Desa Calabai Kembangkan Wisata Desa Lewat Konservasi Biota Laut

Calabai.png

Desa Calabai terletak di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Bara, dalam wilayah Kawasan Taman Nasional Gunung Tambora yang mengemban tugas menjaga kelestarian sumber daya alam dengan baik. Namun tidak dapat diungkiri,  sebagian nelayan masih mencari ikan menggunakan bom ikan sehingga merusak ekosistem dan biota laut, mengganggu keberlangsungan terumbu karang.

Menurut Kepala Desa Syaifudin Juhri, S.Pd, yang dicatat oleh Ketua Tim Pakar Haryono Suyono akhir Maret ini, tindakan tidak bertanggung jawab itu menyebabkan populasi ikan makin rendah. Tingkat abrasi pantai meningkat tajam karena terumbu karang yang berfungsi sebagai penahan arus gelombang sudah rusak. Karena itu, Pemerintah Desa Calabai bekerja keras untuk melestarikan potensi terumbu karang dan spesies biota laut sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat. 

Untuk itu, Desa Calabai berinovasi mengembangkan wisata desa dengan melestarikan terumbu karang dan biota laut. Komitmen ini dituangkan dalam Peraturan Desa No. 4 Tahun 2013 tentang Konservasi Terumbu Karang dan Penetasan Penyu. Inovasi Desa Calabai ini mampu mengusung misi ekologi dan ekonomi sekaligus, kekayaan terumbu karang dapat dilestarikan, masyarakat dapat meningkatkan ekonomi keluarga, dan pemerintah desa memperoleh tambahan Pendapatan Asli Desa (PADes).

Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan tokoh masyarakat Desa Calabai bermusyawarah membahas gagasan memperbaiki situasi tersebut. Penduduk yakin bahwa Desa Calabai memiliki 50 hektar kawasan terumbu karang yang bila dikelola dengan baik dapat mendongkrak ekonomi masyarakat desa. Akhirnya, Pemerintah desa dan BPD menyusun Peraturan Desa guna melindungi terumbu karang dan penetasan penyu sehingga biota laut tetap terjaga dan tidak punah. 

Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, pada 2015 BUMDes Calabai mendirikan usaha wisata desa dengan mengusung konsep ekowisata. Konsep ekowosata yang masih baru, memaksa Pemerintah desa dan BUMDesa Calabai bekerja keras belajar dan mencari informasi tentang manajemen pengelolaan usaha ekowisata dan konservasi terumbu karang. Sosialisasi konsep pengelolaan potensi terumbu karang kepada masyarakat dilakukan melalui musyawarah desa. Nama spot wisata terumbu karang dinamkan “Konservasi Rayuan Terlarang”.  

Untuk keperluan itu, sejak 2015, Pemerintah desa mengalokasikan dana dari APBDes sebesar 135 juta rupiah untuk pengadaan sarana dan prasarana penunjang usaha ekowisata desa. Secara rutin, Pemerintah Desa Calabai mengadakan pagelaran wisata konservasi pada saat hari jadi desa, HUT Kabupaten Dompu, dan perayaan hari besar lainnya guna mengundang masyarakat dan pihak-pihak peduli terumbu karang untuk melakukan transplantasi terumbu karang. Penerapan metode transplantasi melalui media besi dan beton berhasil menambah lebih 25 persen terumbu karang dari lima spesies berbeda pada zona konservasi.

Pemerintah Desa melatih para pengurus BUMDesa mengelola unit usaha ekowisata laut secara baik. Kini, BUMDesa Calabai memiliki perlengkapan wisata wahana air, seperti penyewaan speedboat, sampan viber, banana boat, dan peralatan snorkeling. Inovasi Desa Calabai mampu melestarikan terumbu karang dan biota laut dalam zona konservasi melebar seluas 50 hektar. Tingginya partisipasi masyarakat membuat para nelayan tidak mengangkap ikan dan mencari telur penyu di daerah konservasi. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengapresiasi inovasi yang dilakukan Desa Calabai dengan memberi bantuan modal melalui BUMDesa sebesar 100 juta rupiah. Pengembangan ekowisata juga mampu meningkatnya penerimaan asli desa. Nama Desa Calabai semakin populer sebagai destinasi wisata berbasis ekowisata terumbu karang dan spesies ikan hias laut di Kabupaten Dompu.

Haryono SuyonoComment