Memasarkan Indonesia

Memasarkan Indonesia? Mungkin ada pertanyaan berikutnya, untuk apa? apa yang dipasarkan? Ya, memasarkan Indonesia, paling tidak untuk mencapai tiga tujuan utama, yang pertama untuk menarik dan meyakinkan investor asing, kedua menarik wisatawan asing dan yang ketiga untuk membangun dan mendapatkan kepercayaan (trust), citra (image)  dan reputasi yang positif dan favorable dari komunitas internasional.

Saat ini upaya memasarkan Indonesia (sebagai merek negara) terkesan dilakukan secara parsial dan sektoral. Masing-masing kementerian dan lembaga terkait memiliki programnya masing-masing. BKPM lembaga yang paling bertanggung jawab terhadap  peningkatan investasi asing langsung (Foreign direct investment) memiliki program Invest in remarkable Indonesia. Kementerian pariwisata yang bertanggung jawab meningkatkan jumlah wisatawan luar negeri untuk berkunjung ke Indonesia juga memilki program promosi dan pemasarannya sendiri, yaitu program dengan tajuk wonderful Indonesia. Termasuk juga kementerian luar negeri yang diharapkan menjadi corong pemerintah RI dalam membangun kredibilitas dan kepercayaan masyarakat internasional memiliki programnya sendiri, meskipun secara parsial kadang-kadang ada kerjasama dengan kementerian atau lembaga terkait. Begitu pula dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Menarik, harapan presiden Joko Widodo yang berkeinginan Indonesia memiliki satu konsep tunggal untuk memasarkan Indonesia. Dari perspektif Indonesia incorporated maka harapan presiden sangat beralasan. Nation branding dan marketing of Indonesia  memerlukan konsep utuh, menyeluruh/komprehensif dan terintegrasi. Seperti halnya produk-produk komersial, negara juga perlu program pemasaran dan branding.

Produk dalam konsep pemasaran mencakup semua hal, yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia, bukan hanya barang dan jasa, tapi juga gagasan, tempat, orang, olah raga,  bahkan partai politik,  termasuk konsep bernegara - merek  negara (nation brand).

Negara sebagai merek perlu strategi penguatan merek. Bukan hanya dengan iklan, namun harus didukung dengan peningkatan dan perbaikan kualitas pelayanan, infra struktur dan kesiapan orang-orang (kompetensi), serta strategi segmentation, targeting dan positioning yang tepat. Untuk itu perlu strategi yang komprehensif yang dapat mengintegrasikan semua upaya dari berbagai sektor  dan kementerian untuk memasarkan Indonesia.

Dari perspektif produk, tentu kita (sebagai bangsa) memiliki beberapa keunggulan dan kekhasan, namun juga memiliki hal-hal yang bisa dikategorikan sebagai kelemahan. Misalnya dalam bidang olah raga, kita tidak kuat di banyak cabang olah raga, namun kita memiliki kompetensi dan differensiasi yang kuat untuk olah raga badminton, sebagai unggulan dan kekuatan Indonesia. Fokus di badminton merupakan strategi unggulan untuk  terus membawa badminton Indonesia di kelas dunia. Begitu pula dengan olah raga pencak silat atau angkat besi, dan panahan.  Namun kita tidak bisa berharap dalam waktu dekat bisa unggul  di sepak bola dunia.

Di bidang pariwisata juga perlu upaya penggalian  produk pariwisata unggulan yang menjadi kekhasan dan differensiasi kita, misalnya wisata alam atau wisata budaya. Termasuk fokus pada wilayah-wilayah dan tempat-tempat pariwisata yang dapat dijadikan unggulan, yang beda dengan yang ditawarkan negara lain, serta memlikiki keunikan. Penting juga promosi yang fokus pada negara asal wisatawan, yang berpengaruh.

Begitu pula dengan investasi asing, perlu perombakan dalam birokrasi, seperti untuk lebih fokus pada pelayanan  dan kepuasan investor, antara lain dengan mempermudah investor dalam melakukan bisnis di Indonesia. Untuk investasi asing dapat fokus pada dukungan  pelayanan dan penyederhanaan aturan untuk mempermudah melakukan bisnis. Sehingga melakukan bisnis di Indonesia terasa nyaman.

Upaya untuk meningkatkan citra (image) dan reputasi Indonesia perlu program yang sangat terkordinasi. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Tenaga Kerja Wanita (TKW) kita diluar negeri sebagai contoh, akan turut mempengaruhi nama baik Indonesia. Akan beda sikap dan persepsi masyarakat Internasional terhadap negara kita kalau pekerja  kita diluar negeri merupakan orang-orang terdidik dan kompteten di bidangnya. Saat ini bisa  dikatakan TKW kita menyumbang terhadap penurunan citra Indonesia  di mata masyarakat dunia. Mudah-mudahan ke depan diaspora Indonesia akan diisi oleh orang-orang yang kompeten seperti yang sudah ditunjukkan oleh sebagian ahli kita yang berkerja di berbagai lembaga riset dunia dan perusahaan teknologi global.

Disamping itu, kalau bicara positioning, apa yang terpikir di benak komunitas internasional mengenai Indonesia? Apa  yang menjadi differensiasi Indonesia, yang membedakan dengan India, China, atau Amerika? Apakah positioning sebagai negara Muslim moderat? negara demokrasi?  negara majemuk dengan keberagaman budaya yang damai? Menciptakan positioning yang tepat sebagai bangsa yang membedakan dengan bangsa lain menjadi pekerjaan rumah tersendiri.

Tentu saja, tidak kalah pentingnya adalah upaya pembangunan SDM, termasuk pembangunan karakter manusia Indonesia  melalui pendidikan dan pelatihan, serta pembelajaran sepanjang hayat dalam lingkungan masyarakat pembelajar. SDM yang kompeten akan menciptakan kemajuan, termasuk kemajuan ekonomi. Menjadi negara yang ekonominya maju dan rakyatnya sejahtera tentu akan mendongkrak reputasi Indonesia sebagai merek.  

Gagasan dan harapan presiden sungguh sangat beralasan. Semoga dapat cepat direalisasikan  untuk menjadikan Indonesia sebuah merek yang kuat dan berwibawa.

  *Aam Bastaman: Dosen Pasca Sarjana Universitas Trilogi. Anggota Tim Kerja Lembaga Produktifitas Nasional (LPN).

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment