Siapakah Guru yang Sebenar-benar Guru?

Dr H Lalu Burhan, MSc

GEMARI.ID-MATARAM. Dalam rangka menyambut Hari Guru Nasional 25 November 2025, penulis sajikan ungkapan rasa syukur atas jasa jasamu wahai guru guruku. Ada ungkapan dari para bijak bahwa "Guru merawat semesta dengan cinta”. Waaaah .... mungkin terdengar puitis, tetapi maknanya justru sangat nyata dalam kehidupan seorang guru. Semesta dalam konteks ini bukan hanya alam raya, tetapi seluruh jagat kecil yang ada di kelas: pikiran, sikap, harapan, dan masa depan murid-murid.

Dengan cinta, guru menata peradaban, ia merawat semesta kecil bernama anak manusia—yang kelak akan menjadi pemimpin, ilmuwan, seniman, ulama, atau bahkan guru bagi generasi berikutnya. Tugas guru adalah memastikan bahwa semesta kecil ini tetap subur di hati muridnya: subur dalam moralitas, kesantunan, empati, dan keadaban.

Guru merawat semesta dengan kesabaran yang luar biasa, ia mengulang penjelasan berkali-kali tanpa keluh, memperbaiki kesalahan murid dengan senyum, ia mengajarkan nilai kejujuran, meski dunia di luar sering memperlihatkan sebaliknya, ia menanamkan cinta pada lingkungan, pada sesama, pada bumi, bahkan pada ilmu itu sendiri.

Dalam pandangan yang lebih filosofis, guru adalah penjaga keseimbangan kosmik. Ia tidak hanya mencerdaskan kepala, tetapi juga menghaluskan nurani. Ketika seorang guru mendidik dengan cinta, ia sedang ikut menjaga keselarasan semesta: melahirkan manusia-manusia yang berpikir jernih, berperilaku lembut, dan menjaga bumi dengan penuh tanggung jawab.

Inilah mengapa profesi guru bukan sekadar pekerjaan, tetapi panggilan jiwa. Guru bukan hanya mengajarkan huruf, tetapi juga kehidupan. Ia bukan hanya merawat kelas, tetapi merawat dunia. Dan di hari guru ini kita sesungguhnya diingatkan bahwa pendidikan tidak hanya dibangun oleh kurikulum, metode, atau teknologi, akan tetapi pendidikan tumbuh dari cinta dari wajah dan hati seorang guru.

Sebagai catatan pinggir, bahwa mengapresiasi guru bukan hanya memberikan ucapan selamat, tetapi dengan merawat nilai-nilai yang sudah mereka tanamkan. Karena sejatinya, setiap guru ada dalam diri setiap murid: dalam cara berbicara, bersikap, berpikir, dan mencintai kehidupan. Selamat Hari Guru buat semua guruku yang menjadi cahaya fajar yang selalu memancarkan sinar optimisme. Tinta yang kau torehkan lebih mulia dari darahnya para suhada’. Demikian Al Ghazali memberikan penghormatan dan penghargaan kepada para guru.

Selamat Hari Guru disampaikan kepada para Maha Guru ku..  Dan juga untuk semua Guru ku dimanapun berada, tidak bisa berkata kata lagi. Hadiah dan berkah terbesar semesta adalah perjumpaan dengan mu wahai para guru ku yg  mulia.. tak ada satupun hal yg bisa membalas apa yg sudah guruku berikan .. Tak ada satupun doa yang cukup untuk mewakili rasa terimakasih dan syukur kami kepada para Guru tercinta dan terkasih. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan keberkahan kepadamu wahai guruku. Penulis adalah Blogger persahabatan pengurus DMI dan BPD AKU NTB

Mulyono D PrawiroComment