Manajemen: ‘Learning’

Perubahan besar dalam bagaimana manusia berperilaku dan berkehidupan yang menyebabkan perubahan besar dalam gaya hidup kini telah datang. Kemajuan teknologi termasuk didalamnya kemajuan teknologi informasi yang dahsyat, mejadikan masa depan telah datang, jauh lebih cepat dari yang kita perkirakan.

Perubahan besar ini memerlukan adaptasi untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi terus menerus. Adaptasi ini ibarat kita berdansa (dancing) dalam lingkaran arus yang memerlukan kelenturan gerak dan strategi.  Pilihannya adaptasi  atau mati (adaptation or die), ini berlaku untuk semua organisasi dan individu didalamnya. Kunci adaptasi adalah belajar (learning), yang merupakan suatu keniscayaan.  Hanya manusia dan organisasi yang belajar yang akan mampu bertahan, untuk  selanjutnya mampu berkembang dan berkelanjutan.

Hadis Nabi yang sangat terkenal bisa menjadi acuan: Tuntutlah ilmu mulai dari lahir sampai ke liang lahat. Bahkan perintah menuntut ilmu lebih lanjut disampaikan: Menuntut ilmulah, bahkan sampai ke negeri Cina. Meski hadis itu banyak diperdebatkan, namun esensi anjuran Rosul mengenai pembelajaran sangat terbukti dalam memaknai perubahan-perubahan yang terjadi yang dihadapi umat manusia.

Dalam perspektif manajemen, selanjutnya lahirlah konsep long life learning, pembelajaran seumur hidup. Semula di tataran individual, namun berkembang ditingkatan organisasional.  Karena perspektif manajemen mengajarkan tidak ada kata baik, namun harus lebih baik, sehingga proses improvement menjadi proses yang continues, berkelanjutan yang tiada henti. Belajar tentu saja termasuk belajar mengenai pasar (learning about market), yang terus menerus berubah.

Dalam perspektif sejarah survival mahluk hidup, Darwin menyatakan mahluk hidup yang mampu bertahan hidup (survival) adalah mahluk hidup yang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungannya, bukan yang paling kuat  atau paling pintar. Memperkuat argumentasi learning (belajar) menjadi  kata kunci dalam menghadapi perubahan.

Di tataran organisasi  sudah lama dikenal konsep learning organization, organisasi pembelajar. Hanya organisasi yang belajar yang akan bertahan dan mampu survive ditengah derasnya kompetisi dalam perubahan di dalam selera pasar. Saat ini, di era pasar yang penuh turbulensi ini, tidak ada jaminan organisasi  besar dan mapan akan mampu bertahan dan berkembang dan mencapai keberlanjutan terus menerus.

Kita melihat banyak organisasi (perusahaan) yang  sering kita bangga-banggakan atau kagumi, sampai sering menjadi case study di kelas-kelas manajemen, sebagai organisasi yang menjadi role model keberhasilan, satu persatu  rontok.  Mengapa bisa? Kita sering mendapat jawaban, karena kurang mewaspadai perubahan di dalam pasar, perubahan dalam teknologi, dan berubahnya  peta persaingan, serta perubahan dalam model bisnis. Banyak organisasi raksasa yang terlalu gendut sehingga lamban melangkah, buta melihat perubahan pasar dan merasa besar sendiri. Pemimpin puncak yang angkuh, sehingga matanya tertutupi oleh keberhasilan masa lalu. Ada seorang pemimpin puncak  organisasi multinasional yang heran dengan kerterpurukan perusahaannya yang besar: “Kenapa jadi  begini padahal tidak ada kesalahan yang dilakukan, dari dulu kita melakukan hal  yang sama dalam melayani pasar…” Ia lupa bahwa pasar sudah berubah demikian cepat. Segalanya tidak seperti dulu lagi, tapi buta tidak belajar mengantisipasi, atau dengan rendah hati mau belajar mengenai perubahan pasar dan peta persaingan.  

 Aam Bastaman. Senior Editor Gemari.id

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment