Bank Sampah Pulo Kambing membawa berkah

IMG_5140.JPG

Salah satu “Srikandi” Ketua Posdaya binaan Yayasan Damandiri di masa lalu yang maju pesat adalah Ibu Vera Nofita dari Pulo Kambing. Pada waktu dibuka sebagai salah satu Posdaya di tahun 2014 kegiatan mereka belum memiliki apa-apa kecuali semangat pengabdian dan persatuan yang membara. Dalam Posdaya binaannya, Ibu Vera Nofita yang murah senyum ini memimpin beberapa “mitra kerjanya Srikandi-Srikandi” Ibu muda yang sejak tahun 2014 itu mendirikan Bank Sampah di Pulo Kambing, satu kampung di pinggiran Jakarta dengan telaten, melatih dan mengajak para ibu di sekitarnya mengumpulkan sampah kering yang dengan tekun di proses melalui sistem terkenal 3R,

IMG_5173.JPG

Sistem 3R ini bertumpu pada kebiasaan manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya kreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya. Akiibatrnya kerusakan lingkungan dengan sampah yang tidak sepenuhnya diolah oleh masyarakat juga menumpuk. Tetapi kemdudian terpanggil kesadaran masyarakat untuk mencegah peningkatan kerusakan lingkungan yang makin marak, di negara maju maupun di negara berkembang tumbuh. Untuk itu dikenalkan istilah 3R, Reuse, Reduce, dan Recycle  sebagai salah satu solusi dalam menjaga lingkungan di sekitar kita. Melalui tiga pendekatan itu sampah di pilah-pilah, ada yang dipergunakan kembali, dikurangi dan akhirnya diolah kembali menjadi sesuatu produk baru seperti pupuk. Ketiga proses itu secara telaten dipraktekkan oleh Ibu Vera dan rekan-rekannya di Pulo Kambing dengan baik. Namun, biarpun pada waktu didirikan kelompoknya tidak memiliki Kantor atau tempat untuk melakukan proses pengolahan sampah dan Ibu Vera terpaksa keliling Kampung untuk mencari sewaan tempat guna melakukan kerja sosial tersebut, beruntung ada seseorang bernama pak Indra Halim yang baik hati dan meminjamkan rumahnya untuk dipergunakan secara Cuma-Cuma sampai hari ini.

Rumah dua lantai yang sangat bagus dan luas lantai bawahnya sekitar 550 m2 dan lantai atasnya sekitar 375 m2 itu dipergunakan sebagai Kantor, tempat kursus, tempat mengolah sampah dan segala macam kegiatan yang luar biasa berkahnya sampai sekarang. Oleh pemiliknya disyaratkan tidak boleh dijual, tidak bau dan dimanfaatkan semata untuk kegiatan sosial kemasyarakatan. Sehingga karena tertib guna dan membawa manfaat yang besar,  “pinjaman yang berkah” berlangsung sampai sekarang.

Kelompok Posdaya Ibu Vera berkembang pesat, dan pada kunjungan Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT Haryono Suyono yang dikawal oleh Ibu Yeni dan Mas Yudha dari Kantor Menteri Desa PDTT akhir minggu lalu, dengan sopan dan penuh kebanggaan, Ibu Vera yang di tahun 2014 hanya memiliki 90 peserta atau “nasabah”, dewasa ini telah memiliki 821 “nasabah”  dan dengan sopan menunjukkan di dinding Ruang Pelatihan yang di asuhnya digantungkan rentetan Penghargaan dan Sertifikat tanda kerja sosialnya, termasuk tanda kehormatan dari Yayasan Damandiri. Sambil senyum Srikandi bercerita bahwa dirinya “telah menjadi dosen tamu” pada berbagai Perguruan Tinggi, termasuk Poltek Unindra, dan banyak lagi. Karena itu jangan heran bahwa aset yang dimilikinya dari nol rupiah atau sumbangan awal sekitar Rp. 2 jtua di tahun 2014, dewasa ini telah berkembang, dan memiliki aset tidak kurang dari Rp 1,5 milyar serta dana zakat dan lainnya yang disisihkan untuk modal koperasi tidak kurang dari Rp.186 juta.

IMG_5225.JPG

            Kegiatan koperasinya memiliki anggota tidak lebih dari 35, tetapi calon anggotanya telah mencapai sekitar 1400 orang yang berlangganan menjadi nasabah Bank Sampah dan menabung berupa sampah dan lainnya. Pengambil manfaat Bank Sampah mulai dari Rp. 6.569,50 pada awal dibentuknya telah berkembang menjadi sekitar Rp.31.722.570,- pada waktu ini, suatu kemajuan yang sangat membesarkan hati.

Namun jangan sangka Srkandi inipun pernah mengalami kegagalan, pernah mencoba memelihara “lele” tetapi rupanya kurang berhasil, lelenya mati karena sistem pemberian makanan yang kurang tepat. Kemudian mengembangkan koperasi yang makin marak dengan anggota yang bertambah banyak. Simpanan koperasi ini tidak harus berupa uang tetapi juga bisa berupa sampah yang dipungut dari rumah atau diambil dari rumah tetangga yang dibuang ke kerancang sampah yang disediakan oleh anggota koperasi, suatu kerja sukarela membuangkan sampah tetapi menjadi simpanan yang bisa menjadi berkah. Koperasi bisa menjadi sumber biaya pinjaman untuk usaha warung di rumah anggota itu juga menyediakan keperluan sembako yang relatif lebih murah karena di beli sesuai pesanan banyak anggota sehingga bisa langsung ke grosir penyedia sembilan bahan pokok, suatu usaha gotong royong yang tidak rumit karena melayani kebutuhan yang salalu berulang setiap hari. Keberhasilan itu menimbulkan minat untuk mengembangkan suatu Badan Usaha dalam bentuk PT guna mengembangkan usaha Hidrophonik usaha wisata Edukasi melayani penyelenggaraan kursus pengembangan Bank Sampah di daerah-daerah atau di desa dan di kabupaten yang relatif jauh dari Pulo Kambing.

Mula-mula karena keberhasilannya Ibu Vera menerima tamu berkunjung untuk bertanya, tetapi lama kelamaan seperti induknya Haryono Center, Ibu Vera dipaksa oleh tamunya menyelenggarakan pelatihan praktis sehingga salah satu ruang di rumah pinjamannya di jadikan tempat pelatihan bagi yang datang dengan biaya yang sangat minim untuk melakukan olah sampah dengan sistem 3R secara lengkap. Tamu yang pernah datang tidak sembarangan, ada Ibu Walikota Jakarta, istri Walikota Gorontalo, pejabat Dinas dan berbagai peminat mahasiswa yang mengumpulkan data untuk membuat skripsi sebagai syarat menjadi seorang sarjana.

IMG_5296.JPG

            Itulah alasannya, kalau semula usahanya berkembang menjadi koperasi nampaknya ada kegiatan yang memaksa kelompoknya membuat badan usaha dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) guna memenuhi persyaratan bentuk usaha seperti itu, sehingga kelompok Ibu Vera yang semula hanya terdiri dari beberapa anggota “Srikandi” militan itu sekarang memiliki anggota sampai 4.000 keluarga yang secara rutin mengikuti gerakan koperasi, usaha PT atau sekedar datang untuk mengajar dan menghidupkan pelatihan yang diminta tamunya yang datang dalam rombongan khusus untuk belajar membangun Bank Sampah di desanya, sehingga Ibu Vera dari kelompok relawan menjadi “Guru Besar Bank Sampah” yang menjadi terkenal di Indonesia.

 

Haryono SuyonoComment