Desa Baramban Lakukan Revitalisasi Posyandu Lansia

Posyandu Lansia.jpg

Dalam suasana Hari Kesetiakwanan Sosial Nasional tanggal 20 Desember 2019 ini ada baiknya kita baca Laporan Gedhe Nusantara dai Desa Baramban tentang kegiatan Posyandu Lansia. Desa ini memiliki jumlah lansia yang tergolong tinggi, yaitu 20 prosen dari total penduduk 900 jiwa. Pada usia lanjut, seseorang sangat rentan sakit. Karena itu, Pemerintah Desa Baramban merevitalisasi peran Posyandu sekaligus mengurus kelompok usia balita dan anak dan juga kelompok lansia. Berkat Dana Desa (DD), Posyandu lansia dapat berfungsi melayani pemeriksaan kesehatan kelompok lansia. Menurut Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Prof. Dr. Haryono Suyono yang di tahun 1983 mendirikan Posyandu bersama Menteri Kesehatan dr. Suwardjono Suryaningrat, dianjurkan agar jam buka Posyandu Lansia tidak bersamaan dengan Posyandu untuk ibu hamil dan anak balita karena pemeriksaan dan pelayanan kesehatan yang diberikan berbeda. Kabarnya Kepala BKKBN yng baru, Dr dr Hasto Wardyo SpOG juga akan mengembangkan Posyandu Lansia tersebut, semoga bisa berlanjut dan berhasil.

Menurut Laporan Gedhe Nusantara, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lansia ini sudah dirintis pada 2012, sayang kegiatannya tidak berjalan efektif karena tidak ada biaya operasional. Sejak desa menerima Dana Desa (2015), kendala ketiadaan anggaran dapat teratasi dengan dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Dewasa ini karena jumlah lansia yang membengkak berkat keberhasilan Program KB dan Kesehatan, kebutuhan pelayanan Posyandu Lansia menjadi sangat penting. Masyarakat Desa Baramban yang sulit mengakses fasilitas kesehatan publik, seperti Puskesmas, karena lokasinya cukup jauh dari desa, Posyandu Lansia menyediakan tenaga medis yang dapat mendampingi kegiatan Posyandu secara berkelanjutan.

Posyandu merancang program layanan kader lansia untuk satu tahun, seperti program Go House Lansia, Happy Birth Day Lansia, dan Senam Lansia. Penentuan wilayah layanan peserta Posyandu Lansia dilakukan berbasis Rukun Tetangga (RT). Sosialisasi program layanan lansia dilakukan melalui kegiatan arisan ibu-ibu rumah tangga. Setelah itu peserta Posyandu membuat rencana pertemuan rutin, termasuk merancang strategi pendanaan untuk mendukung program layanan lansia. Sejumlah strategi dilakukan seperti menggalang swadaya masyarakat peduli lansia, mengajukan proposal CSR pada perusahaan tambang batubara, dan terlibat dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa untuk mendapatkan anggaran dari APBDesa.

Selanjutnya pegiat Posyandu melaksanakan program Go House Lansia, yaitu berkunjung ke rumah-rumah peserta Posyandu lansia secara berkala. Saat berkunjung, mereka memberikan pelayanan konseling lansia dan layanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga medis dari Puskesmas Piani. Dikembangkan juga program Happy Birth Day Lansia, yaitu merayakan hari ulang tahun lansia agar lansia mendapat penghormatan keberadaanya. Selain itu, Posyandu melaksanakan program sehat lansia (senam lansia bekerjasama dengan tenaga kesehatan Puskesmas Piani, tenaga ahli gizi, bidan desa).

Selanjutnya dilakukan evaluasi atas program/kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Posyandu untuk mengetahui dampak serta permasalahan-permasalahan yang menyertainya. Kegiatan evaluasi rutin dilakukan setiap 3 bulan. Berkat Posyandu lansia, kelompok masyarakat lansia di Desa Baramban dapat me­nyalurkan kebutuhan psiko­logisnya. Sebelumnya kebutuhan itu tidak terfasilitasi secara baik oleh keluarga maupun masyarakat secara umum. Antusiasme peserta dalam mengikut program Posyandu sangat baik, terhitung ada 70% lansia yang aktif mengikuti layanan-layanan kesehatan yang diberikan Posyandu. Dampak dari Posyandu Lansia adalah kepedulian sosial masyarakat desa pada kelompok lansia semakin meningkat. Arah kebijakan perencanaan pem­ba­ngunan desa semakin sensitif pada kepentingan kelompok lansia. Solidaritas antar generasi bertambah positif. Alhamdulillah.

Haryono SuyonoComment