Menanam Kebaikan Pasti Akan Menuai Balasan dari Alloh SWT

Dr H Lalu Burhan, MSc

GEMARI.ID-MATARAM. Dalam rangka merayakan HUT yg ke 74, Ahad tgl 30 November 2025, Penulis menyuguhkan tulisan yg khusus buat semua para pencinta tausiyah subuh yg  Setia mengikuti postingan setiap pagi, Semoga dgn tulisan ini memberikan kesejukan hati bagi para sdr2ku semua yang ingin berbagi pengalaman melalui tausiyah subuh yg selalu tetap hadir bersama kita di layar WA ini. Adapun inti dari tausiyah subuh spesial sbb: Keyakinan dalam agama Islam, yang mencerminkan janji Allah SWT bahwa setiap perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang setimpal, baik di dunia maupun di akhirat. Konsep ini dikenal sebagai Hukum Sebab Akibat (Sunnatullah) atau janji pahala dari Allah.

Utk memberi keyakinan kepada kita Beberapa dalil dan penjelasan terkait keyakinan ini meliputi: Surah Az-Zalzalah, Ayat 7-8: Ayat-ayat ini secara eksplisit menyatakan janji tersebut: "Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya," dan “barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada satupun amalan, sekecil apa pun, yang luput dari perhitungan dan balasan Allah SWT.

Surah Al-Qasas, Ayat 84 (sebagian): "Barangsiapa membawa kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik dari kebaikannya itu..." Ayat ini menunjukkan bahwa balasan dari Allah tidak hanya setimpal, tetapi seringkali dilipatgandakan atau diberikan yang lebih baik dari apa yang kita perbuat. Surah Fushshilat, Ayat 34: "...Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."

Ayat ini menunjukkan balasan kebaikan yang bersifat langsung di dunia, di mana sikap positif dapat mengubah hati musuh menjadi teman. Keyakinan ini berfungsi sebagai motivasi mendasar bagi umat Muslim untuk senantiasa berbuat baik, sabar dalam menghadapi cobaan, dan menjauhi perbuatan dosa, karena meyakini sepenuhnya keadilan dan kasih sayang Allah SWT yang akan membalas setiap amal perbuatan. Tatkala kita suka menanam benih kebaikan, mungkin hari ini kita masih terasa biasa saja. Sabar dan ikhlas untuk terus merawatnya, memupuk dan menyiramnya. Sebab boleh jadi besok atau lusa, atau bahkan pada hari-hari yang nyaris kita lupa berapa hitungannya, dan ketika buah dan bunganya bersem i dan diam-diam pohon kebaikan itu mengakar kuat di ladang pahala.

Biarlah Allah yang mengatur dan membalasnya. Maka, lihatlah apa yang telah kita tanam di dunia ini untuk akhirat kita. Jika kita telah menanam kebaikan, dan menjauhi maksiat, maka berbahagialah dengan hasil panen yg akan membuat kita bahagia. Allah berfirman : "Jangan lelah berbuat kebaikan. Karena, ada Allah yang selalu memperhatikan dan akan memberi balasan yang memuaskan. Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui" (QS Al-Baqarah : 21)

Sebagai kesimpulan mari kita menjadikan pelajaran penting Surah Al-An’am ayat 160 di bawah ini :

مَن جَاءَ بِٱلحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشرُ أَمثَالِهَا وَمَن جَاءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجزَىٰ إِلَّا مِثلَهَا وَهُم لَا يُظلَمُونَ

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”(Surah Al-An’am [6]: 160)

Ayat di atas mengajarkan, kebaikan yang dimaksud adalah amalan yang shaleh. Yaitu perbuatan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Amal shaleh bisa berbentuk apa saja, selama ia berangkat dari keimanan kepada Allah, ikhlas dikerjakan, dan punya teladan dari generasi orang-orang shaleh terdahulu.

Ibarat seorang petani yang menanam buah. Awalnya, tanaman itu berasal dari benih yang ditanam. Sang petani itu lalu merawatnya, memberi pupuk, dan menyiraminya setiap waktu. Hingga tiba saatnya masa panen dan seluruh manusia ikut merasakan buah dari tanaman tersebut. Begitulah perbuatan baik seorang Muslim. Kebaikan apapun yang ia lakukan, sejatinya ia sedang menyiapkan tanaman yang kelak berbuah manis suatu saat. Sesungguhnya Allah Maha Melihat dan Mendengar, maka tak satupun kebaikan hamba-Nya melainkan langsung tercatat dan berbalas kebaikan pula. Bahkan termasuk kebaikan-kebaikan yang disepelekan. Sekecil biji zarrah, misalnya.

Allah berfirman dalam Surah Al-Zalzalah ayat 7 seperti dikutip diatas bahwa,

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Surah Al-Zalzalah [99]: 7). Diakhir tausiyah ini teriring Doa kami utk Negeriku tercinta Insonesia. Mari kita Berdoa Di tengah berbagai bencana yg melanda ibu pertiwi akhir-akhir ini, ada doa yang bisa terus kita mohonkan kep ada-Nya:

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا

وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ

“Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan juga seluruh negeri kaum Muslimin.”

 Kita mungkin tidak mampu mengubah keadaan secara langsung, tapi kita selalu mampu berdoa memohon perlindungan dan ketenangan dari Allah. Semoga Allah menjaga Ibu Pertiwi dari bencana yang lebih besar, dan masyarakat yang terkena musibah diberi kekuatan dan kesabaran, dan menggantikan kesedihan ini dengan ketenangan dan kebaikan. Barakallahu Fiikum. Penulis adalah Blogger persahabatan pengurus DMI dan BPD AKU NTB

Mulyono D PrawiroComment