Rumah Kebon Astuty Berikan Wawasan Urban Farming

Rumah Kebon Astuty kini kian ramai dikunjungi Pramuka dan pelajar yang ingin berkemah dan mendapatkan pengalaman serta wawasan tentang Urban Farming atau berkebun di lahan terbatas. Bukan saja lokasinya yang dekat dengan Kota Jakarta tetapi Rumah Kebon Astuty juga memberikan nuansa sejuk dan asri karena masih banyak pohon yang rindang.

Animo siswa dan pramuka yang berkemah di Rumah Kebon Astuty sangat tinggi, karena pengalaman ini jarang ditemui di tempat lain. Tidak hanya kegiatan dalam perkemahan yang didapatkan seperti kegiatan LDKS dan kepramukaan tetapi juga dapat mengeksplorasi fasilitas yang ada di Rumah Kebon Astuty.

Di awal tahun 2019 Rumah Kebon Astuty sudah kebanjiran permintaan dari sekolah untuk memberikan materi Urban Farming kepada siswanya yang berkemah di Rumah Kebon Astuty di antaranya dari MTs Darussalam Ulujami dan SMA Negeri 108 Jakarta. Dengan materi berkebun di lahan terbatas ini diharapkan siswa dan Pramuka dapat mengimplementasikan di rumah dan di sekolah.

Marketing Rumah Kebon Astuty, Kak Anto sangat senang dengan besarnya minat siswa untuk menerima pengetahuan tentang berkebun. Begitu pula dengan narasumber dari PT. East West Seed Indonesia sebagai produsen benih cap Panah Merah, Pak Hamzah yang tidak mengira jumlah siswa yang banyak mengikuti kegiatan berkemah di Rumah Kebon Astuty. Menurutnya hal ini akan terus berlanjut menjadi sebuah kerja sama antara Rumah Kebon Astuty dan PT. East West Seed Indonesia.

Beberapa aktifitas yang bisa didapatkan para siswa dan Pramuka yang berkemah di Rumah Kebon Astuty di antaranya Pelatihan Urban Farming. Siswa akan diberikan materi bagaimana membuat vertikultur untuk tanaman sayur dari bahan pipa dan talang atau dari barang bekas seperti botol. Rumah Kebon Astuty juga memberikan kegiatan berkebun yang dimulai dari menyemai sayuran, menanam sayuran yang siap tanam, perawatan tanaman sayur sampai dengan proses panen.

Selain berkemah, siswa atau pramuka juga bisa mendapatkan pengetahuan yang diberikan oleh Tim dari Rumah Kebon Astuty. Di antaranya bagaimana memanfaatkan sampah daun diolah menjadi pupuk kompos. Para peserta akan diajak mengolah sampah daun dengan mengumpulkan daun-daun kering dan daun hijau dengan perbandingan 4 bagian sampah daun kering dan 6 bagian sampah daun hijau. Sampah daun yang diolah jadi kompos ini baru dapat digunakan setelah bentuknya berubah jadi seperti tanah dan berwarna kehitaman.

Dengan mengolah sampah daun menjadi kompos lingkungan akan menjadi bersih dan sehat. Kompos yang dihasilkan akan sangat bermanfaat untuk pupuk tanaman baik sayuran maupun bunga tanpa memberikan pestisida kimia. Tanaman sayur akan menjadi lebih subur dan tentu akan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Para siswa juga diperkenalkan dengan tanaman langka atau tanaman yang saat ini sangat jarang ditemui, seperti pohon Menteng, pohon Gandaria, pohon Kecapi, Pohon Kepel, Pohon Nam-Nam, Pohon Alkesa, dan masih banyak lagi pohon lainnya.

Sulaeman -Comment