Jamu Prebiotik Ternak Sato Nadi Desa Jehem untuk Tingkatkan Produksi

jamu.jpg

Pada jaman ini inovasi makin dihargai, sehingga rakyat yang memiliki kemampuan mendapat tempat mengembangkan gagasan itu untuk kepentingan orang banyak. Bagi peternak, pengobatan merupakan kegiatan pemeliharaan agar ternak terhindar dari penyakit, meningkatkan produksi. Selain mahal, penggunaan obat-obatan kimia dalam jangka panjang bisa berdampak buruk bagi ternak dan lingkungan. Jamu Prebiotik Ternak merupakan inovasi pengobatan herbal yang dilakukan Kelompok Tani Ternak Sato Nadi Desa Jehem untuk memenuhi kebutuhan obat yang ramah lingkungan, harga terjangkau, dan mengingkatkan kapasitas produksi ternak di perdesaan.

 Menurut keterangan I Nengah Konci dari Kelompok Tani Ternak Sato Nadi yang sempat ditangkap Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Haryono Suyono, kelompok yang dipimpinnya berada di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali. Kegiatan peternakan yang dikembangkan Sato Nadi fokus pada ayam petelur dan pedaging. Pada periode 2003-2018, kegiatan peternakan mengalami gangguan penyakit sehingga kapasitas produksi ayam tidak sesuai dengan harapan.

 Awalnya sebagian besar kegiatan pengobatan di sato Nadi menggunakan obat-obatan kimia yang mahal. Karenanya biaya produksi cukup besar. Selain itu, para peternak sering mengeluhkan kelangkaan obat-obatan kimia di pasar local, membuat kualitas hasil ternak semakin turun sehingga peternak merugi. Pada tahun 2017, peternak mulai mengolah tanaman obat keluarga (toga) secara tradisional menghasilkan obat–obatan herbal untuk ternak. Salah satu produk unggulan adalah Jamu Prebiotik Ternak yang diproduksi dengan biaya relatif lebih rendah dan ramah lingkungan.

 Untuk membuat Jamu Prebiotik Ternak, para peternak harus mampu mengenali tradisi pengobatan tradisional tetua dan tanaman, khususnya kasiat setiap tanaman. Bahan-bahan baku obat sudah tidak asing dan berada di sekitar, seperti lengkuas, jahe, bawang putih, kunyit, kencur, daun sirih, molase, dan prementor. Untuk pengolahan bahan bahan herbal tersebut, peternak memerlukan peralatan sederhana, seperti penumbuk dan dapat diganti dengan blender, botol, jirigen, dan kain penyaring. Semua bahan-bahan dibersihkan, lalu ditumbuk halus atau diblender sampai halus. Hasil bahan yang sudah dihaluskan atau diblender halus disaring dengan saringan sampai mendapat cairan sebanyak 2 liter. Cairan di atas selanjutnya ditambah dengan 1 liter molase, 1 liter permentor, dan ditambah 2 liter air masak. Semua bahan di atas dicampur secara merata dan dimasukan ke dalam jirigen atau botol yang ditutup rapat atau kedap udara dan didiamkan selama 2 minggu.

 Biaya pembuatan jamu prebiotik ternak sangat terjangkau. Bahan baku yang dibutuhkan mudah didapat dan diolah. Pemerintah Desa dan Kelompok Tani ternak Sato Nadi bekerjasama untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat Jamu Prebiotik Ternak melalui pelatihan dan ujicoba yang rutin.

 Setelah satu tahun, para peternak merasakan manfaat jamu prebiotik. Kesehatan ternak semakin baik, jarang terkena penyakit, dan hasil produksi terus meningkat. Ketersediaan bahan baku melalui program tanaman obat keluarga (toga) mampu menekan biaya produksi sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para peternak. Praktik pemanfaatan jamu prebiotik ternak juga membuat para peternak giat menggali manfaat dan kasiat tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk obat. Bahkan, jamu Prebiotik ternak mampu mengubah mindset peternak bahwa obat kimia tidak lebih efektif dibandingkan obat herbal.

Haryono SuyonoComment