Aam Bastaman: Siapa Peduli Penerbit Perguruan Tinggi?

Penerbit Perguruan Tinggi (University Press) di Tanah Air memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan atmosfir akademik di Perguruan Tinggi untuk tujuan besar – mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun tidak semua penerbit Perguruan Tinggi dapat beroperasi dengan baik dan lancar (mendapatkan naskah yang bekualitas dari sivitas akademika termasuk dosen, mendapatkan pendanaan yang memadai dan selanjutnya dicetak dan dipublikasikan, baik untuk kalangan internal kampus maupun eksternal, serta dapat dipasarkan). Hanya segelintir penerbit Perguruan Tinggi di Tanah Air yang tumbuh dan besar, umumnya merupakan penerbit universitas besar, seperti UI Press, ITB Press, Gajah Mada Press, IPB Press, Unair Press, dan lain-lain. Selebihnya bak hidup segan mati tak mau. Bahkan banyak Perguruan Tinggi  di Indonesia yang jumlahnya sekitar 4.400 PT tidak memiliki penerbit Perguruan Tingginya sendiri.  Padahal banyak penerbit besar di negara-negara maju merupakan penerbit universitas, seperti Oxford University Press, Cambridge University Press, Harvard University Press, atau di negara tetangga National University of Singapore (NUS) Press.

        Banyak alasan kenapa dunia penerbitan Perguruan Tinggi sulit maju dan berkembang, salah satunya adalah kebiasaan membaca (buku akademik/ilmiah) mahasiswa yang rendah, kedua sulit mendapatkan naskah buku yang berkualitas, disamping produktifits menulis (buku) dosen masih rendah juga, selanjutnya mahalnya harga buku, masalah pendanaan, serta kurangnya insentif secara ekonomi bagi penulis buku.

        Masalah kurang produktif dosen menulis buku barangkali juga berkaitan dengan rendahnya minat membaca buku-buku ilmiah. Materi bahan ajar dosen bisa didapat mahasiswa dari power point dosen, serti googling materi bahan di internet dengan lebih mudah, murah dan cepat. Bisa dimaklumi, dengan kecenderungan budaya instant mahasiswa lebih menyukai googling secara ringkas dan padat, dibandingkan membaca buku –buku tebal yang memakan waktu cukup lama membacanya. Namun gejala ini tentu saja sinyal yang negatif buat pertumbuhan dunia akademik kita. Harus kita akui tantangan yang satu terkait dengan tantangan lainnya. Misalnya masalah kurang produktifnya dosen, karena banyak dosen tidak dibiasakan menulis, mahasiswa kurang minat baca (selain googling dan bersosial media) serta mahalnya harga buku, baik bagi mahasiswa maupun masyarakat umum.

         Belum lagi kecenderungan tumbuhnya dunia digital yang memudahkan dunia penerbitan menjadi penerbitan digital. Meskipun diketahui membaca e_book berlama –lama di depan laptop, desktop ataupun smart phone bukan pekerjaan yang menarik, karena fator kelelahan mata dan daya tarik membaca buku di dunia digital yang kurang. Sehingga banyak pecinta buku masih memilih buku-buku cetak yang mengasyikkan, lebih indah dan lebh bermakna, lebih mudah diresapi dan tentu saja lebih nyaman.

        Banyaknya tantangan dunia penerbitan di Tanah air melahirkan gagasan dari sekelompok pegiat buku dan dunia penerbitan dari beberap Perguruan Tinggi terkemuka untuk bekerja bersama-sama membentuk suatu asosisasi yang selanjutnya dinamakan Asosiasi Penerbit Peguruan Tinggi Indonesia (APPTI) pada tahun 2011 di Bogor. Tujuan didirikannya APPTI antar lain: Memajukan dan mengembangkan Penerbit Perguruan Tinggi, mengakomodasi perkembangan information computer technology (ICT) dalam dunia penerbitan serta membantu pemerintah Indonesia dalam upaya peningkatan penyebaran informasi ilmiah di Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan pendidikan di Tanah Air.

        APPTI atas dukungan dari Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) memiliki sekretariat di kampus tersebut di daerah Srengseng Sawah Jakarta Selatan, yang merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki program pendidikan penerbitan.

        Semoga meskipun dengan segala tantangan yang dihadap dunia penerbitan Pendidikan Tinggi Indonesia bisa berkembang untuk mendukung kemajuan dunia pendidikan di Tanah Air. Semoga…

 

*Aam Bastaman, dari Kampus Universitas Trilogi, Jakarta. Sekjen Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI).

 

Aam Bastaman.png
Aam BastamanComment