Wisata Sejarah dan Adat Sungai Utik Desa Batu Lintang Kurangi Angka Pengangguran

sungai Utik.jpg

Kekayaan khasanah budaya dan adat istiadat desa Rumah Betang Dayak Iban Sungai Utik di Desa Batu Lintang yang menyedot perhatian wisatawan akhirnya dikelola dengan baik sebagai potensi wisata. Desa Batu Lintang dan Komunitas Masyarakat Adat Rumah Betang Sungai Utik, menurut laporan Gedhe Nusantara kepada Ketua Tim Pakar Mendesa PDTT Haryono Suyono awal bulan ini, ternyata berhasil mendongkrak Pendapatan Asli Desa (PADes) dengan mengusung wisata sejarah desa dan warisan budaya adat Dayak Iban.

Desa Batu Lintang di Keca­matan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu bekembang sebagai potensi wisata yang dikenal luas. Desa ini memiliki kekayaan budaya dan adat istiadat. Banyak wisatawan mancanegara maupun akademisi berkunjung ke Desa Batu Lintang untuk melihat dan meneliti tentang Rumah Betang Sungai Utik.

 Menurut Ketua Komunitas Masyarakat Adat Rumah Betang Sungai Utik, Herkulanus Sutomo Mana, masyarakat dan Pemerintah Desa Batu Lintang semula kurang memiliki pengetahuan yang memadai tentang sejarah desa dan adat budaya, sehingga tidak melayani pengunjung dengan baik. Selanjutnya pemerintah desa menyusun strategi pengelolaan dan pemanfaatan aset budaya lokal (hutan adat), termasuk menolak penebangan hutan dalam skala besar (deforestisasi) serta menolak penggunaan lahan desa untuk perkebunan sawit. Pada 2015, warga membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk melayani kunjungan wisatawan ke Rumah Betang Sungai Utik. Berkat pengelolaan wisata yang baik, jumlah pengunjung semakin banyak. Pokdarwis mendorong para warga menjadikan rumahnya menjadi homestay. tarif menginap disepakati bersama (Rp50.000/orang/malam ditambah uang makan yang memadai.

Untuk menyemarakkan wisata desa, sejak 2016, Pokdarwis menyelenggarakan acara tahunan Gawai Dayak di Rumah Betang Sungai Utik dan adat Niling Bidai (upacara adat penutupan Gawai Dayak). Gagasan itu dikuatkan oleh program Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu untuk mendorong daerah ini sebagai destinasi wisata dunia. Melalui pengelolaan wisata yang mempererat hubungan sosial antarwarga, terutama kesamaan persepsi dan moralitas sosial untuk melestarikan peninggalan kepurbakalaan desa, Batu Lintang makin dikenal sebagai daerah wisata dan penelitian sejarah, adat, budaya, dan kepurbakalaan. Keberadaan wisata desa meningkatkan pendapatan asli desa, merangsang tumbuhnya ekonomi kreatif, menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dan mengurangi kegiatan membakar hutan yang selama ini mentradisi dalam kegiatan pertanian masyarakat desa.

Haryono SuyonoComment