Refleksi: Kemiskinan Ada di Mana-Mana
Di Tanah Air kita memiliki semangat untuk mengentaskan kemiskinan. Harus diakui bukan pekerjaan yang mudah untuk mengurus jutaan umat yang memerlukan perbaikan hidup. Meskipun secara jumlah telah terjadi penurunan, namun upaya pengentasan kemskinan bukan jurus sim salabim, tapi memerlukan proses yang panjang serta komitmen politik yang kuat.
Sebagai pembanding, kemiskinan terjadi di mana-mana di seluruh dunia, di berbagai belahan bumi, mulai dari Afrika (Utara, Timur, Barat, Tengah), Asia (Timur Tengah, Selatan, Tenggara, Tengah), Amerika (Selatan/Latin), bahkan sebagian belahan Eropa (Timur), kecuali benua Australia yang hanya dimiliki oleh satu negara yang kebetulan kaya raya. Isu yang sangat medesak bukan hanya kemiskinan dalam kuantitas dan kualitas hidup, namun juga pemerataan, mengingat terjadi “gap” yang luar biasa lebar dari mereka yang memiliki kekayaan luar biasa dengan masyarakat yang sangat kekurangan, yang untuk bertahan hidup saja sangat sult.
Stasiun Televisi Al Jazeera, 7 November 2019 menayangkan kehidupan sebagian masyarakat pedesaan Romania yang miskin, sehingga sang ayah harus mencari kerja di belahan Eropa Barat untuk bekerja sebagai tenaga kasar, atau mengemis, bahkan sebagian warga mencopet, untuk kelangsungan hidup keluarga di desa Romania. Termasuk bagi wanita muda Romania, untuk memperbaiki nasib pergi ke Eropa Barat, meskipun harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak terhormat.
Saya jadi ingat cerita teman yang berkunjung ke Itali dan beberapa negara di Eropa Barat, bagaimana tanpa diduga banyak wanita cantik menjadi copet. Teman saya tadinya mengira mereka penduduk setempat, atau turis dari negara Eropa lain, menginat tampang mereka yang cantik dan relatif perlente. Ternyata mereka pencopet. Banyak diantaranya adalah wanita dari kawasan miskin di pedesaan negara-negara Eropa Timur. Meskipun harus diakui banyak pula pelaku lokal.
Kemiskinan memang melahirkan tragedi turunan yaitu kriminalitas, seperti perdagangan manusia, ataupun pekerja migran ilegal. Bukan hanya di Eropa Timur, tapi juga merata di banyak negara-negara yang tidak atau belum makmur di seluruh penjuru dunia, dengan daftar kawasan diantaranya seperti tersebut di atas.
Di Tanah Air sendiri kita bisa menghitung berapa banyak wanita kita yang bekerja kasar sebagai PRT ataupun pekerja kasar di Timur Tengah, Malaysia, Hong Kong, Taiwan ataupun Singapura. Karena kemiskinan itulah apapun mereka kerjakan. Semangat untuk bertahan hidup harus diacungi jempol. Bagi pekerja tidak terdidik yang bekerja di luar negeri mengurangi beban pemerintah, bahkan mereka turut menyumbang devisa. Hanya saja mereka rentan menjadi korban.
Sebenarnya bekerja di luar negeri perlu kita dorong, hanya saja perlu di tempat-tempat yang lebih terhormat, sebagai profesioanal ahli, bukan Tenaga kerja murah. Apalagi terlibat menjadi bagian dalam mata rantai perdagangan manusia, dan menjadi korban pelaku kriminal. Tiada cara lain pengentasan kemiskinan dimulai dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Karena dari sinilah sumber kemiskinan umumnya berasal.
Aam Bastaman (Uni Trilogi). Senior Editor Gemari.id