Memantapkan Desa Nggorang sebagai Desa Tani di Timur Pulau Komodo

Nggorang.jpg

Prinsip Wesak “nera neteng beang, tutung sulu neteng uku, wewa gerak neteng bendar, ba nggalas neteng tana, pati adil neteng nai.” dipegang teguh warga Manggarai. Amanah leluhur untuk menabur cahaya di setiap medan, menyalakan pelita ditiap suku, mewartakan terang disetiap lokasi, membawa kejernihan di setiap tempat, membagi keadilan pada setiap hati. Dalam pengelolaan Dana Desa, prinsip yang disampaikan turun temurun itu tetap dipakai. Termasuk oleh pengelola Dana Desa Nggorang.

Desa Nggorang merupakan salah satu dari tujuh belas desa di Kecamatan Komodo yang terletak di sebelah timur. Dengan luas wilayah sekitar 998,9 Ha dan dihuni 1.698 jiwa, sebagian besar Desa Nggorang berupa hamparan luas sebagai persawahan yang subur. Sehingga sebagian besar warga, menjalani profesi sebagai petani. 

Pada tahun 2017  Desa Nggorang memperoleh alokasi dana Desa sebesar Rp 1,14 miliar, dari APBN sebesar Rp774 juta dan APBD Rp370 juta. Alokasi Dana Desa tersebut sepenuhnya dikelola oleh desa, sehingga programnya selaras dengan kebutuhan warga. Dalam upaya menghidupkan pelita optimisme warganya,  Dana Desa digunakan untuk mendukung kebutuhan warga. Infrastruktur yang dibangun disinergikan dengan kebutuhan pengembangan perekonomian mayoritas warganya terutama untuk menunjang sektor pertanian, misalnya pembangunan DAM Parit Persawahan Sampang Ngalak, dilakukan agar masyarakat dapat membajak sawahnya dua kali dalam setahun yang semula hanya satu kali. Hal ini mendorong tumbuhnya geliat ekonomi lokal. Selanjutnya, agar mobilitas sektor pertanian semakin tinggi, dibangun jalan tani menuju terminal luar kota. Jalur angkut yang selama ini sempit dan berlumpur jika hujan turun, ditinggikan dan diperlebar, sehingga kendaran roda empat yang mengangkut hasil pertanian warga desa, dapat mendistribusikannya dengan lancar keluar kota.  

Karena terlibat secara langsung sejak perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasannya, warga menjamin output yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan warga sekaligus, sesuai kualitas yang diharapkan. Kini, keluhan pembangunan desa yang dinilai tidak sesuai volume maupun kualitas, nyaris tidak ada, berganti dengan antusiasme warga dalam mengerjakan proyek desa hasil kesepakatan bersama. Sejatinya, Dana Desa telah menemukan ruhnya. Sesama warga desa dapat guyub membahas kebutuhan, menuangkan dalam program, menjalankannya dan mengawasinya sampai tuntas. Keterlibatan warga pada pengelolaan dana desa, menjadi ciri khusus penyaluran dana desa di Indonesia. Sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan, seluruh elemen desa turut serta. Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana desa, nyata terlihat di desa ujung timur pulau komodo ini. Semoga membawa manfaat yang maksimal !

 

Haryono SuyonoComment