Menjadi “Guru Besar” untuk Vo Van Kiet PM Vietnam

Vo Van Kiet.jpg

Mulai tahun 1983 Kepala BKKBN dijabat oleh Dr Haryono Suyono setelah lima tahun sejak 1975 menjabat sebagai Deputy Bidang Pengembangan dan lima tahun berikutnya memimpin kegiatan Operasional sebagai Deputy secara penuh dengan pendekatan kemasyarakatan di banyak daerah dengan berhasil di Indonesia. Begitu tampuk Pimpinan BKKBN dilimpahkan kepada Haryono, secara nasional melalui persetujuan Presiden Soeharto, secara resmi program KB dengan pendekatan Klinik didampingi secara luas dengan pendekatan Kemasyarakatan dengan dukungan Program Komunikasi dan Informasi secara gegap gempita.

Sejak dicanangkan dengan pendekatan Kemasyarakatan itu dunia mulai melihat ke Indonesia dengan bertanya. Satu dua ahli dari Amerika yang mendengar pendekatan itu mulai mengirim utusannya ke Indonesia karena pendekatan kemasyarakatan melibatkan secara penuh Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa dan para sesepuh Desa, termasuk para alim ulama, cerdik pandai dan siapa saja yang memiliki pengaruh atau dianggap “sesepuh” oleh masyarakatnya. Lembaga Donor seperti USAID, Ford Foundation, Bank Dunia, JICA dari jepang dan banyak dari beberapa negara lain mulai mengajukan tanda tanya karena pendekatan ini dibarengi dengan program Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang gencar, dipimpin dengan gigih oleh seorang Kepala tamatan Universitas Chicago dengan reputasi internasional yang gigih.

 Mulai datang “Mahasiswa” tingkat tinggi dari Bangladesh dan dari Vietnam. Dari Viatenam datang Menteri Kesehatan, Kepala Bappenas dan aparatnya yang “terkejut” mendengar pendekatan kemasyarakatan melibatkan Presiden, Gubernur dan Kepala Pemerintahan lainnya di samping Menteri Kesehatan dan jajaran kesehatan sampai ke akar rumput. Sekembali ke Vietnam mereka melapor kepada Perdana Menteri Vo Van Kiet dan beliau memutuskan berkunjung ke Jakarta menemui Pak Harto selaku Presiden. Dalam pertemuan dengan Presiden secara spontan, mendengar awal keberhasilan Indonesia dengan pendekatan kemasyarakatan, beliau meminta “pinjam” Kepala BKKBN hijrah ke Hanoi membantu Pemerintah melaksanakan pendekatan itu di sana.

                Seperti biasa, dengan senyum Pak Harto tidak memberi ijin, tetapi mengundang agar Vo Van Kiet mengirim sebanyak mungkin staf seniornya ke Jakarta dan dijanjikan akan dibuka semua rahasia keberhasilan Indonesia dengan pendekatan kemasyarakatan itu sampai ke tingkat kabupaten dan desa. Benar saja setelah kunjungan PM Vo Van Kiet maka ratusan petugas senior Vietnam di kirim belajar KB ke Indonesia dan kita hantarkan sampai ke desa dan dusun tinggal berhari-hari. Para petugas Vietnam, dokter dan tenaga lapangannya sungguh sangat rajin dan dengan mudah menyerap pendekatan kemasyarakatan di Indonesia karena mereka umumnya seperti kita, dari desa, berbudaya petani yang gotong royong dan saling menghargai sesepuh dan keakraban antar keluarga di desanya.

Setelah beberapa ratus staf di kirim ke Indonesia, giliran petugas BKKBN diundang ke Vietnam untuk memberi petunjuk, termasuk Kepala BKKBN dengan hormat diundang guna menyaksikan hasil pelatihan mereka dalam praktek di lapangan. Setelah penjabat senior BKKBN, rombongan Kepala menyempatkan diri berkunjung ke Hanoi dan pergi ke desa-desa bersama Menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN Vietnam. Acara itu, seperti yang mereka pelajari di Indonesia, diiringi dan disiarkan melalui Televisi Nasional. Sesungguhnya hari pertama itu Kepala BKKBN akan dipertemukan dengan PM, tetapi PM sedang dinas ke luar kota untuk suatu acara penting.

Rupanya setelah kembali dari luar kota malam itu, PM Vo Van Kiet nonton siaran kunjungan kita ke desa bersama Menteri dan Ka BKKBNnya, sehingga pagi-pagi PM menilpon langsung ke hotel dan ingin bicara denan Kepala BKKBN. Melalui tilpon beliau minta Kepala BKKBN datang ke Kantor PM untuk bincang-bincang sesegera mungkin karena siangnya PM  mengadakan Rapat dengan para Menteri. Duta Besar RI, Djafar Assegaf, belum datang ke Hotel menemani makan pagi terpaksa ditinggal ke Kantor PM dan kemudian dari kediaman langsung menyusul ke Kantor Perdana Menteri. Setelah bertemu, secara terus terang PM minta tanpa basa-basi diplomatik, minta diajari bagaimana menjadi PM seperti Pak Harto agar Program KB berhasil dengan baik dan diikuti oleh seluruh komponen dalam pemerintahannya.

Dengan didampingi Duta Besar RI, selama satu setengah jam Kepala BKKBN memberikan kuliah sesuai pesan Pak Harto, termasuk memberikan rahasia bagaimana Pak Harto Memimpin program KB di Indonesia melalui pemberian kepercayaan penuh kepada Kepala BKKBN menggalang kerja sama yang akrab dengan seluruh aparatur negara sampai ke tingkat akar rumput, berbagi kebersamaan, saling bangga kalau berhasil bersama dan lebih dari itu, saling memperkuat kemampuan masing-masing untuk mencapai sukses bersama. Kesepakatan yang akrab itu adalah demi masa depan penduduk dan keluarga Indonesia yang bahagia dan sejahtera.

Komitmen dan disiplin yang tinggi dari berbagai aparatur di Vietnam dengan kepemimpinan Vo Van Kiet sebagai PM sungguh tinggi sehingga membawa program KB Vietnam maju pesat. Dalam dua tahun sejak pertemuan dengan Pak Harto dan “Kuliah Khusus tingkat tinggi” itu program KB di Vietnam sudah melaju melewati banyak Program KB di Asia dan makin dekat dengan keberhasilan program KB di Indonesia. PM Vietnam memberi hadiah kepada Kepala BKKN suatu foto bersama beliau dalam kayu yang dipigura indah. Suatu Penghargaan untuk “guru besar KB” yang mahasiswanya sangat cerdik seorang Perdana Menteri Vietnam. Suatu kenangan yang sangat membahagiakan. Alhamdulilliah.

Haryono SuyonoComment