Upacara Ritual untuk tamu Desa

Gor1.jpg

Seperti halnya pada waktu mengawal Program KB di tahun 1970 – 1980-an, rombongan Tim Pakar Menteri Desa PDTT yang dipimpin oleh Ketua Tim Pakar Haryono Suyono terdiri dari Dr. Bibit Waluyo dan Uda Nasril Koto dengan para pendamping antara lain Abdullah Kamil, Yudha dan Anam di Desa Bondawuna, Kecamatan Suwana, Kabupaten Bone Bolango, yang sebelumnya diterima oleh Bupati Bone Bolango, Hamim Pou, disambut oleh sesepuh Desa itu dengan upacara adat yang oleh Pak Camat Ois dikembangkan untuk semua desanya. Upacara adat itu merupakan peninggalan sesepuh masa lalu guna mengundang penduduk desa agar ikut hadir dan menyaksikan peristiwa penting yang terjadi di desanya serta mengajak mereka memberikan hormat, memberikan doa dan menjadikannya kenangan indah sesuatu yang penting telah terjadi di desanya.

Lebih dari itu upacara adat itu mengundang penduduk memberikan dukungan dan mendengarkan pesan-pesan moral dan budaya yang apabila perlu mengundang partisipasi aktif penduduk agar suatu program yang dihormati oleh Kepala Desa juga dihargai oleh penduduk setempat dan di doakan bersama agar mencapai sukses serta membawa berkah lahir dan batin.

IMG_1339.JPG

Pada waktu penyebaran Agama Islam di Jawa, para wali antara lain menggunakan pertunjukan Wayang kulit dengan sesaji ritual agar segala pesan pembangunan moral dan Agama Islam yang dibawakannya dapat di dengarkan oleh bayak orang, diresapi maknanya dan informasinya membentuk sikap positif sebagai awal penerimaan yang segera diikuti kesediaan untuk secara ikhlas menerima ajaran agama yang dibawakan untuk kemudian ajaran itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, lestari dan berhasil.

Upacara Adat itu dipimpin oleh Bapak Tilolo dengan doa royal yang disertai kawalan kehormatan oleh beberapa orang yang membawa pedang seakan para tamu kehormatan dalam perjalanannya selamat sampai tujuan tanpa halangan suatu apa pun. Kehormatan itu ternyata menarik perhatian  rakyat banyak yang tidak ikut masuk dalam tempat upacara tetapi hampir pasti mereka akan bicara sesama rakyat lainnya dengan saling menanyakan apa yang terjadi dalam ruangan dan menyebar secara luas kepada masyarakat. Dalam hal gerakan KB di masa lalu, rakyat yang “ingin tahu” akhirnya menjadi peserta KB sehingga pada waktu upacara berikutnya, kalau itu terjadi di desanya, yang bersangkutan tidak lagi berperan sebagai penonton yang tidak tahu apa-apa, tetapi menjadi tamu terhormat, ikut masuk dalam ruangan upacara dan menjadi partisipan yang aktif dan setia.

Dalam hal pembangunan di Desa para penonton yang hari itu ikut berpanas menonton Upacara Adat hampir pasti akan menjadi “ingin ikut” dan pada akhirnya akan menjadi “partisipan” pembangunan desa dan masyarakat desa bebas dari kemiskinan dan menjadi peserta pembangunan yang aktif membangun desanya, menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Semoga.

Haryono SuyonoComment