Manajemen: Kebangkitan Diaspora India

Catatan: Aam Bastaman

Saya memilih kata “Kebangkitan” untuk menunjukkan bagaimana diaspora India baik di Amerika bahkan di seluruh dunia mulai diperhitungkan kiprah dan prestasinya di berbagai bidang, baik bisnis, teknologi maupun di bidang akademik. Saat ini hampir tidak ada perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat yang tidak memiliki orang atau keturuanan India sebagai profesornya. Sebut saja perguruan tinggi terkemuka Amerika: Harvard, MIT, Yale, Stanford, UCLA, Illinois, Michigan State, Chicago, semua memiliki guru besar cemerlang asal India, meskipun saat ini sebagian besar sudah menjadi warga negara Amerika Serikat. Mereka biasa disebut orang Amerika keturunan India (American Indian). Jangan tertukar dengan sebutan “indian” bagi warga asli Amerika. Ini keturunan India, dari kawasan Asia bagian Selatan.

Di bidang bisnis, terutama bisnis yang bersentuhan dengan teknologi komputer, bermunculan nama-nama India sebagai CEO. Malah berdasarkan perhitungan sebuah media, gabungan pendapatan tahun 2018 dari tujuh perusahaan yang dipimpin oleh CEO India-Amerika ini sudah lebih dari $ 360 miliar. Pendapatan tersebut lebih besar dari gabungan PDB banyak Negara di dunia.

Seperti dilansir sebuah media Amerika Serikat, The American Bazaar (2019), sampai tahun 1990-an, hanya ada sedikit orang Amerika-India yang mencapai eselon teratas perusahaan Amerika. Namun pada pertengahan 1990-an, dimulailah era CEO Amerika keturunan India, dengan munculnya eksekutif seperti Raj Gupta, Ramani Ayer dan Rakesh Gangwal. Gupta menjabat sebagai Chairman dan CEO Rohm & Haas, yang kemudian diakuisisi oleh Dow Chemicals, selama lebih dari satu dekade. Ayer menjabat sebagai CEO dan Chairman The Hartford Financial Services Group, Inc. dari 1997 hingga 2009. Gangwal adalah presiden dan CEO US Airways Group dari 1998 hingga 2001.

Kemudian pada tahun 2000-an, lebih banyak lagi orang Amerika-India menjadi CEO., Seolah kumpulan orang-orang cerdas ini (cerdas intelektual, sosial maupun emosional) baru bangun dari tidurnya. Pada tahun 2001, ketika PepsiCo mengangkat Indra Nooyi sebagai CEO-nya, ia menjadi wanita Amerika India pertama yang memimpin perusahaan Fortune 100. Enam tahun kemudian, Vikram Pandit memulai masa jabatannya sebagai CEO di Citigroup. Saat ini, orang Amerika-India banyak memegang posisi tingkat atas di perusahaan AS hampir di seluruh spektrum industri.

Berikut ini adalah daftar tujuh CEO Amerika India (The American Bazaar, 2019) yang memimpin perusahaan-perusahaan AS yang menghasilkan setidaknya $ 7 miliar pendapatan tahun lalu. Enam yang pertama adalah perusahaan Fortune 500 AS, sedangkan yang ketujuh - Harman International Industries - tidak lagi menjadi perusahaan Fortune 500, karena menjadi bagian dari Samsung pada 2017. Namun, pada 2018, Harman sebenarnya memiliki pendapatan yang cukup untuk menjadi bagian dari Fortune 500 klub.

Yang menarik dari CEO Amerika keturuan India ini adalah hampir semuanya berpendidikan di Amerika Serikat, dari berbagai universitas ternama Amerika dan memimpin perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan teknologi komputer., meskipun ada juga industri retail, namun sangat “heavy” dengan muatan teknologi informasi. Entah mengapa orang-orang India dikenal sangat cakap dengan teknologi komputer.

Yang pertama adalah Sundar Pichai, CEO, Google. Pendapatan perusahaan: $ 136,8 miliar (2018). Jumlah karyawan: Hampir 99.000 (2018). Sundar Pichai mengambil alih sebagai chief executive officer (CEO) untuk Google pada Oktober 2015, menggantikan CEO dan pendiri Larry Page. Pria berusia 46 tahun ini lahir di Madurai, Tamil Nadu, tetapi tumbuh dan menyelesaikan sekolah di Ashok Nagar, Chennai. Masuk IIT Kharagpur di India, dan mendapatkan gelar MS dari Stanford dan MBA dari Wharton. Pichai bergabung dengan raksasa teknologi itu pada tahun 2004, di mana ia memimpin manajemen produk untuk beberapa produk, termasuk Google Chrome dan Google Drive. Pada tahun 2014, ia menjadi pesaing untuk menjadi CEO Microsoft, posisi yang akhirnya jatuh ke orang berikutnya dalam daftar ini.

Kedua, Satya Nadella, CEO, Microsoft. Pendapatan perusahaan:$ 110,36 miliar (2018). Jumlah karyawan: Hampir 135.000 (2018). Satya Nadella menggantikan Steve Ballmer sebagai CEO Microsoft pada 2014. Ia menjabat sebagai Wakil Presiden Eksekutif Grup Cloud dan Perusahaan Microsoft, sebelum menjadi CEO. Lahir di Hyderabad, India, Nadella bekerja di Sun Microsystems sebelum bergabung dengan Microsoft pada tahun 1992. Veteran Microsoft 22 tahun itu menerima gelar sarjana dari Institut Teknologi Manipal di India, MS-nya dari University of Wisconsin-Milwaukee dan MBA-nya dari Fakultas Bisnis Universitas Booth Chicago. Di bawah kepemimpinan Nadella, Microsoft mengakuisisi Mojang, LinkedIn, dan Github.

