Ayo ke Pantai Batu Kora Mengintip Mentari Tenggelam di Balik Bat

Aru.jpg

Pantai Batu Kora terletak di Desa Wangel, Kecamatan Pulau-pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Salah satu momen pengambilan gambar yang paling dikejar adalah ketika matahari sejajar dengan gugusan batu. Titik pengambilan gambar dari sisi timur menunjukkan seolah-olah matahari terbenam di balik barikade batu-batu itu. Hasil gambar berupa sinar matahari yang menembus deretan batu-batu sungguh menarik.

 Ayo membuktikan pelporan Edhie Nusantara yang tertangkap Ketua Tim Pakar Haryono Suyono, sambil mengintip mentari dari balik batu, yang kata beliau sungguh merupakan suatu momentum yang sangat menarik dan membuat kenangan yang mengesankan. Tiga pecahan batu besar yang kelilingnya lebih 7 meter, dengan tinggi sekitar 5 meter dari dasar laut berbanjar tegak ke laut itu merupakan daya tarik utama di pantai tersebut. Di hias juga beberapa batu lebih kecil membentuk sebuah gugus dengan jarak lebih kurang 50 meter hingga 70 meter dari garis pantai.

 Pada salah satu bongkahan batu terbesar, di bagian atas terdapat lapisan tanah yang ditumbuhi pohon kelapa dan pinus. Pinus merindang hijau dan kelapa tegak menjulang, subur seperti tumbuh di habitat biasanya. Ketika laut surut hingga belasan meter dari bibir pantai, pengunjung dengan mudah mendekati batu-batu itu. Deretan batu yang terbilang unik tampak sempurna karena dibingkai pesisir pantai berpasir putih sejauh hampir 2 kilometer. Di sana berdiri ratusan pohon nyiur membuat suasana asri kendati matahari menyengat. Terdapat pula lima gazebo sederhana beratap daun kelapa. Pengunjung menikmati istirahat dengan buah kelapa muda yang dijual warga setempat.

 Puas menyantap kelapa muda, pengujung berenang menikmati birunya laut. Semilir angin laut yang mengundang rasa kantuk dapat mengantar pengunjung beristirahat sejenak. Jangan khawatir, tempat tersebut aman, warga ramah menyapa dan memberi senyum. Untuk menikmati suasana di sana, pengunjung cukup membayar Rp 5.000. Pesonanya menggairahkan penikmat wisata sehingga menjadi pilihan utama warga Dobo, dan sekitarnya. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari Dobo. Para wisatawan dan tamu dari luar daerah yang berkunjung ke sana juga disarankan agar terlebih dahulu mendatangi tempat itu sebelum menjelajahi tempat wisata lain.

 Namun, warga setempat selalu wanti-wanti kepada pengunjung yang baru pertama kali datang ke pantai itu agar tidak mendekati batu besar tersebut sendirian. Mereka harus ditemani warga setempat atau pemilik lahan itu, dari keluarga marga Watumlawar. Keindahan Pantai Batu Kora menyimpan cerita. Konon, pecahan batu itu merupakan tonggak sejarah penentuan kasta dalam kehidupan sosial masyarakat Aru. Itu bermula dari ”perang” antara dua saudara, Ursia dan Urlima, untuk membuktikan siapa menjadi yang sulung di antara mereka. Urlima menggunakan simbol ikan paus, sedangkan Ursia melambangkan dirinya dengan ikan hiu. Keduanya melakukan lomba mendayung perahu dari Fatujuring, sebuah desa di Aru bagian selatan, menuju tempat itu. Dalam perlombaan, Ursia tidak bisa mencapai garis akhir karena sampannya karam dihantam gelombang. Urlima berhasil mencapai tempat itu dan sampannya menabrak sebuah bongkahan batu hingga batu tersebut pecah menjadi tiga bagian. Hukum alam membuktikan, Urlima-lah menjadi yang sulung dalam strata sosial masyarakat Aru.

 Fasilitas menuju Aru makin bertambah baik. Dalam sehari, satu pesawat melayani rute Ambon-Dobo, yakni Trigana Air Service, pesawat ATR 42 seri 300 dengan kapasitas 40 penumpang. Panjang landasan lapangan terbang Rar Gwamar Dobo terus ditambah dari 1.200 meter menjadi 2.000 meter sehingga memudahkan beragam pesawat mendarat di Kepulauan Aru, mudah-mudahan menambah frekuensi pesawat menuju tempat wisata yang masih gadis ini menjadi idola baru yang makin menarik.

Haryono SuyonoComment