan pribadi, faktor psikis karena terlalu lama di jalan, gampang emosi tidak tekendali, termasuk stress.

Oleh karena itu gagasan untuk bekerja di luar kantor (remote working) menjadi alternatif untuk mengatasi problematika transportasi di Jabodetabek. Apalaagi sekarang teknologi pendukung telah tersedia secara memadai, antara lain melalui internet.  Dulu ukuran kinerja salah satunya rajin datang ke kantor tepat waktu. Sedangkan hasil kerja sering kali tidak diukur. Karena kehadiran merupakan ukuran kinerja yang paling mudah dihitung. Namun kalau kita mempertimbangkan output ataupun outcome, maka ukuran kinerja kehadiran di kantor bisa menjadi kurang relevan lagi.

Organisasi, perusaahaan ataupun lembaga pemerintah/swasta perlu mempertimbangkan sistem bekerja yang lebih fleksible ini. Banyak pimpinan organisasi kesulitan mengukur kinerja, atau sampai kekhawatiran adanya penyalahgunaan waktu kerja karena tidak bisa diawasi proses kerjanya secara langsung, tidak seperti di kantor. Tentu saja, kekhawatiran di atas bisa diatasi dengan mekanisme yang dapat disusun melalui suatu standard opering procedure yang jelas dan terukur. Perubahan   cara bagaimana pekerja bekerja, sebenarnya sudah mulai dijalankan oleh organisasi-organisasi yang dinamis, terutama yang menjadi pionir adalah organisasi-organisasi yang memiiki muatan tinggi dengan teknologi informasi. Bahkan Bill Gates memprediksi ke depan konsep bekerja tanpa meja (remote work atau mobile working) akan semakin banyak diterapkan. Memang tidak selalu ramalan Bill Gates menjadi kenyataan, namun rasanya konsep mobile working ini sudah ada di hadapan mata, bahkan sudah dimulai, meski masih dalam skala yang terbatas.

Banyak keuntungan dari remote work, antara lain bagi perusahaan bisa menghemat ruang kerja (space) di kantor, menghemat listrik, menghemat beberapa peralatan kerja seperti komputer, printer, mesin scan ataupun photo copy, apalagi ATK. Bagi pekerja bisa menghemat waktu perjalanan ke kantor, menghemat waktu sampai dengan 4 - 5 jam sehari, orang Inggris akan bilang not bad. Penghematan biaya dan mengurangi stress di jalan raya. Penghematan yang luar biasa. Badan bisa lebih segar dan bisa lebih produktif bekerja. Lebih hemat, dan bisa lebih membahagiakan. Hanya saja konsep bekerja seperti ini perlu disiplin tinggi, karena pengawasan organisasi lebih longgar. Tentu juga perlu komitmen, sehingga kesempatan bekerja yang fleksibel ini tidak disalahgunakan.

Kabar baiknya, studi terkait konsep ini ternyata memperoleh hasil yang baik, bahwa remote work berdampak positif terhadap produktivitas. Berdasar Gallup's 2017 State Of The Global Workplace Study, secara global, remote work telah menambah jam kerja per pekan hingga empat jam. Remote work ternyata bisa memperpanjang waktu kerja. Hal ini pun didukung oleh studi dari Stanford University. Saya kira baguslah sepanjang produktif dan pekerja merasa lebih nyaman.

Manfaat remote work juga didukung oleh sebuah riset dari Owl Labs,  yang berkantor di Amerika Serikat, riset tersebut menggambarkan bahwa secara global  pekerja yang dapat bekerja sejara fleksibel mengaku merasa lebih bahagia. Dalam studi berjudul "The Global State of Remote Work”, pekerja yang melakukan remote work menyatakan bahwa mereka merasa lebih bahagia dan lebih produktif. Perusahaan yang mengaplikasikan remote work mendapatkan turn over pekerja mereka yang lebih rendah  (ww.owllabs.com). Hal ini dimungkinkan karena remote work  membuat pekerja dapat memilih waktu dan tempat yang dinilai paling tepat untuk melakukan pekerjaan mereka, tanpa harus kehilangan waktu di jalan raya. Riset tersebut juga menemukan semakin banyaknya pekerja yang mulai tertarik dengan work-life balance, oleh karena itu diyakini nantinya akan semakin banyak pekerja (apalagi pekerja milenial) yang lebih memilih untuk melakukan remote work yang dapat memberikan fleksibilitas.

Dengan demikian diindikasikan para pekerja saat ini dan masa depan membutuhkan suasana kerja yang lebih fleksibel untuk memberikan peluang untuk bekreatifitas. Konsep remote work merupakan altenatif daya saing organisasi yang bisa ditawarkan kepada calon pekerja, untuk mendapatkan pekerja yang bertalenta tinggi, kreatif, namun disiplin dan bertanggung jawab.

Bagi perusahaan yang berfokus pada efisiensi dan produktifitas, konsep remote work dapat menjadi altenatif yang patut dipertimbangkan.

 Aam Bastaman (Univ. Trilogi). Editor Senior gemari.id

 

 

Aam BastamanComment