Bleberan Jadi Desa Wisata Berpendapatan Miliaran Rupiah

Beberan.jpg

Gedhe Nusantara menulis laporannya bahwa setelah gempa 11 tahun silam, Desa Bleberan yang berjarak 45 dari Kota Yogyakarta, kehilangan sejumlah mata air. Sebagian sumur tidak lagi menjadi sumber pasokan air. Warga harus membeli dari (mobil) tangki swasta. Pada 2017, Pemerintah Desa Bleberan membentuk unit usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang pengelolaan air dan menyalurkan air ke seluruh desa Bleberan.

Menurut Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Haryono Suyono, Desa Bleberan terletak di Kecamatan Playen, nun jauh di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, dengan bantuan sejumlah lembaga, Desa Bleberan berhasil menyedot sumber mata air Jambe untuk disalurkan ke bak penampung (reservoir). Air disalurkan ke rumah warga dan masing-masing dipasangi water meter. Untuk setiap kubik air, warga membayar Rp 3.000. Harga ini jauh lebih murah dibanding membeli air melalui tangki swasta.

Upaya itu membuahkan hasil nyata. Kini, Desa Bleberan tak pernah kekurangan air. Pasokan air selalu ada sepanjang tahun, bahkan saat kondisi kemarau panjang. Warga tinggal membuka keran yang terpasang di masing-masing rumah dan sudah bisa menikmati air. Unit Pengelolaan Air Bersih (PAB) saat ini baru memiliki tujuh orang pengelola kegiatan yang mencakup pekerjaan besar. Ada yang mengurusi pencatatan penggunaan air setiap pelanggan, layanan pembayaran, tata manajemen, pelayanan sambungan baru, perawatan jaringan, hingga teknisi mesin. Unit PAB menunjukkan laju peningkatan pendapatan yang signifikan. Pada 2014, unit PAB baru dapat menyumbang pendapatan desa 49 juta rupiah. Sedangkan, pada 2015 hasil keuntungan yang diserahkan pihak desa melejit mencapai 71 juta rupiah. Pada 2016, Unit PAB mampu menyumbang sebanyak 86 juta rupiah sebagai pendapatan desa.

 Usaha pengelolaan air hanya sebagian kecil dari unit usaha BUMDesa Bleberan. Mereka juga mengelola dua objek wisata unggulan, yakni air terjun Sri Getuk dan Goa Rancang Kencana. Setiap pekan, lebih dari 2.000 orang mengunjungi lokasi pelesiran itu. Jumlah karyawan bumdes sebanyak 12 orang, karyawan simpan pinjam 3 orang, dan karyawan pengelolan air 6 orang. Adapun karyawan kawasan wisata 90 orang, pemberdayaan masyarakat/warung sebanyak 60 orang, ada 10 kelompok pemilik mobil. Ada pula home stay milik 30 orang dan 6 kelompok kuliner.

 Pada 2015, pendapatan bumdes mencapai Rp 2,1 miliar dan setahun kemudian naik menjadi Rp 2,2 miliar. Pendapatan kotor ini nantinya akan dipilah dalam beberapa sub, mulai dari pendapatan asli desa, pengembangan potensi, gaji karyawan bumdes, pendidikan dan pelatihan, dana sosial dan religi. Bumdes menggelar rapat setiap tahun untuk mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan unit usaha. Dalam bidang dana sosial, keuntungan BUMDes dipergunakan untuk membangun rumah tidak layak bagi warga kurang mampu dan membagikan dusun yang belum memiliki potensi untuk mengembangkan dusunnya supaya berkembang. Desa maju berkat Bumdes dan air yang melimpah ruah.