Green Belt Conservation (GBC) 2019 Ajak Seluruh Lapisan Masyarakat Tanam 7500 Bibit Mangrove
Lebih dari 100 peserta mengikuti kegiatan penanaman 7500 bibit mangrove di Desa Patra Manggala, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Banten (25/8). Kegiatan penanaman bibit mangrove ini merupakan acara yang digelar tiap tahun oleh Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (Himasper FPIK IPB).
Acara ini dikenal dengan sebutan GBC 2019. GBC 2019 merupakan suatu acara yang dilakukan sebagai bentuk kepedulian Himasper FPIK IPB pada lingkungan. Tahun ini, Himasper FPIK IPB menggelar acara GBC 2019 dengan fokus utama konservasi mangrove di Kabupaten Tangerang, Banten.
Tempat penanaman mangrove ini berada di daerah pesisir Desa Patra Manggala yang dulunya merupakan daerah yang dimanfaatkan untuk budidaya udang. Tahun 2006, hasil panen budidaya udang windu dapat mencapai 20 kilogram per harinya. Keberadaan mangrove sempat dianggap sebagai hama bagi kegiatan budidaya udang. Hingga penebangan pohon mangrove secara besar-besaran pun sempat dilakukan di daerah ini. Tidak lama kemudian, hasil panen udang lambat laun menurun. Bahkan budidaya udang di daerah ini sempat benar-benar mati.
Kejadian ini kemudian dilirik oleh Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Banten. Pendampingan langsung dari Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Banten akhirnya dilakukan dengan melakukan penanaman kembali bibit mangrove di daerah tersebut. Penanaman bibit mangrove ini dilakukan karena mangrove dipercaya sebagai tanaman yang mampu menyerap emisi karbon serta merupakan daerah penting yang mendukung biota air untuk berkembang biak.
“Keberadaan mangrove di pesisir ini penting adanya. Kami melakukan pendampingan langsung kepada kelompok pemerhati mangrove di Desa Patra Manggala untuk mengembalikan kondisi perairan sebagaimana semestinya,” tutur Hari Mahardika, perwakilan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang yang melakukan pendampingan langsung kepada kelompok pemerhati mangrove setempat.
Penanaman mangrove kembali ini menjadi langkah tepat. Hal ini ditunjukkan dengan pulihnya kegiatan budidaya udang. Hasil panen yang sempat mati kemudian meningkat menjadi 1 ons per hari. Mulyana atau yang akrab disapa dengan sebutan Pak Taya mengaku bahwa saat ini hasil budidaya dapat mencapai 5 kilogram per hari setelah ditanami mangrove.
“Masyarakat mulai sadar bahwa mangrove itu penting. Dukungan dari segala pihak sangat diharapkan untuk memulihkan kondisi daerah pesisir kami. Kegiatan ini menjadi salah satu dukungan yang didapatkan oleh masyarakat setempat”, ungkap Mulyana selaku Koordinator Kelompok Pemerhati Mangrove Desa Patra Manggala.
Naufal Hawali Bastaman, Ketua Panitia GBC 2019, menjelaskan bahwa selain penanaman 7500 bibit mangrove yang diperoleh dari instansi setempat yang peduli pada konservasi mangrove itu, diskusi dengan masyarakat juga dilakukan. Diskusi ini dipimpin oleh Pardi Pay, S.Pi dari Forest Watch Indonesia (FWI) yang menampung permasalahan yang dirasakan oleh Kelompok Pemerhati Mangrove setempat. Hasil diskusi tersebut akan menjadi bahan yang dikaji oleh Himasper FPIK IPB. Perumusan saran pengelolaan mangrove di pesisir Desa Patra Manggala akan dilakukan di bawah bimbingan Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc sebagai output yang diberikan dari diadakannya kegiatan ini.
Harapan besar disampaikan oleh Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), FPIK IPB yaitu agar kegiatan ini tidak berhenti di sini saja. Keberlanjutan kegiatan penanaman mangrove menjadi tugas yang harus dilakukan oleh Himasper FPIK IPB. Harapan lainnya seperti perumusan saran pengelolaan mangrove untuk Desa Patra Manggala dapat segera diselesaikan dan diaudiensikan ke Pemerintah Daerah setempat sebagai referensi kebijakan yang dapat diambil (Dinul).
Keyword: budidaya, Desa Patra Manggala, Green Belt Conservation (GBC) 2019, konservasi, mangrove, udang.
(Sumber: Biro Komunikasi IPB, 2019).