BPPT dan Masyarakat Sinergi Manfaatkan Inovasi Agroindustri
Pemerintah terus berupaya mewujudkan inovasi bidang agroindustri dan bioteknologi. Melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) RI terobosan baru di bidang itu pun kini tengah disosialisasikan. BPPT pun bersinergi dengan masyarakat guna memanfaatkan inovasi terkini di bidang agroindustri dan bioteknologi itu. Tak pelak, acara yang berlangsung di Gedung Laboratorium Pengembangan Teknik Industri Agro dan Biomedika (Laptiab), Puspiptek, Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, belum lama ini mendapat sambutan positif masyarakat.
"Sudah menjadi hal rutin setiap tahunnya untuk mempublikasikan inovasi kami. Di awal 2019 ini kami melibatkan masyarakat melalui kegiatan informal," kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Dr Ir Soni Solistia Wirawan, MEng, di lokasi kegiatan.
Soni mengatakan, terdapat tiga kegiatan utama yang dilaksanakan dalam rangka sosialisasi inovasi agroindustri dan bioteknologi yakni lomba memasak makanan sehat, lomba merangkai bunga, dan demo kecantikan yang seluruhnya menggunakan produk dari inovasi agroindustri dan biomedika BPPT.
Seperti lomba kreativitas merangkai bunga menggunakan bahan dasar bunga anggrek varietas baru hasil pengembangan Balai Bioteknologi melalui Teknik kultur jaringan.
Kemudian demo dan lomba masak bertema “masakan nusantara” dipimpin oleh chef Alfin dan chef Anastasya dengan menggunakan bahan-bahan beras sagu, tepung singkong instan dan ikan Nila serta minuman herbal.
Dan tidak kalah menariknya adalah penyelenggaraan demo kecantikan melibatkan mitra kerja PT Martina Berto.
"Gelar teknologi Teknologi Agroindustri dan Biomedika (TAB) kali ketiga ini ditujukan dalam rangka mensosialisasikan inovasi yang kami lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat di sektor pangan dan obat-obatan," kata Soni.
Dikatakan Deputi TAB dalam kegiatan yang bertajuk “Open House dan Lomba Kreativitas Olahan Produk Unggulan TAB” ini juga dimaksudkan untuk mengenalkan layanan teknologi yang dilakukan oleh BPPT.
Selama giat ini berlangsung imbuhnya, masyarakat maupun pemangku kepentingan dapat berkunjung ke fasilitas laboratorium di lingkungan Kedeputian TAB. Hal ini dilakukan guna menjajaki peluang kerja sama di bidang pertanian, pangan dan kesehatan yang merupakan inti kompetensi Kedeputian TAB.
“Tingginya konsumsi nasi jelas akan membawa konsekuensi pada berbagai hal, mulai dari keharusan penyediaan stok beras hingga masalah kesehatan yang mungkin timbul. Dari sisi keharusan penyediaan stok beras, maka kami berupaya untuk mendorong ketersediaan beras pada tingkat aman. Tentunya dengan penguasaan teknologi,” terangnya.
Sementara dari sisi kesehatan, ketergantungan pada nasi akan berakibat pada tingginya permasalahan obesitas, akibat indeks glikemiknya tinggi. Kondisi ini diperparah dengan perubahan pola gaya hidup masyarakat yang cenderung jarang beraktivitas fisik atau berolah raga dan mengkonsumsi makanan yang kurang sehat.
“Menyadari potensi bahaya dari ketergantungan pada nasi, perekayasa di lingkungan Kedeputian TAB telah mengembangkan beras yang berbahan baku singkong, jagung dan sagu. Beras ini mempunyai indeks glikemik yang rendah sehingga akan cocok untuk para penderita penyakit diabetes atau untuk upaya penurunan berat badan sehingga dapat dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan beras biasa,” ujar Soni.
Lebih lanjut dituturkan Deputi Soni bahwa BPPT juga mengembangkan ikan Nila Salin, yakni ikan nila yang mampu hidup di air payau bahkan di air laut. Ikan Nila Salin semula dirancang untuk menggantikan komoditas Ikan Bandeng dan Udang Windu.
“Seiring dengan perubahan lingkungan, dua komoditas ini makin tidak tahan dengan kualitas lingkungan tambak yang memburuk sehingga banyak tambak telantar karena budidaya bandeng dan udang tidak lagi memungkinkan untuk dilaksanakan. Dalam pengembangan selanjutnya ikan nila Salin ini dapat hidup di air laut, sehingga teknik budidaya menggunakan jaring apung sangat memungkinkan untuk dilakukan,” paparnya.
Capaian yang tidak kalah membanggakan adalah pengembangan produk berbasis herbal. Black Garlic dan pengembangan peralatan kristalisasi jamu instan juga lahir dari perekayasa Kedeputian TAB.
“Black Garlic adalah salah satu inovasi produk herbal yang berbasis pada kaidah saintifik. Pendekatan ilmiah inilah yang membedakan karya perekayasa Kedeputian TAB sangat berbeda kualitasnya jika dibandingkan dengan black garlic sejenis yang diproduksi oleh pihak lain,” ungkapnya seraya menambahkan untuk pengembangan peralatan kristalisasi jamu telah dikerjasamakan dengan salah satu perusahaan jamu nasional. ADS