Ade Jubaedah : Kualitas Manusia Sangat Ditentukan oleh Kesehatan Perempuan
Ardhining Westri H, SE., MM
GEMARI.ID-PALANGKA RAYA. Hujan itu membasahi Bumi Tambun Bungai, “Allohumma Soyyiban Nafi’an” (Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat) do’a tulus terucap mengakhiri dialog pesan singkat kami. Video hujan diarea parkir kampus pink yang kami kirimkan membuat kaget sekaligus rasa syukur ibunda Dr. Ade Jubaedah, S.Keb., Bdn, MM, MKM saat boarding sebelum meninggalkan ibukota, beliau yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PP IBI) meyakini bersama Penulis bahwa silaturahmi adalah rejeki, dan rejeki sudah ditakar, tak akan pernah tertukar. Beliau merupakan lulusan Bidan terbaik dari STIKes Mitra RIA Husada Jakarta, setiap ada acara penting beliau dengan rendah hati sering dimintai orasi di depan adik kelas, guna memotivasi adik-adik angkatan beliau, seperti yang ditularkan guru beliau Prof. Haryono Suyono, hal ini dikuatkan banyak cerita tentang beliau kepada penulis oleh Bapak Dr. Mulyono Dani Prawiro, sekretaris pribadi Prof. Haryono Suyono sekaligus Dekan di Universitas Satyagama.
Penulis teringat tahun 2014 yang lalu, akan nasehat singkat sarat makna oleh Prof. dr. Abdul Salam Sofro, PhD Sang Begawan Hematologi yang juga mantan Rektor Universitas YARSI: “iin, hidup itu by design not by accident, ga ada yang serba kebetulan” sounding beliau saat perjalanan darat kami dari Jogja ke Magetan. Prof. Salam Sofro yang rendah hati dan bersahaja ini merupakan perintis sekaligus pelopor spesialis kedokteran transfusi darah di Indonesia. Dalam perjalanan tersebut beliau juga menceritakan salah satu anak didiknya yang pandai di Fakultas Kedokteran UGM yaitu Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K) mantan Kepala BKKBN RI yang sekarang tetap mendedikasikan diri untuk Kota Yogyakarta tercinta, rumah kedua bagi kami, penulis.
Penulis sangat bersyukur selalu di kelilingi orang-orang baik yang senantiasa membawa kesan mendalam dalam perjalanan hidup penulis, termasuk kedatangan ibunda Ade Jubaidah saat kunjungan kerja IBI ke Propinsi Kalimantan Tengah, dimana ibu Hj. Siti Saudah, SKM., MKes sebagai Ketua PD IBI setia membersamai beliau. Disela kunjungan kerja dalam rangka HUT IBI yang ke-74 tahun, dengan tema “Peran Strategis Bidan dalam Memenuhi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan di Setiap Kondisi Krisis, Menuju Indonesia Emas 2045”. Penulis memaknai tema tersebut tidak hanya sebagai backdrop di venue HUT IBI tetapi Ibunda Ade memberikan contoh nyata bagi kami di akademisi bahwa sebagai Pendidik, ada panggilan hati untuk terus menularkan kebaikan-kebaikan yang bisa diteladani para bidan lainnya dan calon bidan khususnya di Palangka Raya. Contoh nyata tersebut beliau buktikan dengan mengisi Kuliah Pakar di kampus kami Universitas Eka Harap Palangka Raya (UNEKA), melalui Fakultas Kebidanan, dimana penulis melihat sendiri bagaimana ibu Maria Adelheid Ensia, SPd., M.Kes selaku Rektor UNEKA turut serta menyimak paparan beliau diantara puluhan adik-adik mahasiswa Kebidanan, baik secara luring maupun daring. Ibunda Ade memaparkan banyak hal termasuk salah satunya hasil Riset Tenaga Kesehatan (Risnakes, 2017; Riset Fasilitas Tenaga Kesehatan (Risfaskes, 2018) dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) yang seluruhnya penulis terlibat langsung sebagai Enumerator dan PJT yang diselenggarakan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Propinsi Jawa Timur.
Dalam pemaparan beliau disampaikan bahwa hasil data Risfaskes th. 2018 ada total 169.852 bidan yang bekerja di PKM dan Pustu, 44.618 di TPMB sedang 45.875 bidan didesa dari 83.931 (Pusdatin, 2019). Total bidan yang berada di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) terdapat 260.345 bidan. Jadi berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sekitar 76,22% bidan bekerja di fasilitas pelayanan primer. Peran dan kontribusi bidan dalam pelayanan berdasar hasil data Risnakes adalah sebagai berikut. : pelayanan ANC oleh bidan 41% di TPMB; pertolongan persalinan 29% di TPM; pelayanan KB oleh bidan 54,6% di TPMB (info BKKBN, 2016). Tergambar jelas bahwa peran bidan merupakan salah satu komponen penting dalam 6 pilar penguatan system Kesehatan nasional khususnya dalam pelayanan KIA, KB dan Kespro termasuk pelaksanaan Imunisasi.
