Mengagumi calon Sarjana, pemimpin masa depan bangsa

IMG_2175.JPG

Minggu lalu dengan penuh kebanggaan sebagai salah seorang Guru Besar Universitas Dr. Mustopo (Beragama), dengan didampingi Dekan Fakultas Komunikasi Dr. Yoga Santoso Hamijoyo, Dr. Nasrullah, MSos, MKom dan Dr. Mulyono Daniprawiro, sebagai Guru Besar Komunikasi dan Perubahan Sosial, kami, Prof. Dr. Haryono Suyono, mendapat kesempatan melakukan “ujian Guru Besar” bagi mahasiswa yang esok harinya akan mengikuti ujian akhir selama beberapa hari pada Program Study yang sangat terkenal pada Universitas Dr. Mustopo (Bergama) yang dewasa ini menjadi salah satu pilihan favorit ratusan mahasiswa pada perguruan tinggi ternama tersebut.

Setelah pengantar singkat dari Dekan Dr. Yoga Santoso dan Dosen Pendamping Dr. Nasrullah bahwa ujian Guru Besar tersebut sesungguhnya merupakan suatu latihan mental bahwa dalam kehidupan sebagai seorang Sarjana Komunikasi dalam alam modern dewasa ini, Era Industri 4.0, para lulusan berhadapan dengan banyak “guru besar di lapangan” yang jauh lebih pandai dan maju dibanding dosen atau guru besar dari dalam kampus, bukan karena ilmu yang disandangnya, tetapi utamanya mereka tidak hanya menanyakan kemampuan mahasiswa yang lulus tentang apa yang dipelajarinya selama masa kuliah, tetapi secara tidak langsung “menantang” para lulusan dengan kekinian masalah yang perlu dibantu untuk diselesaikan, diberi petunjuk agar “upaya jasa yang ditawarkan” atau “produk usahanya” laku jual dan menguntungkan.

IMG_2153.JPG

Selanjutnya dari puluhan “mahasiswa yang diuji” diambil sample secara acak dan diambil kesimpulan bahwa mahasiswa “jaman kini” sungguh telah mempersiapkan dirinya dengan baik menjadi lulusan yang mengikuti jamannya dan siap terjun dengan kekuatan ilmu yang diserapnya dan sanggup mengikuti perubahan jaman dari era 3.0 kepada era 4.0 yang serba elektronik dan menggunakan sistem serba internet atau sambungan maya yang maju guna mencapai sasaran, menjelaskan jasa atau produk yang ditawarkan serta siap menunjukkan keunggulan bukan dalam rangka persaingan, karena era 4.0 bukan era persaingan, tetapi era pameran keunggulan dan kebersamaan yang mengarahkan pilihan utama pada keunggulan kualitas dan pelayanan.

Dari beberapa mahasiswa yang diambil laporannya secara acak dapat dilihat misalnya bahwa Bayu Samudra Sono melihat “minat” pelanggan melalui akun instgram, yaitu suatu cara melihat melalui sistem IT modern yang dianggapnya bisa menampung variasi minat yang menghasilkan nilai jual yang maksimal. Secara berani mahasiswa yang esoknya akan ujian itu memakai teori new media sebagai teori minat dan computer mediated communication sebagai teori pendukungnya. Suatu cara pandang yang barangkali tidak dipelajari oleh dosennya dalam menyelesaikan kuliahnya di masa lalu.

IMG_2142.JPG

Lebih lanjut, Fikri Firmasyah mempelajari pengembangan minat suatu produk melalui strategi public relation dengan mengetengahkan “event creation” kepada khlayak luas atau public yang apabila gagal, seluruh promise yang ditawarkan akan gagal, tetapi apabila berhasil dengan sendirinya “event yang ditawarkan” laku keras dan untung. Suatu cara yang di kala “menjual gagasan KB” pernah menghasilkan arus positif yang luar biasa.

Sementara Deske Desiana Tapada dalam strategi penjualannya berani mengangkat teori PENCILS yang mengusung Publications, Event, News, Community, Involvement Identity, Lobying dan Social Responsibility yang dalam praktek memerlukan komitmen dan partisipasi bukan saja dari pemimpin masyarakat tetapi juga dari berbagai pemangku kepentingan yang di lapangan sangat sering saling bersaing satu dan lainnya. Kalau penggunaan teori ini disertai adanya komitmen dan partisipasi yang tinggi, hampir pasti menghasilkan jual produk yang sangat besar dan membawa keuntungan bisnis yang luar biasa.

Dari gambaran minat yang dikemas oleh Bayu pada bagian awal tulisan ini, Muhammad Istiqlal Hanif melengkapinya dengan teori Stimulus dan teori AIDCA yang dibahasnya dalam hubungan antara stimulus, organize dan response yang selanjutnya diurai lebih lengkap melalui proses adopsi yang digarap secara sistematis dari adanya Attention, Interest, Desire, Convention dan asumsinya akan berakhir pada suatu Action. Akhir action ini, sesungguhnya dalam beberapa kasus perlu dilengkapi dengan pengaruh tekanan psychologis dan dukungan masa yang kuat sebagai konfirmasi yang memiliki pengaruh  melestarikan adopsi yang disebutnya sebagai action. Apabila dukungan itu kurang kuat, maka action itu akan berakhir negatip menjadi Rejection atau penolakan yang bisa menimbulkan penyakit yang bisa menahun.

IMG_2154.JPG

Sebagai penutup catatan ujian yang membesarkan hati dan memberi gambaran bahwa mahasiswa Universitas Dr Mustopo (Beragama) bisa disebut mahasiswa berkualitas, Saica Istiara, dalam studinya menggunakan media Webside sebagai sarana memelihara konsumen agar tetap setia datang ke fasilitas, dalam hal ini restoran, yang ditawarkannya. Sekali lagi suatu pendekatan modern dalam era 4.0 yang tidak lagi menggunakan bentuk iklan biasa melalui media masa yang langganan dan cakupan massa atau peminatnya makin mengecil. Dalam penelitiannya Saica yakin bahwa media sosial seperti Webside dewasa ini sudah dianggap cukup ampuh untuk mengundang, memelihara dan menarik minat pemelihara langganan yang menguntungkan usaha bisnis masa kini yang makin modern. Suatu garapan mahasiswa yang pantas diacungi jempol. Selamat kepada para dosen dan pembina Program Studi Komunikasi Universitas Dr. Mustopo (Beragama). Selamat untuk para mahasiswa calon pemimpin masa depan bangsa!

Haryono SuyonoComment