Transisi Teknologi Menyumbang Penyakit PTM

Gemari : Jakarta, 22 November 2019. Informasi dari Yayasan Stroke Indonesia. Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) diperlukan tenaga penyuluh di masyarakat untuk memberikan informasi dan edukasi dan menjadi tempat bertanya masyarakat tentang penyakit tidak menular, seperti Jantung, stroke, hypertensi, kanker dan hyper kolesterol.

Tenaga penyuluh ini menjadi Agen of Change (AoC) di masyarakat dan mereka dibekali dengan pengetahuan tentang penyakit tidak menular, tenaga Aoc ini diharapkan dapat menurunkan angka penderita penyakit tidak menular tersebut yang penderitanya dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan, penyakit PTM ini merupakan penyakit katastropik yang biaya pengobatannya sangat mahal dan membutuhkan pengobatan yang panjang bahkan seumur hidup.

Pentingnya mewujudkan masyarakat sehat, maka kementerian kesehatan mengajak Yayasan Stroke Indonesia bahu membahu menyelenggarakan kegiatan pelatihan tenaga Agen of Change yang berlangsung selama tiga hari mulai dari tanggal 14 – 18 Oktober 2019 di Aston Hotel Bogor, kegiatan ini melibatkan 200 orang peserta dari berbagai organisasi yang ada di Jakarta maupun daerah.

Acara tersebut dibuka oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Dr. Cut Putri Ariane, MH.Kes, dalam sambutannya beliau mengatakan “ Alhamdulillah kita hadir disini untuk mengikuti pelatihan Agen of Change” (AoC) dalam keadaan sehat, terima kasih kepada Bapak dan Ibu mau hadir pada acara agen perubahan penyakit tidak menular, yaitu penyakit katastropik, seperti jantung, stroke, kanker, hipertensi, Penyakit Tidak menular telah menjadi bom waktu kalau kita tidak intervensi”, ujarnya.

Lebih dalam lagi dikatakan “ tahun 2016 beban biaya yang ditanggung untuk pengobatan penyakit tidak menular, seperti jantung, kanker, stroke, gagal ginjal itu mencapai 10 triliun rupiah, nah ini yang menyebabkan Jaminan Kesehatan Nasional menjadi kolaps, Indonesia dimasa transisi, dulu ASKES data orang yang mempunyai factor risiko PTM belum kelihatan, namun sekarang ada BPJS Keasehatan angka penderita PTM kelihatan karena orang sudah tidak takut lagi ke rumah sakit karena ada BPJS, angka harapan hidup manusia Indonesia telah meningkat mencapai 71,4 tahun, yang lebih panjang harapan hidupnya adalah perempuan.”kata Dr. Cut.

Dr. Cut mengatakan lagi “ Transisi teknologi yang menyumbang menjadi PTM adalah HP (Hand Phone), karena kemudahan membuat kita malas bergerak, contoh mau pesan makanan lewat Gojek, Grab mau pergi pesan Gojek. Tren Penyakit Tidak Menular di usia 10 – 14 tahun naik terus ke usia produktif.”.

Ada 4 pilar kesehatan yang menjadi pedoman Kemenkes, yaitu :

-          Promosi kesehatan, untuk pencegahan, melalui iklan layanan masyarakat, iklan di radio, TV, salah satunya melalui pelatihan AoC (agen of change).

-          Deteksi dini, apalagi sudah ada factor risiko, lebih baik mencegah dari pada mengobati.

-          Perlindungan khusus , salah satunya imunisasi, yang sudah ada imunisasi untuk mencegah kanker serviks.

-          Pengobatan, dilakukan di pusat layanan kesehatan.

Ada factor risiko PTM yang tidak bisa diubah, sperti : Usia, factor keturunan, jenis kelamin, ras. Sedangkan faktior risiko yang bisa dikendalikan ialah: merokok (merupakan common risk factor/ faktor risiko bersama), merokok dapat menimbulkan berbagai penyakit PTM., kemudian factor bergerak, jangan malas bergerak, dianjurkan setiap hari bergerak minimal 10.000 langkah.

Faktor diet tidak seimbang, antara yang masuk dan yang keluar tidak seimbang, boleh makan apa saja tapi ingat juga harus dimbangi dengan keluar yang seimbang.

Kendalikan garam, gula dan lemak yang dikonsumsi, kalau bapak-bapak dirumah ketemu sayuran kurang garam, bapak-bapak jangan marah, itu artinya istri bapak sayang sama bapak.”, negara Indonesia menjadi negara tertinggi perokok bayi ndibawah 10 tahun maka disebut negara Baby smokers.

Kesehatan merupakan hal dasar yang harus dicapai untuk dapat diwujudkan, kita cegahlah penyakit yang menimbulkan banyak masalah ini.

Tingga mengenai factor risikonya jadi gampang, mudah, sangat mudah, cegah dan sangat mungkin untuk dicegah, kemudian dibutuhkan komitmen dan perubahan perilaku, kalau saya selalu berulang – ulang mengatakan perilaku perubahan yang revolusioner, engga bisa lagi yang hari ini begini besok tidak, berubah yang biasa malas bergerak, bergerak, yang biasanya banyak makan yang mengandung factor risiko, gula, garam, lemak, yang berlebihan stoplah, kendalikan untuk kita sendiri karena PTM adalah penyakit akibat perilaku kita sendiri, selain tadi factor rokok, kita tidak merokok tapi sehari-hari berhubungan dengan orang yang merokok disebabkan oleh orang lain itu juga bisa masalah perilaku

Hubungan lintas sector sangat berpengaruh dalam mewujudkan kesehatan. Penting untuk mengarus utamakan pembangunan berwawasan kesehatan disegala sector ini sangat penting, semuanya harus berwawasan kesehatan kalau kita tidak  bisa  hidup sehat,”kata dr. Cut.

Organisasi yang menjadi peserta diantaranya : Ikatan Perawat Mata Indonesia, Yayasan Stroke Indonesia, Ikatan Refraksionis Optisien, Persatuan Audiologi Indonesia, Ikatan Terapi Wicara Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia, Asosiasi Kesehatan Haji Indonesia, Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan kesehatan Masyarakat Indonesia Regional III, Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan, Yayasan Jantung Indonesia, Yayasan Pemberantasan Penyakit Paru Indonesia, Yayasan Ginjal Nasional Indonesia, Yayasan Asma Indonesia, Yayasan Lupus Indonesia, Yayasan Thalasemia Indonesia, Yayasan Mitra Netra, Yayasan Kesehatan Perempuan, Yayasan Diabetes Indonesia, Himpunan Peduli Stroke,  Klub Jantung Remaja Indonesia. Transformasi hijau, Komunitas jendela, Persatuan Edukator Diabetes Indonesia, Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Forum warga kota Jakarta, Yayasan Wahana Visi.

Penulis : Budi Kusumanto

Para peserta dengan serius menyimak paparan dari pembicara saat kegiatan pelatihan tenaga Agen of Change yang berlangsung selama tiga hari mulai dari tanggal 14 – 18 Oktober 2019 di Aston Hotel Bogor,

Para peserta dengan serius menyimak paparan dari pembicara saat kegiatan pelatihan tenaga Agen of Change yang berlangsung selama tiga hari mulai dari tanggal 14 – 18 Oktober 2019 di Aston Hotel Bogor,

Mulyono PrawiroComment