Cashless Society

Hari minggu beberapa waktu lalu saya  bersama istri dan anak tertua belanja ke pasar tradisional  (tapi bersih, modern). Sebenarnya ini ritual setiap hari mingu – Makan pagi dan belanja keperluan mingguan  seperti sayur dan buah-buahan di pasar. Namun kali ini bersama anak millennial saya.

Sewaktu usai makan pagi, masakan Sunda di warung Kuningan,  saya buka dompet rencananya bayar tunai. Anak saya protes, “Papah kok masih bayar tunai?” Lah kenapa? “Lihatlah Pah, tuh ada tempelan informasi, bisa bayar pakai OVO, Go pay….”  Anak saya bilang, sekarang tidak perlu lagi pakai tunai… Non tunai ada cash back nya lagi… Akhirnya anak saya yang bayar semua melalui smart phone-nya. Tapi di rumah diganti juga…

Ternyata bukan hanya Warung Makan Sunda saja yang menerima non tunai, penjual sayur mayur juga, tukang daging ayam, penjual ikan, penjual buah-buahan, eh penjual gorengan juga, termasuk penjual  sop Bogor dan bubur ayam…. Terpampang informasi: Menerima non tunai…  Cash back 20%. Jadi hampir semua pedagang dipasar tradisional tersebut menerima non tunai – selamat datang di cashless society.

Kalau dengan toko dan pedagang besar kita sudah terbiasa dengan pembayaran kartu kredit, kemudian kartu debit. Namun dulu kesannya non-tunai itu hanya untuk transaksi besar-besar, dan dilakukan oleh orang-orang berduit yang memiliki kartu kredit atau kartu debit. Kesannya non tunai masih ekslusif. Kini non-tunai menjadi lebih merakyat.

 Pengalaman saya sebenarnya  bermula dengan kartu e_money untuk membayar tol, kemudian kartu sejenis ini juga digunakan untuk membayar KRL dan Trans Jakarta, kemudian untuk membayar parkir. Ke depan akan semakin banyak lagi pembayaran tidak memerlukan tunai, contohnya pembelian tiket Kereta Bandara sudah non-tunai. Semula memang sempat terjadi pro - kontra dan salah paham mengenai penggunaan transaksi non-tunai ini.

Dilain kesempatan anak saya sering beli bubur ayam melalui  aplikasi gojek. Sebenarnya bukan hanya bubur ayam saja, termasuk soto atau sate, atau makanan lainnya. Pesan dari rumah, tidak sampai setengah jam, pesanan sudah tiba di depan rumah.  Belanja? Untuk barang tertentu, anak saya tinggal milih-milih barang yang mau di pesan di aplikasi smart phone nya. Dia klik bayar melalui aplikasi, dan barang sampai satu, dua atau 3 hari kemudian….

Konsumen dimanjakan oleh kemajuan dunia digital, tentu saja ini menjadi peluang buat produsen, termasuk UMKM dan penyedia  jasa layanan keuangan. Perbankan ke depan akan sangat berbeda dengan saat ini. Kita sudah melihat perubahan besar yang mengharuskan perbankan melakukan penyesuaian, kalau tidak perbankan yang seperti sekarang bisa jadi tidak akan diperlukan lagi. Semuanya bisa berubah secepat kilat.

Selamat datang di cashless society

Aam Bastaman: Dosen Universitas Trilogi. Anggota Pokja Lembaga Produktifitas Nasional (LPN).

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment