Perhatian yang tinggi terhadap masalah sosial

Bendungan

Bendungan

Sejak pak Habibie wafat sampai hari ini di kediaman beliau Patra Kuningan setiap malam dipadati tamu yang bersama-sama berdoa mengantar beliau menghadap Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah berdoa biasanya diakhiri dengan pernyataan kenang-kenangan terhadap langkah-langkah atau keputusan positif yang beliau ambil selama beliau menjabat sebagai Presiden RI yang relatif sangat singkat. Salah satu yang sangat mengesankan adalah perhatian beliau yang sangat tinggi terhadap masalah sosial dan kecepatan beliau mengambil keputusan terhadap musibah sosial kemanusiaan yang terjadi di tanah air.

Keputusan pertama yang beliau ambil adalah bahwa pada Kabinet terakhir pak Harto untuk pertama kalinya diadakan Sidang Kabinet terbatas Bidang Kesra dan Pengentasan Kemiskinan(Taskin) yang selalu dipersiapkan melalui Rapat Koordinasi antar Sekjen dan Dirjen dalam lingkungan Kesra dan Departemen lain yang berhubungan dengan topik bahasan untuk Sidang Kesra bulan yang bersangkutan. Pak Habibie melanjutkan Keputusan yang sangat baik itu sehingga dalam Kabinet yang dipimpinnya setiap bulan diadakan Sidang Kabinet terbatas Bidang Kesra dan Taskin melanjutkan langkah baru Presiden HM Soeharto sebelumnya. Peserta Sidang Kabinet terdiri dari semua Menteri tanpa dibatasi pada Menteri-menteri bidang Kesra saja sehingga koordinasi bersifat lintas Departemen secara luas.

Karena Pak Habibie tidak memiliki Wakil Presiden, maka Kantor Wakil Presiden kosong. Dengan ijin beliau Menko Kesra, melalui SesMenko Dr Moch Sudarmadi, menggunakan Ruang Rapat Wakil Presiden RI itu untuk Rapat Koordinasi antar Sekjen dan Dirjen lintas Departemen sebagai persiapan Sidang Kabinet terbatas bidang Kesra dan Taskin. Akibatnya, kehadiran dan mutu Rapat Koordinasi itu sangat tinggi. Hasilnya, suasana, mutu dan keputusan Sidang Kabinet terbatas Bidang Kesra sangat tinggi.

Karena koordinasi yang makin rapi antara Menko Kesra, Menteri-menteri yang ada di dalam koordinasinya dan Menteri-menteri lain melalui Rapat terbatas Bidang kesra dan Taskin, maka terjadinya beberapa musibah nasional dapat diselesaikan dengan cepat dan tuntas. Dua contoh yang menonjol dapat disebutkan sebagai berikut.

 Pertama, Peristiwa Tanah Longsor di Bali yang mengakibatkan bayak keluarga menjadi korban, termasuk anak sekolah yang kehilangan semua pakaian dan perlengkapan sekolahnya. Melalui koordinasi yang baik, Menko Kesra bersama Menteri  P dan K Juwono Sudarsono, Menteri  PU Rachmadi Bambang Sumadjio dan Menteri Sosial Ibu Justika Baharsyah diperintahkan segera mengadakan peninjauan turun ke lapangan menggunakan pesawat kepresidenan menyelesaikan musibah tersebut secara tuntas termasuk membantu keluarga dan anak sekolah yang menderita. Hanya dalam waktu tidak lebih dari satu hari semua sekolah sudah disiapkan rancangan rehabilitasinya, orang tua yang terkena musibah mendapat santunan dan anak sekolah yang menderita mendapat bea siswa dan pengganti alat sekolahnya.

Kedua, Bendungan jebol dan banjir di Samarinda. Di Kota Samarinda terjadi banjir yang besar karena Waduk Benanga atau Bendungan Lempake yang dibangun tahun 1978 jebol. Waduk ini berada di DAS Lempake ditengah aliran Sungai Karangmumus 15 Km menjelang muara. Sungai-sungai utama yang memasok air ke waduk ini adalah Sungai Karang Mumus, Lubangputang, Selindung dan Binanga. Secara administratif ada di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda. Sebagian bendungan ini jebol sehingga seluruh air tumpah masuk ke Kota Samarinda menyebabkan banjir sehingga masyarakat Kota sangat menderita. Pada hari yang sama Presiden Habibie memberi Instruksi kepada suatu Tim yang dipimpin oleh Menko Kesra Haryono Suyono bersama Menteri PU Rachmadi Bambang Sumadjio dan aparat terkait lainnya segera terjun ke Samarinda mengadakan pemeriksaan lapangan. Dengan pesawat khusus Tim lengkap terjun ke lapangan mengadakan pemeriksaan, mengembangkan dan menyiapkan rancangan rehabilitasi bendungan. Setelah pertemuan dengan aparat daerah segera kembali ke Jakarta langsung menghadap Presiden dengan dokumen berisi sumber Dana pada Departemen PU yang masih belum di cairkan, pada waktu itu bertanda bintang, artinya tidak bisa dicairkan tanpa persetujuan Presiden.

 Dengan perkiraan anggaran dan sumber dana, Menteri PU diantar oleh Menko Kesra melapor  kepada Presiden RI bahwa aparat PU di Pusat dan Daerah siap melaksanakan perbaikan bendungan dalam waktu singkat apabila Dana yang masih dibintang dapat dicairkan. Secara spontan Presiden menulis tanda persetujuan Presiden RI untuk pencairan pada Dokumen dengan tinta merah dalam huruf besar-besar yang tidak bisa disalah baca lagi. Dalam perjalanan pulang Menteri PU dengan senyum segera menghubungi staf seniornya agar pekerjaan segera dimulai esok harinya tanpa menunggu anggaran yang masih dalam proses pencarian.

banjir.jpg

 Benar juga, menurut informasi, esok harinya perbaikan bendungan di Samarinda telah dimulai dan keluarga yang terkena musibah telah di teliti untuk dibantu . Konon dalam waktu kurang dari satu minggu seluruh pekerjaan perbaikan bendungan dapat di selesaikan dengan baik dan Samarinda bebas dari bencana banjir karena bendungan jebol telah kembali normal. Prasarana yang terkena banjir mendapat penanganan dari aparat dengan cepat dan masyarakat kembali pada kehidupan sehari-hari yang normal dan sejahtera. Presiden BJ Habibie merasa lega dan mendapat pujian sangat menaruh perhatian pada masalah sosial kemasyarakatan dengan cepat dan tuntas. Semoga arwah beliau diterima disisiNya dengan baik sesuai amal ibadahnya. Amin

Haryono SuyonoComment