Dies Natalis ke 26 FKM UNAIR bedah buku sejarah FKM
Prof. Dr. Mardiana, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR hari ini bersama tidak kurang dari 500-an sahabatnya memperingati ulang tahun FKM UNAIR yang ke 26 melalui acara Bedah Buku Sejarah terbentuknya FKM Unair sekitar 26 tahun lalu. Acara Peringatan itu mendatangkan para dosen senior, lulusan dan mahasiswa yang memenuhi ruangan indah dengan tidak kurang dari 500 peserta untuk mendengarkan Bedah Buku yang secara khusus di tulis mengenang sejarah berdirinya suatu bagian khusus, semula sebagai bagian dari Fakultas Kedokteran, kemudian menjadi Unit tersendiri Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) yang dewasa ini menyandang akreditasi A.
Buku yang setingnya sudah hampir siap itu berisi sejarah berdirinya FKM dengan catatan lengkap peran para Dekan yang pernah memimpin FKM sejak awal sampai hampir yang terakhir. Untuk melengkapi isi dan paparan yang menggigit sengaja disajikan Panel Diskusi yang dipimpin oleh Dr. M. Atoillah Isfandiari, dr., MKes mengundang seorang pakar Sejarah dari Universitas Hassanuddin Dr. Sarkawi B. Husain MHum, yang secara menarik mengulas berbagai penyakit masyarakat sejak jaman Belanda yang memaksa jajaran Fakultas Kedokteran dan para dokter di masa lalu bekerja keras guna menangani kesehatan yang melanda masyarakat luas sampai ke desa-desa. Pandangan beliau tersebut mengundang perhatian para dosen dan mahasiswa betapa pentingnya kegiatan fakultas kedokteran dan bagaimana ilmu kedokteran wajib dibaktikan kepada khalayak ramai, membawa konotasi bahwa kesehatan perlu diarahkan membantu masyarakat luas untuk sadar dan memandang kesehatan sebagai bagian yang sangat penting dalam kehidupannya. Sejarah masa lalu mengingatkan kepada para hadirin bahwa siklus itu bisa berulang sehingga keberadaan FKM yang membawa informasi dan peningkatan kesadaran masyarakat akan peningnya hidup sehat yang menjadi kekuatan lulusan FKM, yang hari ini diperingati sungguh merupakan sesuatu yang wajib disyukuri dan dipelihara kelangsungannya dengan baik.
Uraian yang menarik dari Dr. Sarkawi itu disambung oleh Prof. Dr. Haryono Suyono yang membawa pesan dari sekitar tahun 1950-an tatkala “penyakit masyarakat” mulai berubah karena tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat kematian yang juga tinggi yang membuat pusing para dokter ahli kandungan karena langkanya dokter, bidan dan fasilitas. Ibu hamil dan melahirkan tidak dipandang sebagai penyakit tetapi menjadi penyebab kematian yang tinggi. Tidak ada penyakit tetapi kelahirannya menghasilkan bayi yang meninggal dunia, balita kurang gizi dan usia harapan hidup yang rendah. Muncullah gagasan program KB yang kelihatannya menangani manusia sehat dengan janji keluarga yang makin sejahtera padahal usia harapan hidup bangsa Indonesia pada waktu itu masih sangat rendah sehinga belum sejahtera sudah harus meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan kecuali kemiskinan yang makin berat.
Kesadaran memulai KB ternyata belum didukung dengan jumlah dokter dan bidan yang memadai sehingga dokternya tidak tersedia di desa dan bahkan tidak cukup tersedia di banyak wilayah. Kalau toh ada para dokter sengat disibukkan dengan kerja rangkap pelayanan di klinik dan di swasta sehingga tidak cukup waktu untuk memberikan wejangan hidup sehat yang lebih mendalam karena penanganan yang sakit saja sudah sangat memakan waktunya.
Karena itu, berbarengan dengan dimulainya program KB, oleh BKKBN melalui FKM UI digagas membentuk FKM di berbagai Universitas yang menghasilkan lulusan yang ditugaskan menangani manajemen di tingkat desa melalui Puskesmas dan Klinik di berbagai wilayah menyebar luaskan gagasan hidup sehat dan sejahtera. Untuk itu puluhan bahkan ratusan dokter dan dosen FKM dikirim ke luar negeri guna mendapatkan galar S2 dan S3 yang kemudian menjadi inti pengajar dari berbagai FKM yang dikembangkan di seluruh Indonesia.
Keberhasilan Program KB bukan segalanya dan pada masa kinipun penyakit-penyakit yang mematikan di masa lalu sudah sangat berkurang tetapi jenis penyakit baru bermunculan dan syarat hidup sehat memerlukan standardisasi lingkungan hunian dan makanan yang terjamin agar konsumsi dan keperluan hidupnya terjamin. Diperlukan jaminan KKK (K3) agar produknya layak dikonsumsi karena prosesnya terjamin dengan seksama. Makanan terkontrol dengan standardisasi jelas karena usia harapan hidup sudah tinggi sehingga tidak boleh ada bayi meninggal, anak muda meninggal dan hanya boleh meninggal dunia pada usia sangat lanjut.
Penyakit tidak hilang karena lingkungan yang sehat saja, tetapi juga harus dicegah tidak makan makanan dan minuman yang tampak enak, nikmat dan mewah tetapi membawa maut dan bisa menjalar pada penduduk yang kaya dan kecukupan. Sementara itu masyarakat desa yang usia harapan hidupnya juga makin tinggi perlu dibantu dengan informasi dan kesadaran hidup sehat karena hidup dengan “semedi di pinggir kali” menjadi tidak sehat karena volumenya melebihi kapasitas sungai untuk menelannya. Banyak kasus yang dimasa lalu tidak berbahaya menjadi sangat mengganggu karena jumlah penduduk yang makin melimpah sehingga risiko sedikit saja akan menyebabkan hidup sehat yang terganggu berubah menjadi hidup tidak sehat. Tantangan masa depan dalam modernisasi era industri 4.0 ini menyebabkan dunia makin sempit sehingga gangguan yang jaraknya sangat jauh secara fisik akan menjadi sangat dekat karena segala sesuatunya bisa dikirim dengan sistem on line yang serba cepat dan sukar di kendalikan manusia biasa, suatu tantangan yang memerlukan modernisasi FKM yang terus menurus untuk memelihara masyarakat dan keluarga agar tetap hidup bahagia dan sejahtera. Selamat Hari Jadi FKM UNAIR yang ke 26. Maju terus untuk anak dan cucu bangsa Indonesia yang sangat kita cintai.