Manajemen: Kabar Panas dari Boeing

Boeing, perusahaan pembuat pesawat terkemuka dunia didera krisis berkepanjangan, setelah pesawat jenis barunya boeing 737 Max mengalami musibah jatuh berturut-turut, yaitu: Ethophian Airlines di Ethophia dan Lion Air di Indonesia. Pada akhirnya keputusan dilakukan: Semua pesawat Boeing 737 Max yang sudah dibeli oleh banyak maskapai penerbangan dunia itu harus di “grounded”. Krisis ini dianggap sebagai yang terparah selama 100 tahun yang dialami perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Serikat ini. Krisis ini dianggap menguntungkan posisi Airbus, rival utamanya dari Eropa.

Dengan krisis berkepanjangan tersebut, siapa yang harus bertanggung jawab? Tentulah Sang CEO, Dennis Muilenburg.  Muillenburg dianggap gagal menyelesaikan sejumlah permasalahan yang mendera Boeing.  Keputusan cepat dilakukan, Dennis Muilenburg diminta mengundurkan diri. Rupanya Boeing menghindari cara pemecatan, karena bedampak pada masalah hukum. Artinya kalau Dennis Muilenburg dipecat Boeing mengakui ada yang salah, bisa menimbulkan tuntutan hukum. Ini jalan keluarnya: Minta sang CEO mengundurkan diri.  Dennis Muilenburg pun menerima.

Siapa penggantinya? Boeing Co yang sedang terpukul dengan banyak permasalahan tersebut menggantungkan masa depannya di tangan David Calhoun. Ia merupakan veteran industri yang telah memimpin beberapa perusahaan di tengah masa krisis, semacam sosok “leader in crisis”. Artinya, ini bukan pertama kalinya Calhoun harus menangani perusahaan yang sedang bergejolak. Ia sudah malang melintang menangani krisis di banyak korporasi terkemuka dunia, termasuk GE, Nielsen dan Caterpillar Inc. Calhoun diharapkan akan mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Boeing. Ia dianggap dapat mengeksekusi suatu keputusan di bawah tekanan. Ia dianggap tokoh yang berani mengambil keputusan dan keras kepala.

Calhoun mengawali karir di perusahaan General Electric (GE) Co dan sudah menghabiskan satu dekade sebagai dewan perusahaan di Boeing. Ia diangkat menjadi Chairman pada dua bulan lalu, ketika Boeing dilanda krisis pasca dua kecelakaan fatal yang melibatkan salah satu seri terlarisnya, 737 MAX.

Seperti dilansir banyak media, pekerjaan rumah Calhoun sangat banyak dan rumit. Selain masalah reputasi dan kepercayaan publik, kini ia harus memperbaiki hubungan yang berantakan antara Boeing dengan regulator. Di sisi lain, ia masih perlu mengelola tekanan uang tunai dari krisis dan membawa jet 777X ke pasar di tengah pengawasan ketat. Dari buku yang ditulisnya “How Companies Win”, Calhoun menyebutkan, salah satu sikap yang harus dilakukan seorang pemimpin adalah “being candid” (bersikap terus terang). Pendekatan ini yang banyak disebutkan para kritikus tidak dilakukan di Boeing selama ini, dibawah pimpinan Muilenburg.

Banyak pihak percaya penggantian kepemimpinan dibutuhkan untuk mengembalikan kepercayaan pada perusahaan, untuk melanjutkan bisnis dengan mengedepankan transparansi, termasuk aktif berkomunikasi dengan FAA, dan pembuat kebijakan lain dan para konsumen seperti perusahaan penerbangan yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Banyak pengamat industri berpendapat Calhoun merupakan sosok yang dibutuhkan di Boeing. Namun ia tidak akan menjadi manajer yang baik dalam jangka waktu lama. Sebagai manajer krisis, ia mungkin ia orang yang tepat. Artinya, ia berperan besar selama krisis, setelah krisis berlalu selalu ada profesional yang lebih tepat untuk melanjutkannya. Peran kepemimpinan bisa berbeda di setiap situasi dengan tuntutan gaya kepemimpinan yang berbeda.

Aam Bastaman (Uni Trilogi). Editor Senior Gemari.id

Boeing1.jpg
Aam BastamanComment