Prof Haryono Suyono : Inspiratif dan Bersahaja

Prof. Dr. E. Oos M. Anwas, M.Si.

GEMARI.ID-JAKARTA. Prof. Dr. Haryono Suyono adalah tokoh nasional yang luar biasa: bersahaja, penuh dedikasi, dan sangat inspiratif. Beliau bukan hanya seorang pakar dalam bidang sosiologi komunikasi dan pemberdayaan masyarakat, tetapi juga seorang praktisi yang membuktikan ilmunya melalui kerja nyata di lapangan. Kepakarannya tidak berhenti pada penguasaan teori, tetapi diperkuat oleh pengalaman empiris yang sangat kaya dan relevan dalam membangun bangsa.

Ketika saya masih kuliah di program doktor IPB, pernah mendiskusikan bahwa Indonesia sangat perlu pemimpin dan pakar yang tidak hanya memahami konsep secara akademik, tetapi juga pengalaman empirik di masyarakat. Sosok seperti itu sangat langka, dan Prof. Haryono adalah contoh nyata dari integrasi antara ilmu, pengalaman, dan keteladanan.

Yang mengagumkan, semangat beliau untuk terus berkontribusi tidak pernah padam, bahkan di usia 87 tahun ini. Baik ketika masih menjabat sebagai pejabat negara, maupun setelah kembali menjadi warga biasa, beliau tetap aktif menggerakkan berbagai program pemberdayaan, menunjukkan konsistensi dan komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap bangsa dan masyarakat.

Bersama Prof. Haryono Suyono, saya bukan hanya belajar tentang pemberdayaan masyarakat, tetapi juga belajar bagaimana menjalani hidup dengan bijak, optimis, dan penuh makna. Beliau mengajarkan saya cara berpikir, bekerja, menjadi staf yang bertanggung jawab, menjadi pemimpin yang bijak, hingga menjaga pola hidup yang sehat.

Satu hal yang paling membekas adalah keteladanan beliau dalam berpikir positif, bahkan dalam situasi yang sulit. Saya pernah mendampingi beliau dalam kondisi sulit, namun beliau tetap tenang, tersenyum, dan berpikir optimis. Optimisme itu menular, dan menjadi pegangan hidup saya sampai sekarang.

Dalam kepemimpinan, beliau sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan penghargaan terhadap orang lain. Salah satu nasihat yang selalu saya ingat adalah: “Jangan pernah memarahi atau mempermalukan staf di depan orang banyak.” Bagi beliau, pemimpin sejati adalah teladan, bukan sekadar pemberi perintah. Prinsip ini yang saya pegang ketika mendapatkan Amanah menjadi pimpinan.

Saya juga sangat terkesan saat pertama kali diminta membuat artikel hasil survei lapangan. Artikel saya serahkan dalam bentuk cetak, lalu esoknya beliau minta soft file-nya. Tak lama kemudian, saya menerima versi yang sudah beliau edit sendiri sambil tersenyum. Hasilnya luar biasa rapi dan bernas. Dari situ saya belajar secara konkret, bagaimana menyusun tulisan yang baik, tajam, dan menyentuh sisi kemanusiaan.

Kebiasaan hidup sehat beliau pun menjadi pelajaran tersendiri. Saya sering mendampingi Beliau makan prasmanan. Beliau sering mengambil semua jenis makanan, tapi hanya dalam porsi kecil. Tidak pernah berlebihan. Beliau menjalani hidup yang seimbang dari mulai kebiasaan makan. Beliau juga mengajarkan bahwa menjaga kesehatan bukan hanya soal fisik, tapi juga menjaga pikiran tetap jernih dan hati tetap lapang.

Saya pernah bertanya, apa kiat beliau menjaga kesehatan di usia lanjut. Beliau menjawab, “Jagalah pikiranmu tetap sehat. Jangan cepat marah, dan selalu berpikir positif.”  Beliau juga berpesan: “Kamu boleh mengkritik orang, tapi harus disertai solusi. Kalau tidak bisa memberi solusi, lebih baik diam.” Kalimat itu menjadi amunisi moral saya hingga hari ini.

Beliau juga sangat peduli terhadap orang miskin, dan mengajarkan pentingnya pemberdayaan. Satu pesan beliau yang saya pegang teguh: “Kalau pulang kampung, belilah oleh-oleh dari produk lokal.” Suatu ketika saya diminta merapikan lahan Setu milik keluarga di kampung halaman. Pilihannya: pakai mesin (Beko) atau dikerjakan warga sekitar. Secara biaya, mesin tentu lebih murah. Tapi saya ingat pesan beliau, dan akhirnya saya memutuskan memberdayakan warga. Hasilnya lebih dari sekadar pekerjaan selesai: tetapi masyarakat merasa dihargai, ikut rasa memiliki, dan hingga kini mereka turut menjaga dan memelihara Setu tersebut.

Pengaruh beliau begitu kuat dalam kehidupan saya. Tidak hanya sebagai mentor, tapi juga saya anggap seperti ayah sendiri. Banyak sekali nilai, nasihat, dan keteladanan yang membentuk cara pandang dan cara hidup saya sampai sekarang.

 Sejak pertama kali saya mengenal Prof. Haryono Suyono pada tahun 2002, hubungan kami tidak hanya sebatas antara atasan dan staf, tetapi berkembang menjadi relasi yang sangat dekat dan penuh makna. Beliau menjadi figur yang saya hormati, sekaligus tempat saya belajar tentang banyak hal dalam hidup.

Selama mendampingi beliau, saya sering berdiskusi bukan hanya soal pekerjaan, tetapi juga hal-hal yang lebih mendasar dan reflektif: bagaimana cara berpikir positif dalam situasi sulit, bagaimana terus belajar dan berkembang, membangun jejaring yang luas dan sehat, menciptakan inovasi yang bermanfaat, serta bagaimana menjaga semangat untuk selalu berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa, apa pun peran yang kita emban.

Hubungan kami juga terasa semakin akrab karena komunikasi saya tidak hanya dengan beliau secara pribadi, tetapi juga terjalin baik dengan keluarga beliau, termasuk dengan putra-putri Prof. Haryono. Hubungan yang hangat dan terbuka ini membuat saya merasa diterima bukan sekadar sebagai staf, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar beliau.

Bagi saya, Prof. Haryono bukan hanya seorang guru kehidupan, tetapi juga sosok ayah yang membimbing dengan cinta kasih, keteladanan, dan kebijaksanaan.           

Pada usia beliau yang ke-87 ini, saya mendoakan semoga Allah swt senantiasa melimpahkan kesehatan, kekuatan, dan kebahagiaan kepada Prof. Haryono Suyono, serta menjaga beliau dalam limpahan kasih sayang bersama keluarga tercinta.

Saya berharap Prof. Haryono tetap diberi semangat dan daya inspirasi yang tak pernah padam, sebagaimana selama ini beliau terus menjadi cahaya bagi banyak orang, terutama para generasi muda dalam menebarkan nilai-nilai kebaikan, semangat pemberdayaan, dan cinta tanah air. Selamat ulang tahun yang ke-87, Prof. Haryono. Terima kasih atas semua ilmu, keteladanan, dan perhatian yang telah Bapak berikan. Doa dan hormat saya selalu menyertai. Penulis adalah Peneliti dari BRIN