Ketiga, Vivek Sankaran. Presiden dan CEO, Albertsons. Pendapatan perusahaan: $ 60,53 miliar (2018). Jumlah karyawan: 267.000 (2018). Setelah sebelumnya menjabat sebagai CEO PepsiCo Foods Amerika Utara, Sankaran menjadi presiden dan CEO Albertsons Companies, rantai ritel makanan dan obat-obatan terbesar di Amerika Serikat awal tahun ini. Sankaran, yang sekarang mengawasi 2269 toko di 34 negara bagian, termasuk lebih dari 800 Safeway, memperoleh gelar sarjana teknik mesin dari Institut Teknologi India Madras dan master teknik industri di Institut Teknologi Georgia (Georgia Institute of Technology).

Keempat, Sanjay Mehrotra. President and CEO, Micron Technology. Pendapatan perusahaan : $30.4 miliar (2018).  Jumlah karyawan: 36.000 (2018). Sanjay Mehrotra, yang tumbuh di Delhi, mengambil alih sebagai CEO Micron tahun lalu. Ia seorang veteran 30 tahun dari industri memori semikonduktor,. Memiliki lebih dari 70 paten di bidangnya. Pada tahun 1988, ia mendirikan SanDisk, yang diakuisisi oleh Western Digital sebesar $ 19 miliar tiga tahun lalu. Pada saat penjualan tersebut, Mehrotra adalah Presiden dan CEO SanDisk. Micron Technology, yang berbasis di Boise, Idaho, yang memproduksi perangkat semikonduktor seperti RAM (memori akses acak) dan flash drive, berada di peringkat 150 dalam daftar Fortune 500 perusahaan teratas AS. Mehrotra adalah alumnus University of California, Berkley, mendapatkan gelar sarjana dan master dalam bidang teknik listrik dan ilmu komputer.

Kelima, Ajaypal Singh Banga. Presiden dan CEO, MasterCard. Pendapatan perusahaan: $ 15 miliar (2018). Jumlah karyawan: 13.400 (2017). Ajay Banga menjadi CEO MasterCard pada 2010, menggantikan mantan CEO Robert W. Selander, yang telah memegang gelar itu sejak 1997. Sebelum menjadi CEO, Banga menjabat sebagai presiden dan chief operating officer Mastercard. Lahir di Maharashtra, India, Banga dianugerahi penghargaan sipil Padma Shri pada 2016. Eksekutif bisnis ini lulus dengan gelar BA di bidang ekonomi dari St Stephen’s College dan MBA dari Indian Institute of Management.

Keenam, Shantanu Narayan. Chairman and CEO, Adobe Inc. Pendapatan perusahaan: $9 billion (2018). Jumlah karyawan: Lebih dari 21,000. Shantanu Narayan menggantikan mantan CEO Adobe Inc. Bruce Chizen tahun 2007, sebelumnya ia sudah menjabat sebagai presiden dan COO. perusahaan. Dibawah kepemimpinannya Adobe Inc. menjadi perusahaan yang tergabung dalam Fortune 400 company tahun 2018. Narayan juga anggota mantan anggota Management Advisory Board pada era presiden Barack Obama. Iaa penyandang gelar bachelors di bidang electronic Management dan communication engineering dari the University College of Engineering, Osmania University, MBA dari UC Berkeley dan master in computer science dari Bowling Green State University.

Ketujuh, Dinesh Paliwal. President and CEO, Harman International Industries. Pendapatan perusahaan: $7.44 billion (2018). Jumlah karyawan: 26,000 (2016). Paliwal mengambil alih posisi CEO and president Harman International Industries tahun 2007, saat perusahaan berada pada titik terendah dalam sejarah perusahaan. Paliwal dibawah kepemimpinannya berhasil memperjuangkan pencapaian perusahaan yang signifikan dengan pertumbuhan double digit dan melipatgandakan harga saham hanya dalam satu tahun. Disamping itu, diluar kesibukannya sebagai CEO, ia juga menjadi anggota the boards of Nestlé, Bristol-Myers Squibb and Raytheon Company. Harman diambil alih oleh Samsung pada tahun 2017, dengan Paliwal tetap menjadi CEO perusahaan.

Selain, tokoh-tokoh dan pemimpin bisnis kelas dunia, keturuan India di Amerika juga mendapatkan penghargaan bergengsi – hadiah Nobel bidang Ekonomi, yang dipeoleh  Banerjee, seorang profesor di MIT, yang berbagi hadiah Nobel tersebut dengan istrinya, Esther Duflo, dan Michael Kremer dari Harvard, sebagai penerima hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2019.

Mereka diakui karena pendekatan eksperimental mereka untuk mengurangi kemiskinan global, Penelitian mereka telah menginspirasi dan meningkatkan kemampuan untuk memerangi kemiskinan global. Hanya dalam dua dekade, pendekatan berbasis eksperimen baru mereka telah mengubah ekonomi pembangunan, yang sekarang menjadi bidang penelitian yang berkembang. Padahal penelitian dan kajian merekan justru tentang program Inpres di Indonesia, yang digagas oleh Presiden Soeharto.

Apapun, tidak salah kalau saya mengatakan mereka (diaspora India) telah bangkit. Semoga menjadi inspirasi bagi kebangkitan diaspora Indonesia.

Aam Bastaman, 29 Desemebr 2019.

Aam Bastaman1.png
Aam BastamanComment