Smart Phone, Social Media dan Kita

Apa yang kini tidak bisa lepas dari tangan kita? Atau bahkan dari hidup kita? (mudah-mudahan tidak lebay). Kalau cerdas cermat dipastikan jawabannya dapat seratus semua - smart phone. Inilah benda yang menguasai hidup kita saat ini, karena benda ini dapat menggantikan banyak hal, bukan hanya media untuk komunikasi seperti telpon dan SMS, ataupun bersosialita, up date info, sharing, tapi juga sebagai media untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita, mulai dari pesan kendaraan umum beraplikasi, pesan makanan, jadwal shalat, info waktu, cek tekanan darah, baca berita, lihat film, cek surat elektronik, pesan barang, sampai urusan pembayaran… jadi bukan hanya ojek pangkalan dan  ATM yang kini mendapatkan pesaing… ada daftar panjang: Jam tangan, koran, majalah, alat kedokteran, gerai eceran, bioskop, juru foto (karena bisa selfie), kamera… silahkan tambahkan sendiri, bahkan istri, he he he…

Tentu yang paling heboh dari smartphone adalah kemampuannya untuk komunikasi dengan pilihan beragam media aplikasi mulai dari whatsapp (popuer dengan WA), facebook (FB) sampai instagram, belum yang lain-lain… masuklah kini kita ke era dunia social media… yang di tahun politik seperti sekarang ini perannya luar biasa meningkat parah… bukan hanya untuk keperluan komunikasi, atau sekedai ber hai hai hei hei… saling menyapa, berkomunikasi dan memberi informasi, tapi juga alat untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan politik. Hadeuh..

Anda punya grup WA? Tahu kan? Apa yang terjadi di jagat social media seperti whatsapp (WA) ini. Ada banyak grup WA, yang dimiliki pengguna WA, mulai dari alumni SD, SMP, SMA, S1, S2, atau TK juga? Grup lingkungan RT, RW, grup rekan kerja, grup kantor, grup asosiasi, grup hobi, grup pengajian, grup politik, grup ilmuwan, grup pejabat, grup akademisi, grup kementerian, penggemar moge, penggemar mobil kuno, grup daerah, keluarga, sampai apa lagi… saking banyaknya… ini lagi, ada grup dengan anggota yang memiliki nama sama…  Bisa anda hitung berapa waktu terbuang dengan urusan social media ini? Benar, ada orang-orang yang sehari harinya nongkrongin pesan WA dan selalu komen, hah!

Kemudian, ada grup yang adminnya ketat, postingan harus sesuai dengan kesepekatan maksud dan tujuan (ini okey kan?), ada pula grup yang adminnya longgar sakarepna wae lah (ini grup rame ngga jelas), bisa saling menghujat, bisa saling mengkritik, mengirim berita hoax, tapi bisa juga saling mengingatkan… tapi ada juga grup politik yang memiliki kesepahaman politik… jadi isinya mempromosikan pandangan politiknya serta bagaimana memojokkan pihak yang bebeda padangan politik, mengirimkan berita-berita negatif lawan politik… bahkan mem bully lawan politik.

Saya juga harus hati-hati menulis mengenai isi grup grup WA ini, he he he, bisa bisa banyak yang sensi… beda pandangan sedikit bisa langsung di bully… yang ngga tahan (untungnya) ada opsi.. bisa left.. tapi banyak juga yang tidak left tapi cuma baca doang atau pekerjaannya men delete postingan yang dianggap kacau atau hoax… Jadilah WA di tahun politik saat ini arena untuk medan perang politik…. tidak heran di media ini orang berantem, musuhan, saling menjelekkan, merasa benar sendiri.

Ini gara-gara smart phone dan social media yang penciptanya orang-orang yang kemudian menjadi manusia-manusia super tajir di muka bumi ini… Lah, kita sebagai pengguna sangat rajin membayar (perangkat, minimal pulsa internet) dengan sukarela dan kemudian memanfaatkannya untuk mengkritik sinis, menghardik, berantem (kalau tidak disebut berperang) dengan lawan-lawan yang beda pendapat di grup WA… Kembali saya tekankan, siapakah pencipta social media ini? Betul, orang-orang pinter di seberang negara sana yang punya otak cemerlang sebagai inovator. Ternyata melalui media ciptaannya ini oleh para inovator cemerlang tersebut untuk kepentingan bangsanya bisa dijadikan pula alat untuk menaklukkan konsumennya yang jadi warga suatu bangsa... Hah, bisa dimanfaatkan…. Apa? Data! Mereka memiliki data kita se antero Tanah Air – big data... Yang bisa memotret siapa saja, siapa kita, preferensi kita, aliran politik kita, pola belanja kita, hobi kita, lawan politik kita, kawan kita, lokasi kita, bahkan mungkin dengan teknik pengolahan yang canggih - otak kita…

Kita beranten, mereka dapat untung - uang dan data… dengan itu pada saatnya dipastikan akan sangat mudah menaklukan kita, bukan hanya sebagai konsumen… tapi juga kita sebagai bangsa…  

Jadi, Social media telah meninabobokan kita kan? Kita berpotensi cerai berai, menghabiskan waktu kita dan menjadi kurang produktif.  Yah, kita akhiri dengan himbauan saja ya… Yuk sadar, gunakan social media untuk hal-hal yang positif… Membatasi bisa jadi lebih baik.

Salam produktifitas!


*Aam Bastaman: Dosen Universitas Trilogi. Anggota Tim Kerja LPN RI.

Aam BastamanComment