Bila dikaitkan dengan tema HUT IBI Propinsi Kalimantan Tengah kemarin, isu penting yang diangkat dalam kesehatan reproduksi perempuan Indonesia adalah : 1) banyaknya calon pengantin (catin) dan pasangan usia subur (PUS) perempuan dengan masalah Kesehatan yang berisiko jika hamil; 2) 70% catin akan hamil dalam 1 tahun pertama setelah pernikahan; 3) masyarakat menganggap kehamilan kedua dan seterusnya lebih mudah dan tidak berisiko daripada kehamilan pertama. Isu tersebut berdampak pada: 1) kematian ibu 305/100.000 KH; 2) kematian bayi; 3) stunting; 4) gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Arahan Ibunda Ade dalam kuliah pakar kepada adik-adik mahasiswa Fakultas Kebidanan UNEKA agar mengawal kesehatan perempuan dan kelahiran generasi penerus sejak prekonsepsi sepanjang siklus kehidupan. Kenapa hal ini penting, dijelaskan beliau bahwa kualitas manusia sangat ditentukan oleh kesehatan perempuan yang mengandung, melahirkan dan mengasuhnya.
Kuliah pakar ini dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh Bapak dr. Mohammad Fitriyanto Leksono, Msi selaku Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBP3APM) Kota Palangka Raya. Beliau paham betul bagaimana di Palangka Raya ini, maka integrasi pelayanan kebidanan dengan tradisi lokal menjadi pilar pertama dalam Penguatan Kebidanan Komunitas, lalu disusul dengan pilar ke-2 yaitu optimalisasi peran bidan sebagai agen perubahan komunitas; selanjutnya pilar ke-3 adalah pemanfaatan sumber daya lokal. Kondisi geografis dan sosial ekonomi daerah aliran sungai (DAS) Kalimantan Tengah menjadikan masyarakatnya menghadapi tantangan seperti medan sulit, infrastruktur jalan yang kurang memadai sehingga akses ke fasilitas kesehatan terbatas. Ditambah lagi komunitas DAS ini mayoritas ekonomi kelas menengah kebawah sehingga untuk akses pendidikan pun kurang, hal ini berdampak pada budaya sehat yang dipahami masyarakatnya. Dalam akhir paparan dr. Fitriyanto menyelipkan sebuah harapan besar agar adanya alokasi dana untuk infrastruktur adaptif sesuai dengan kondisi geografis DAS. Selain itu juga dukungan untuk pengembangan ketrampilann tenaga medis yang sesnsitif budaya dan pemberdayaan komunitas sebagai ujung tombak kesehatan melalui pelatihan kader Kesehatan yang intensif dan berkelanjutan. Ibu Ana Paramita, S.Tr.Keb., M.Keb telah memoderatori dan menutup paparan yang disuguhkan dr. Fitri berharap anak didik beliau bisa mengambil peran positif demi komunitas DAS ini.
Dihari yang sama ibunda Ade mengajak penulis untuk bergabung dan qadaralloh penulis dipertemukan alumni SPK Eka Harap angkatan I yang sekarang menjadi Kepala Puskesmas Kayon, satu-satunya pejabat Puskesmas yang berasal berasal dari background seorang bidan yaitu ibunda Hj. Harta, AMd.Keb, SKM., MKes dan angkatan ke-5 ibunda Daspiah, Str.Keb, Bdn selain aktif di Puskesmas Kayon juga sebagai Bunda Paud serta teman dosen yang juga sebagai panitia adalah ibu Dessy Hertati, Bdn, SST, MKeb. Penulis bersyukur atas “hidup by design” yang Alloh beri, termasuk kesempatan melanjutkan S2 yang diberikan oleh mantan Ketua IBI DI. Yogyakarta ibunda Dra. Hj. Sri Muslimatun, MKes yang juga mantan Wakil Bupati Sleman. Semoga tulisan ini memberikan gambaran kepada “anak-anaku” Calon Bidan Eka Harap yang besok Jumat kita awali perkuliahan Kewirausahaan Kebidanan dengan PJMK ibu Angga Arsesiana, SST, M.Tr.Keb, saya berharap jadikan beliau-beliau di atas panutan dan buat hidup kita bisa beberdaya, bismillah. Penulis adalah Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Eka Harap Palangka Raya