Bumdes di DI Yogyakarta maju pesat
Bupati Sleman, Sri Purnomo didampingi dua Kepala Desa Sumberejo Mujimin dan Kepala Desa Trihadi, Sleman Kabul M. Basuki, hari Rabu malam menjadi tamu khusus dari trio Pembawa Acara Plengkung Gading yang tersohor di TVRI Yogyakarta, Haryono Suyono, mbak Siwi Lungit dan mas Sudibyo, membahas perkembangan penggunaan dana desa, khususnya untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di Yogyakarta, lebih khusus yang sangat maju di wilayah Kabupaten Sleman. Hadir juga Yudha dari Kementrian Desa PDTT dan Dr. Mulyono D. dari Yayasan Damandiri. Dalam acara Dialog yang diiringi musik sajian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan tarian dengan kostum pedesaan itu berlangsung selama satu jam dan mendapat kiriman sms dari lebih 1600 pemirsa dari daerah Yogyakarta, Magelang, Klaten dan sekitarnya itu konon selama beberapa bulan ini menjadi acara besutan Sutradara Sari Nainggolan yang selalu ditunggu oleh penonton yang menjadikannya acara idola TVRI yang sangat menarik.
Dengan rasa bangga tetapi jujur dan tetap prihatin Bupati Sri Purnomo mengaku bahwa lebih separo desanya telah memiliki Bumdes yang relatif maju, sedang Desa lainnya bekerja keras mengejar kemajuan yang ditunjukkan desa yang telah maju. Tanpa menyembunyikan rahasia Bumdes di Desa yang maju, Bupati dengan rasa hormat mengakui bahwa kesadaran, kekompakan, disiplin dan konsistensi tidak menyerah masyarakat dan aparat Desalah kunci rahasia kemajuan yang ada. Di Desa Sumberejo misalnya, masyarakat desa yang biasa menambang batu, begitu usaha tambang itu dilarang pemerintah karena bisa merusak lingkungan, maka dengan bimbingan seluruh aparat desa, kecamatan dan kabupaten, penduduk yang disiplin mengubah penambangan batu itu menjadi tontonan turisme bebatuan dan lingkungannya yang menarik sehingga kelestarian alam menjadi terjaga dan tontonan bebatuan dan pemandangan alam yang indah di sekitarnya menjadi monumen alam yang keindahannya tidak bisa dikembari oleh daerah lainnya, karena semua dicipta dan diukir oleh Tuhan, Allah yang Maha Besar. Kepala Desanya, Mujimin menyatakan bahwa tontonan alam yang natural itu di datangi turis dari segala bangsa dan menghasilkan pendapatan masyarakat dan desa yang melimpah untuk membangun desa dan masyarakatnya.
Kepala Desa Trihadi Kabul M. Basuki yang sawah di Desanya semula hanya panen satu kali setahun, memiliki wilayah sangat dekat dengan Kantor Bupati Sleman, dengan rekayasa yang genius diubah menjadi lahan wisata alam dengan aneka tontonan yang indah di mana setiap pengunjung, dari anak-anak balita sampai anak muda yang “merayu pacarnya” dengan murah meriah, diharuskan menukar uang sakunya dengan “kepeng” terbuat dari tanah liat yang mengesankan seakan para pengunjung “hidup di jaman batu”. Para petugas manajemen mengaku dengan cara demikian setiap area pertunjukkan mudah di kontrol pendapatannya setiap hari karena setelah sore uang kepeng itu ditukar di kantor dengan uang biasa. Tontonan anak-anak tidak aneh-aneh dan mahal tetapi menarik anak balita kota karena setiap anak bisa memberi makan kelinci, ikan, ayam dan kambing serta bisa melihat, meraba dan bermain dengan berbagai jenis binatang yang sangat jinak tersebut. Makanan dan rumputnya tersedia dan harus dibeli oleh pengunjung, padahal semua binatang sudah kenyang, sehingga makanan selalu tersisa dan siap dijual kembali karena tidak satupun pengunjung membawa sisa rumput atau pakan ikan pulang! Suatu sistem yang sangat menguntungkan. Dengan cara demikian, dengan senyum Kepala Desa yang gagah dan ngganteng menyatakan bahwa pendapatan area turisnya mencapai lebih dari Rp. 2,5 milyar selama satu tahun.
Untuk anak muda disediakan “jembatan goyang” sehingga anak muda yang pacaran dan “belum akrab”, begitu berjalan melalui jembatan goyang, segera saling berpegangan dan jadilah jembatan berfungsi mempercepat hubungan akrab seakan sebagai stimulan mempererat hubungan anak muda yang sedang berduaan. Bagi orang tua yang berasal dari luar kota dan belum merasakan makan makanan khas Yogyakarta seperti gudeg, tempe dan tahu bacam, dengan “beberapa keping” uangnya bisa duduk nyaman sambil menikmati hidangan yang disuguhkan “gadis desa” yang paling cantik di desanya dan ibu-ibu yang ramah dan murah senyum dalam pakaian lurik Yogya yang menawan. Suatu wilayah turis alam yang disulap dari persawahan yang tidak subur, menjadi pencetak dana pembangunan desa yang disumbang dengan ikhlas dan senyum kepuasan. Ternyata Bumdes bukan saja solusi ekonomi untuk rakyat desa tetapi memperpanjang hidup sehat, bahagia dan sejahtera bagi keluarga desa karena kegiatannya mendatangkan senyum dan rasa damai penuh ketenangan. Alhamdulillah, Plengkung Gading TVRI Yogyakarta membawa informasi hasil pembangunan yang positif.