Traveler Tic Talk: Betis Orang Korea dan Kerja Keras
Perjalanan musim panas di Korea bisa melihat secara fisik tubuh orang-orang Korea, karena relatif lebih terbuka, dibandingkan musim-musim lainnya. Bukan apa-apa, bentuk dan gambaran fisik tubuh orang dapat mencerminkan pola hidup masyarakat, termasuk tentu saja gaya hidup.
Musim panas di Korea, tentu pakaian mereka setipis mungkin, minimal bercelana pendek atau rok pendek yang banyak dipakai wanita Korea. Berbicara pemuda dan wanita Korea, celana pendek memang banyak digemari di musim panas ini, termasuk juga para pemudanya. Hanya saja bagi para wanita muda Korea ada alrenatif lain selain celana pendek, yaitu tadi, rok pendek, kaus pendek, atau jenis pakaian lain yang relatif kurang menutupi badan, sangat popular dimusim panas. Bisa dibayangkan di musim-musim lain yang bukan musim panas saja, apa itu musim gugur, musim semi, bahkan musim dingin sekalipun rok pendek sangat popular, apalagi di musim panas. Wanita Korea, terutama wanita muda, di Musim dingin meskipun bagian tubuh atas mungkin dibalut jas atau coat yang tebal, untuk menghangatkan badan, namun tetap saja bagian bawah seringkali menggunakan rok pendek. Tidak jarang sepatunya saja yang membalut sampai betis.
Jangan salah sangka, mengintip gaya pakaian, dapat mengetahui gaya hidup masyarakat Korea. Kalau mereka merupakan masyarakat yang suka bekerja keras, maka dapat kelihatan dari fisik mereka. Bentuk dan postur badan bisa menunjukkan apakah mereka pekerja keras. Termasuk sejauh mana mereka menggunakan kakinya untuk bekerja dan berjalan. Orang-orang Korea berjalan kaki sangat kuat. Kemana-mana mereka jalan kaki, minimal masuk stasiun dan keluar stasiun metro bawah tanah (terutama di Seoul), yang lumayan dalam, naik-turun tangga, karena tidak semua stasiun bawah tanah ada elevator-nya. Tapi di jalan-jalan gerakan mereka dalam berjalan kaki kelihatan sangat dinamis. Di belahan Korea Selatan manapun jarang terlihat sepeda motor. Berjalan kaki merpakan aktifitas rutin yang dilakukan sehari-hari. Jadi kelihatan betis orang Korea kuat dan keras (pengamatan mata saja), terlihat jelas kokoh, dengan guratan otot. Ini berlaku untuk para wanitanya juga.
Jadi betis dapat menunjukkan perilaku dan gaya hidup suatu masyarakat ya. Hanya jangan berpikiran macam-macam, karena di musim panas ini memang aurat wanita lebih terbuka, selain betis. Apalagi kulit wanita Korea konon merupakan salah satu yang paling terang warnanya, halus dan mulus, di dunia. Ah, ada-ada saja. Nanti gagal fokus. Bukankan topik kita ini membicarakan otot kaki dan hubungannya dengan kebiasaan bekerja keras? Kan?
Tapi mungkin itu juga, karena kebiasaan berjalan kaki, bentuk betis yang terkesan kuat dan mengeras, sehingga terlihat oto-otot kaki, mengganggu kenyamanan dan rasa percaya diri sebagian wanita Korea. kemudian lahirlah konsep operasi plastik betis, untuk membuat betis wanita lebih mulus, tidak terlihat lagi guratan-guratan otot yang dianggap mengganggu kecantikan kaki. Apalagi mereka suka dengan sepatu hak tinggi. Di Korea operasi plastik bukan hanya untuk muka, betis juga. Jadi mungkin bisa diduga, mereka yang betisnya terlihat mulus hasil dari operasi plastik. Dugaan yang belum tentu benar, tentu saja.
Bercermin ke dalam diri, masyarakat Indonesia yang kurang banyak berjalan kaki (menurut sebuah survey, kita msyarakat yang tingkat aktifitas jalan kakinya paling rendah di dunia), dalam urusan jalan kaki mungkin tidak sekuat orang Korea. Oleh karena itu banyak dari masyarakat kita yang mengalami masalah persendian, terutama lutut dan persendian lain, di usia setelah 40 tahun, konon karena kurang bergerak, kurang menggunakan organ kakinya untuk berjalan kaki. Padahal dunia medis sudah membuktikan berjalan kaki sangat menyehatkan. Ada baiknya juga kita belajar ‘ilmu betis’ orang Korea, maksudnya dalam produktifitas kerja.
Musim panas di Korea, memiliki perspektif lain juga, kelihatan bagaimana orang-orang Korea terutama para wanitanya merawat kulit dan tubuhnya, gaya hidup. Kalau yang ini mungkin kita tidak ketinggalan, terbukti kosmetik Korea laku keras di pasar (market) kita, termasuk produk-produk atau merek kita sendiri. Dalam urusan kecantikan rupanya para wanita Indonesia tidak kalah bersaing. Namun diluar obrolan mengenai urusan kosmetik dan kecantikan, saya perlu sampaikan juga, belum sempat survey betis orang-orang kita sendiri.
Aam Bastaman (Universitas Trilogi, Jakarta). Penulis Buku serial Traveler Tic Talk.