Aam Bastaman: Diaspora

Saya sempat menghadiri Forum Diaspora Global Summit bulan Agustus 2017 di Jakarta. Berbicara di Forum itu antara lain Wapres Jusuf Kalla, Ketua Bepenas Bambang Brojonegoro dan  Menko Maritim  Luhut B. Panjaitan. Wapres bicara mengenai diaspora India dan China yang semula merupakan para buruh kasar. Ketua Bapenas berbicara mengenai kebangkitan India karena diaspora. Disebutkan oleh Ketua Bapenas, bukan hanya India, juga Vietnam yang mengundang kembali warganya di luar Vietnam untuk membantu membangun kembali Tanah airnya.

Istilah diaspora berasal dari bahasa Yunani kuno yang artinya: "penyebaran atau penaburan benih", digunakan untuk merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air asal mereka; penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka. Dengan kata lain, Diaspora adalah perantau ke negara lain, tinggal dan bekerja atau sampai beranak pinak. Mungkin mereka bukan warga negara asal lagi, tapi mereka adalah keturunan negara asal. Namun sebagian dari mereka ada juga yang mempertahankan status kewarganegaraan negara asal.

Faktanya bangsa bangsa besar adalah bangsa perantau. Lihat saja bangsa-bangsa Eropa, antara lain Inggris, keturunannya justru menjadi bangsa lain, bangsa baru  yang menyebar di seluruh dunia. Menjadi orang Amerika Serikat, orang Kanada, orang Australia dan Selandia Baru, dan di belahan dunia lain, termasuk di Afrika. Mereka bukan hanya pindah, namun membangun negeri-negeri baru.

Orang-orang keturunan China juga ada di mana mana di seluruh dunia. Disebutkan tidak ada satu negarapun di dunia yang tidak ada orang Chinanya. Di kota-kota besar seperti New York, Tokyo, Los Angeles, Sydney, juga London, Paris ada China Town nya. Bahkan di negara negara Asia Tenggara seperti Indonesia. Saking banyaknya penduduk, untuk mencari kehidupan lebih baik mereka harus hijrah, menjadi perantau.

Demikian pula para diaspora India. Coba lihat universitas terkenal mana di Amerika Serikat yang tidak ada guru besar orang Indianya? Hampir di semua universitas ternama di Amerika pasti ada professor keturunan India nya. Yang dulu sebagai perantau umumnya para tenaga kerja kasar, saat ini para diaspora India banyak orang - orang pintar dan intelektual.

Tradisi merantau juga tumbuh di masyarakat Arab, mereka hijrah ke berbagai negara dan benua, termasuk di Indonesia. Jadi jelaslah bangsa bangsa besar adalah bangsa bangsa perantau. Dan perantau rata rata lebih ulet, mau bekerja keras dan berjuang mencari kehidupan yang lebih baik. Tidak heran, banyak kaum diaspora saat ini merupakan orang-orang terbaik di bidangnya. Bukan hanya buruh atau tenaga kerja biasa.

Dari catatan Wikipedia, dari sekitar 7 hingga 8 juta orang diaspora Indonesia dapat dibagi jadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah orang Indonesia yang karena berbagai alasan dan kondisi telah melepas status kewarganegaraan Indonesianya dan secara penuh menjadi warga negara asing. Kelompok lainnya yang berjumlah sekitar 4,6 juta merupakan warga Indonesia yang berkarir di luar negeri namun masih memegang status kewarganegaraan Indonesia. Kebanyakan orang Indonesia yang bekerja di luar negeri ada di Malaysia (2.5 juta orang), Arab Saudi (1.5 juta orang) Belanda (395.800 orang), Amerika Serikat (70.000 orang), selanjutnya Singapura (200.000 orang), Hong Kong (102.100), Tiongkok (161.000 orang), Suriname (90.000 orang), Australia (86.196 orang) dan Uni Emirat Arab (75.000). Meskipun kebanyakan diaspora kita para pekerja migran kasar, namun gelombang para pekerja intelektual sudah mulai bermunculan, yang bekerja di Silicon Valey atau perusahaan pembuat pesawat seperti Boeing dan Airbus dan perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi lainnya, meskipun tidak sebanyak diaspora India ataupun China.

Apa yang kita harapkan dari diapora Indonesia? Sebenarnya dengan membawa nama Indonesia saat mereka berhasil di negeri orang juga sudah menaikkan reputasi Indonesia. Artinya berbakti pada negeri itu bisa dalam berbagai bentuk. Menjadi diaspora kalau tetap bangga dengan tanah leluhur dan tanah kelahiran atau nenek moyang, maka sudah bisa menjadi hero juga… Kalau membantu pembangunan di Tanah Air apalagi, tapi tidak diharuskan kembali. Menjadi perantau, terutama perantau intelektual bisa bagus juga untuk mengangkat nama baik Tanah Air, selain tentu saja dimungkinkan penghasilan mereka mengalir ke Tanah Air, membantu meningkatkan cadangan devisa.

Kita dukung kaum diaspora kita.

 *Aam Bastaman: Dosen Universitas Trilogi. Anggota Tim Kerja Lembaga Produktifitas Nasional (LPN).  

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment