Nursyaf Arief : Menentukan Ciri-ciri Keanggotaan Perkumpulan Juang Kencana

Nursyaf Arief, SE, MPA, Pengurus Perkumpulan Juang Kencana Provinsi Riau

GEMARI.ID-PEKANBARU. Perlu diperjelas keanggotaan Perkumpulan Juang Kencana (JuKen), karena akan berdampak terhadap isu-isu yang dibahas dan program-program yang akan dijalankan. Dalam AD/ART JuKen, ada 2 konotasi kata yang menentukan ciri-ciri keanggotaan JuKen, yaitu konotasi JUANG KB dan konotasi PEJUANG KB, yang keduanya mengandung beda jauh. JUANG berarti veteran atau pernah berjuang, sementara PEJUANG adalah yang berpartisipasi aktif berjuang, demikian disampaikan, Nursyaf Arief, SE, MPA pengurus JuKen Provinsi Riau kepada Tim Gemari.id. Senin (20/01/2025).

Ia menjelaskan, konotasi ini juga sudah saya posting di grup pengurus JuKen se Indonesia. Kalau ditekankan pada kata JUANG, ya lumrah berkumpulnya para pensiunan yang pernah berjuang dalam program KB. Dan program kerjanya ya kumpul-kumpul para lansia usia di atas 60. Kalau diperlebar menjadi perkumpulan PEJUANG, maka sangat memungkinkan melibatkan para pahlawan program KB yang sedang berjuang mensukseskan program KB yang dalam hal ini adalah PESERTA KB, KADER KB, PLKB dan lain-lain. Sebagaimana diketahui, untuk KADER KB seperti PPKBD dan SUB PPKBD saat ini sudah resmi menjadi mitra BKKBN yang statusnya sama dengan JUKEN, KKI, FAPSEDU, AKU, IPEKABE, IPADI. Sedangkan peserta KB di Indonesia yang jumlahnya jutaan tidak memiliki organisasi yang bisa melindungi dan memperjuangkan hak-haknya dan komplain-komplainnya, karena selama ini mereka adalah objek program yang harus dilaksanakan demi kepentingan sendiri dan negara, jelasnya.

Lebih lanjut ia menambahkan, dalam operasionalnya, masih dijumpai ketimpangan dan  jauh dari kenyataan. Misalnya terkait NKKBS yang menjanjikan KK akan BS, dan mereka sudah melaksanakan KK, tetapi kok masih miskin, atau ada juga yang miskin tetapi KBesar. Ini baru satu isu. Belum lagi isu tentang ketimpangan informasi dan pelayanan program BKKBN, masih ditemui perbedaan antar umat beragama dan etnis (hasil pengamatan saya pribadi sebagai Ketua Fapsedu Provinsi), misalnya tentang stunting, KRR, BINWIN dan lain-lain, imbuhnya.

Selanjutnya mantan Kabid KS BKKBN Provinsi Riau ini mengatakan, saya sudah 14 tahun pension dari BKKBN dan terlibat dalam pengurus JuKen, selama itu tidak ada program kerja yang dilaksanakan. Mau ikut-ikut lagi nebeng ke rumah utama BKKBN setelah pensiun ada rasa malu, seolah-olah belum puas dan ada imej seolah-olah kita ngemis ke BKKBN minta kerja yang ringan sebagai senior. Masa pensiun bagi banyak anggota JuKen adalah menikmati masa pensiun dengan gembira, dan tidak semua para pensiunan sama kualitasnya, sehingga dalam JuKen masih terbawa hubungan atasan dan bawahan diantara anggota. Inilah kenyataan yang ada. Paling-paling informasi yang ditunggu-tunggu adalah info AB, AS dan AM, katanya.

Dengan tegas ia menyatakan, pertanyaan besar adalah, mau seperti apa JuKen ke depan yang bermanfaat bagi anggota dan masyarakat sesuai dengan kondisi, kapasitas, dan kapabilitas anggota. Ia berharap, JuKen bisa berperan membantu program Bangga Kencana sebagai informator, dari isu yang ada di masyarakat dan ke masyarakat, mediator, menengahi maunya masyarakat dengan kehendak pemerintah dan fasilitator, memudahkan masalah program yang menghambat, sehingga keterlibatan JuKen berada pada tataran konsep dan pengelolaan/managerial dengan tetap menjadi mitra BKKBN serta memperjuangkan yang terbaik buat masyarakat, harapannya.

Terakhir ia meyakinkan, bahwa kejaran pemikirannya adalah supaya JuKen lebih greget, sehingga banyak program untuk rakyat yang mendapat perhatian dari pemerintah pusat hingga ke daerah. Memperluas anggota bukan otomatis menjadi ormas politik,tetapi sebagai organisasi independen yang berbuat untuk kepentingan bangsa dan negara, pungkasnya. @mulyono_dp

Mulyono D PrawiroComment