Sistem E-Ticketing Desa Nglanggeran untuk Desa Wisata

Eticketing.png

Laporan Gedhe Nusantara yang sampai pada Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Haryono Suyono mengungkap kemajuan jaman Industri 4.0 sudah sampai ke Desa Wisata Nglanggeran yang berkembang menjadi salah satu Desa Wisata Terbaik ASEAN 2017. Kawasan yang berjarak sekitar 25 km dari Kota Yogyakarta tersebut kini dikunjungi lebih dari 150.000 wisatawan per tahunnya. Pengunjung bisa menikmati bentang alam yang mengelilingi embung, termasuk pesona gunung api purba. Pada 2017, pengelolaan desa wisata ini mampu mendongkrak Pendapatan Asli Desa Nglanggeran hingga 1,9 Milyar.

 Desa ini terletak di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebagai bentuk akuntabilitas atas jumlah PADes, Pemerintah Desa Nglanggeran menerapkan sistem elektronik tiket (e-ticketing). Inovasi ini membuat pengelolaan desa wisata semakin transparan. Berapa jumlah wisatawan dan pemasukan terdata dengan baik dalam sistem sehingga potensi kebocoran pendapatan asli desa (PAD) dapat dicegah. Selain itu, e-ticketing merupakan bentuk dijitalisasi yang menunjang kinerja pengelolaan objek wisata.

 Desa Nglanggeran memiliki tiga tujuan wisata yang tersebar di tiga dusun yang berbeda, yakni Gunung Api Purba (GAP), Embung Nglanggeran, dan Air Terjun Kedung Kandang. Kunjungan para wisatawan terus meningkat setelah destinasi wisata ini dikunjungi Sri Sultan Hamengkubuwono X. Bagi warga Desa Nglanggeran, perkembangan teknologi semakin cepat sehingga desa mampu memberikan kemudahan pelayanan dan membantu proses administrasi yang lebih rapi dan akurat. Untuk itu, pihak pengelola objek wisata berinisiatif untuk mengembangkan sistem e-ticketing.

 Menurut Senen, Kepala Desa, selain meningkatkan transparansi, mencegah potensi kebocoran, dan konflik horizontal, sistem e-ticketing membantu pengelolaan data keuangan dan jumlah kunjungan secara transparan, dan dapat diakses secara real time.Di sisi lain, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Nglanggeran sering mendengar munculnya konflik horizontal dalam pengelolaan objek wisata di sejumlah desa, terutama terkait status lahan dan keuangan. Mereka menyadari banyaknya jumlah staf yang 154 orang yang belum terkoordinasi dengan baik dapat memicu konflik serupa.Ternyata keputusan Pokdarwis Desa Nglanggeran melalui diskusi internal guna mencari solusi untuk mencegah konflik bisa menyelesaikan masalah melalui penggunaan E-Ticketing tersebut. Alhamdulillah.