Refleksi: Polusi Udara

Polusi udara di Jakarta sudah sampai pada taraf yang mengkhawatirkan, karena akan berdampak buruk terhadap tingkat kesehatan kita. Tidak tanggung-tanggung, jakarta sekarang menempati posisi atas, sebagai salah satu kota paling polusi di dunia. Wah kenapa ya yang jelek-jelek kita selalu jadi juara…

Seorang teman baru saja mengirimkan artikel dari the guardian.com berjudul Revealed: Pollution may be damaging ‘every organ in the body’. Esensi tulisan artikel tersebut adalah secara ilmiah telah terdapat banyak bukti bahwa polusi udara bukan hanya mengganggu kesehatan organ pernapasan seperti paru-paru, tapi juga akan merusak setiap organ dan setiap sel dalam tubuh manusia. Artikel ini merujuk pada temuan baru yang lebih komprehensif dan berskala global mengenai bahaya polusi udara.

Artikel itu mengutif pendapat Prof. Dean Schaufnagel, dari University of Illinois, bahwa semua organ akan terpengaruh buruk oleh polusi udara. Bukti-bukti ilmiah sangat kuat mendukung argumentasi tersebut, mengacu pada telah terbit sekitar 70,000 makalah ilmiah yang membuktikan polusi udara merusak kesehatan. Sehingga WHO menyebutnya sebagai ‘the silent killer’.

Organ apa yang terpengaruh? Ternyata hampir semua. Mulai dari paru-paru, jantung, otak dan pikiran, mata, bahkan kulit dan tulang, organ reproduksi, serta organ-oragn lainnya, seperti liver.

Penelitian terbaru juga telah membantu membuktikan polusi udara dapat menyebabkan kanker, gangguan terhadap pertumbuhan bayi dan anak-anak. Lebih jauh juga parkinson. Selain tentu saja gangguan pernapasan.

Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk melakukan sesuatu yang bisa mengurangi tingkat polusi udara kota. Karena sumber polusi utama berasal dari kendaraan bermotor, maka mengurangi pemakaian kendaraan bermotor merupakan langkah bijak. Jadi, mari kita gunakan angkutan publik. Mengapa tidak?

Tugas pemerintah adalah menyediakan infrastruktur angkutan publik yang memadai. Syukur, peningkatan sarana angkutan publik ini sudah mulai kelihatan di era Pak Jokowi ini, meski belum ideal sekali. Dilain pihak, secara budaya juga perlu ditanamkan kesadaran menggunakan angkutan publik. Menggunakan angkutan publik itu keren. Pengguna angkutan publik pun bukan ‘kere’, tapi mereka yang sadar akan perlunya partisipasi warga dalam mengurangi polusi kota. Kita juga menantikan langkah pemerintah daerah DKI Jakarta lebih lanjut dalam menangani isu polusi udara yang mengkhawatirkan ini.

Isu polusi udara ini juga meresahkan para pejalan kaki, karena otomatis terdmpak langsung, padahal berjalan kaki itu sehat dan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor, terutama roda dua. Kita berharap semua bisa berpartisipasi dalam upaya mengurangi polusi udara ini, supaya kota dan warganya menjadi sehat. Warga perlu cara pandang baru dalam berkendaraan, dengan lebih mengutamakan kendaraan publik. Pemerintah pun perlu upaya nyata melalui kebijakan yang efektif dalam mengurangi polusi udara ini.

Aam Bastaman (Universitas Trilogi). Penulis Buku Serial Traveler Tic Talk.

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment