Membangun Hidup tenteram, bahagia dan sejahtera di hari tua
Hari Minggu tanggal 21 Juli 2019, lebih dari separo dari anggota Alumni Lemhannas Angkatan 32 bersama istri yang dipimpin oleh Prof. Dr. Doddi Nawangsidi dari ITB dan Marsekal Djoko Suyanto dari TNI AU, mantan Menko Polkam pada masa Presiden SBY, berkumpul di Hotel Sultan mengadakan temu kangen sekaligus nostalgia semasa sama-sama berkumpul mengikuti Acara Pendadaran pada Lemhannas di tahun-tahun awal reformasi menjelang tahun 2000 yang lalu.
Pertemuan yang akrab dan sangat menyejukkan hati itu dibuka oleh Marsekal Djoko Suyanto dengan mengangkat tema “Hidup Tenteram dan bahagia di masa senja” dengan konsensus mengenang serta mendoakan rekan-rekan yang karena sakit atau sepuh telah mendahului dipanggil Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Acara santai yang sejuk itu dilanjutkan oleh Ketua Angkatan yang konon telah memiliki masa jabatan hampir dua puluh tahun, Prof. Doddi Nawangsidi dari ITB Bandung yang telah memegang jabatan Ketua Paguyuban hampir dua puluh tahun, membuka sambutannya bahwa selama ini harus modar mandir dari Bandung ke Jakarta untuk menghadiri pertemuan kangen-kangenan. Karena itu beliau meminta agar jabatan Ketua selama dua puluh tahun ini di estafetkan kepada lainnya, dan secara aklamasi disetujui Marsekal DJoko Suyanto “di tugasi” menjadi Ketua Paguyuban yang baru tanpa voting yang berbelit-belit.
Acara kemudian diisi dengan paparan memenuhi permintaan para peserta dengan tema “Hidup Tenteram dan bahagia” oleh sesepuh PWRI Haryono Suyono, yang dengan ijin pengundangnya, ditambah ajakan untuk ikut terjun ke desa membantu masyarakat desa membangun desa dan masyarakat desa mengentaskan kemiskinan dan memberdayakan masyarakat hidup bahagia dan sejahtera. Paparan santai ini dimulai dengan mengajak para tamu yang memenuhi ruangan untuk membayangkan bahwa dewasa ini kita mungkin kurang bahagia karena keadaan yang melompat-lompat dari era industri 1.0, 2.0 dan 3.0 yang relatif kita kenal dan lamban, menjadi kehidupan baru era industri 4.0 yang serba cepat dan memerlukan kolaborasi yang akrab antar anggota masyarakat untuk saling mengisi. Padahal di masa lalu selalu diajarkan kepada kita untuk saling bersaing, saling menang mengalahkan pihak lain yang salalu dianggap sebagai pesaing, lawan yang dimasa lalu biasa dianggap sebagai harus dikalahkan. Suatu cara berpikir saling mengisi yang berbeda kebiasaan lama saling bermusuhan, saling mengalahkan dan saling mematikan.
Karena itu hidup tenteram dan bahagia perlu dimulai dengan perubahan sikap mental dan tingkah laku baru membangun kolaborasi yang akrab antar sesama anak bangsa, tidak saling menjelekkan dan berbagi sebanyak mungkin dengan sesamanya. Digambarkan bahwa upaya yang dimasa lalu dikerjakan oleh banyak orang, pada era ini diselesaikan dengan sedikit tenaga manusia karena serba elektronik dalam hubungan IT modern, serba maya yang memerlukan hanya sedikit tenaga tetapi dengan dasar ilmu yang tinggi dan kecepatan yang luar biasa. Kolaborasi yang dituntut pada tingkat awal sesungguhnya tidak terlalu muluk, di desa bisa dimulai dengan saling silaturahmi, berpikir positif, sebisa mungkin saling berbagi dan membantu sesama keluarga sehingga yang siap untuk bekerja cepat bisa melaju kencang tetapi siap berbagi dan ikut berkolaborasi dalam gerakan pemberdayaan bagi yang masih lamban agar terjadi solidaritas positif yang memperkuat persatuan dan kesatuan serta kedamaian untuk hidup tenteram mengikuti ajakan PBB dengan SDGs yang harus sukses dalam sepuluh tahun mendatang. Kolaborasi dengan memperkuat pembentukan Prukases, Bumdes, Warung Desa atau kegaiatan sosial kemasyarakatan lainnya di desa
Acara yang penuh kekeluargaan itu sama sekali tidak diisi dengan debat politik tetapi justru diseling unjuk unggulan menyanyikan lagu-lagu lawas yang populer dari Aceh, Batak sampai kawasan timur yang tetap mengikat dan diikuti oleh peserta seakan semua kembali muda. Akhirnya para peserta serentak tidak lupa foto bersama yang di ikuti dengan semangat persatuan dan kesatuan yang sangat kompak. Mudah-mudahan para pejabat unggul yang sebagian mengaku sepuh tetapi masih sangat dinamik itu siap berbagi dan berkolaborasi mendampingi masyarakat desa yang semangatnya sangat tinggi mengejar ketertinggalannya. Semoga, Amin.