Membangun MCK menyelamatkan bangsa

IMG_0435.JPG

Dalam acara Arum Dalu TVRI Semarang Rabu malam kemarin, ditampilkan seorang dokter yang karena kepeduliannya terhadap kesehatan anak bangsa, telah bekerja keras membangun MCK, menempatkan dirinya seakan gandrung pada MCK dan melepaskan kesempatannya sebagai pegawai negeri dan bergerak dengan “kekuatan sendiri” menjadikan TNI ABRI dan simpatisan lainnya mitra, sahabat dan rekan berjuang menolong rakyat banyak di desa-desa di seluruh Indonesia bekerja secara gotong royong membangun jamban keluarga alias MCK. Dokter yang sosial tersebut, tanpa memberi kabarbahwa istri tercintanya ulang tahun datang ikut acara siaran Arum Dalu TVRI Semarang. Dokter yang berjiwa sosial itu adalah Dr. dr. Budi Laksono dari Semarang. Dokter kecil, pendek, kekar dan gagah itu pada hari ulang tahun istri tercintanya itu datang mengenakan topi di kepalanya pada acara Arum Dalu TVRI Semarang yang sedang membahas masalah BUMNShop bersama Rektor Universitas Jendral Soedirman, Dekan Universitas Ngudi Waluyo dan Direktur Kementerian Desa PDTT yang mewakili Dirjennya, para mahasiswa dari kedua perguruan tinggi tersebut, para pengasuh BUMNShop dari Trenggalek dan Temanggung bersama Prof. Dr. Haryono Suyono dan Nina Amalia selaku pembawa acara “dialog langsung” yang berlangsung selama satu setengah jam.

Di tanya kenapa Dr. dr. Budi Laksano mengorbankan kariernya sebagai dokter pegawai negeri dan bekerja keras membantu rakyat membangun MCK, dokter yang “agak aneh” ini dengan tegas memberikan gambaran bahwa kalau jutaan rakyat Indonesia yang tidak memiliki “kakus” atau MCK tidak segera di tolong maka kita sebagai bangsa akan malu besar karena dalam jaman yang sangat modern ini masih ada jutaan anak bangsa yang setiap pagi “semedi” di pinggir kali, di pinggir pantai atau menghindar dari makan pagi bersama istri dan anaknya karena sibuk merenung “nongkrong” di belakang rumahnya atau sembunyi di semak-semak di kebun dekat kediamannya sambil setiap kali menepuk kakinya karena di kerubung nyamuk, sambil membayangkan kapan menikmati membuang hajat secara wajar di kakus yang memenuhi syarat, sehat dan tidak perlu sembunyi lagi.

Tidak terbilang karena melakukan kebiasaan yang salah dan terbuka itu maka kotorannya akan menyebar ke sekeliling lingkungan membawa kuman penyakit dan dengan mudah menyebar kepada keluarga yang sehat menjadikan penyakit dan menyebabkan kematian yang sia-sia. Mati karena sebabnya di buat sendiri atas kemalasan tidak mau berusaha membuat jamban yang kalau mau harganya bisa dibeli dengan tidak merokok atau dengan sedikit menyisihkan dana yang tidak seberapa dari kantongnya sendiri.

IMG_0501.JPG

Di tanya berapa dana yang diperlukan untuk membangun satu jamban yang memenuhi syarat kesehatan, dengan spontan Dr. dr. Budi menjawab “hanya Rp. 500.000”, suatu jumlah yang sesungguhnya tidak tinggi dan setiap warga bisa mencicil atau bisa dibantu oleh seorang yang lebih mampu di eetiap desa.

Oleh karena itu tergerak dengan tantangan itu selama beberapa tahun ini Dr dr Budi yang berbudi luhur bersama Gerakan TNI ABRI secara suka rela bersama rakyat bekerja keras telah membangun lebih dari satu juta jamban keluarga (MCK) di seluruh Indonesia dan jutaan lagi akan dibangun di tahun yang akan datang. Upaya ini sejalan dengan penggunaan dana desa yang juga membantu rakyat desa membangun tidak kurang dari satu juta jamban dan akan dilanjutkan dengan jutaan lagi di masa sepan. Semoga langkah Dr. dr. Budi, TNI dan pemerintah ini diikuti oleh relawan dan mereka yang peduli untuk membantu jutaan yang msih “semedi” setiap pagi atau sembunyi di semak belukar untuk membuang hajatnya. Mari kita bantu pembuatan jamban keluarga bagi keluarga yang belum memiliki jamban yang memenuhi syarat demi kesehatan anak cucu dan generasi masa depan bangsa.

Haryono SuyonoComment